Mulai menata masa depan

1349 Words
"Lah lah kok jadi begini? kok aku nggak di ajak ikut tinggal bersama sekalian? nggak adil ini!" protes Sari. Sesuai kesepakatan bersama, akhirnya rumah kontrakan itu ditempati bertiga, Nadin meminta izin kepada sang pemilik kontrakan Untuk membuat sebuah kamar lagi untuk ditempati oleh Sari dan Ine. "Untuk kontrakannya kita bayar bertiga saja, dan untuk makan setiap hari nanti kita juga akumulasikan berapa pengeluarannya kemudian di bagi bertiga, setiap struk pembelanjaan harus kita simpan menghindari percekcokan diantara kita!"kata Sari yang disetujui oleh Nadine Dan juga Ine. "Mulai hari ini kita harus saling bergandeng tangan saling melindungi dan saling berbagi, kita adalah saudara tanpa KK dan Semoga persaudaraan kita ini sampai ke surganya, amin!"Nadin menimpali perkataan dari Sari. "Untuk sementara biarkan kami yang menanggung hidupmu dulu Nadine, meskipun kamu di sini statusnya adalah seorang ibu sendiri, tapi usiamu jauh di bawah kami. Jadi anggap saja semua ini merupakan tugas kami sebagai kakakmu!"kata ine yang menyadari kalau Nadine tidak memiliki pekerjaan. "Tidak bisa begitulah Mbak, aku itu masih memiliki uang tabungan dari hasil ku kerja selama ini, aku bisa menggunakan uang itu untuk modal berusaha, insya Allah aku akan memiliki hasil setiap bulannya!"penjelasan dari Nadine membuat Ina dan juga Sari mengerutkan kening karena bingung. "Apakah kamu mau bilang kalau kamu ingin punya usaha?"tanya Sari kepada Nadine. "Aku memiliki sedikit pengalaman dalam membuat kue, kue basah dan kue kering, insya Allah aku akan memulai usahaku di bidang itu, Semoga menjadi jalan rezekinya kami, karena Sekarang aku tidak bisa bergantung kepada siapapun!"jelas Nadine. "Benarkah? kalau begitu kita beli peralatan untuk membuat kue, siapa tahu nanti kan kamu jadi juragan kue yang memiliki toko kue raksasa dan bercabang-cabang di mana-mana!"doa Ine tulus kepada Nadine. "Mbak bisa minta tolong untuk belikan aku handphone yang lebih canggih yang penyimpanannya lebih banyak dari ini?"kata Nadine kepada Sari. "Nggak usah yang mahal-mahal dulu mbak yang penting penyimpanannya cukup untuk aku berpromosi di medsos, Aku pernah dengar merk ishfanix atau apa itu loh mbak!"kata Nadine mengingat-ngingat merk HP yang tidak begitu mahal tapi penyimpanannya cukup tinggi. "Memang berapa budget yang kamu punya?"tanya Ine. "Nggak banyak Mbak cuma 1.500.000 saja!"jawab Nadine. "Handphone kamu yang lama kenapa?"tanya Sari penasaran. "Ini HP jadul Mbak, penyimpanannya sangat minim dan hanya bisa dipakai untuk mendownload satu aplikasi saja, itu pun tidak bisa jika banyak menerima gambar, rencananya HP ini hanya akan aku gunakan untuk telepon seluler biasa, handphone yang baru nanti aku pakai untuk bahan promosi dan pemasangan w******p baru!''jawab Nadine. "Matang banget sih pemikiran kamu? Kamu lulusan apa dulu sebenarnya?"tanya ine penasaran. "Aku itu tidak pernah sekolah Mbak, aku hanya pernah mengenyam pendidikan sampai SD itu pun tak sampai lulus dan hanya sampai kelas 5 saja!"jawab Nadin tiba-tiba sedih membayangkan masa-masa di mana Dirinya sangat semangat belajar tapi terpatahkan dengan keinginan keluarga angkatnya yang tak berperikemanusiaan. "Tapi dari dulu aku suka sekali membaca, buku apapun aku sering membacanya, dari sana ilmu yang kudapatkan di sekolah tentang baca tulis tidak pernah hilang dan terekam jelas di memori otakku!"jawab Nadine. "Terus kamu bisa bermain ponsel Siapa yang mengajari?"tanya Sari. "Sala satu majikan tempatku bekerja yang baik hati memberikan ku ponsel dulu ini, tujuannya hanya agar aku mudah untuk dihubungi!"jawab Nadine. "Lewat ponsel ini aku belajar tentang segala hal yang selama ini memang tidak pernah aku ketahui tentang dunia maya!"penjelasan Nadine membuat keduanya manggut-manggut. "Pepatah yang mengatakan kalau belajar itu tidak harus di sekolah ternyata benar adanya, dan kamu adalah contoh nyata dari pepatah tersebut!"kata Sari, lalu mereka saling berpelukan. "Ada baiknya lebih baik kita jalan bertiga ke counter untuk kamu membeli handphone seperti yang kamu mau!"kata ine. Ine dan Sari sebelumnya tinggal di sebuah kost yang sama, Sari bekerja di sebuah pabrik makanan, sementara Ine bekerja di sebuah toko yang cukup ternama dengan pembagian dua shift. Gaji mereka berdua hampir mirip karena mengikuti UMR kota, Ine dan juga Sari berasal dari dua desa yang berbeda tetapi masih satu kabupaten. Sari dan Ine merupakan teman satu sekolah semasa mereka SMA, mereka sengaja mengadu nasib di kota dengan bekerja sebagai apapun karena ijazah yang mereka miliki adalah sebatas SMA saja. jika Sari lebih memilih untuk melamar pekerjaannya di sebuah pabrik, beda dengan ini yang memilih bekerja di sebuah toko grosir. Keduanya memang tidak pernah terpisahkan sejak mereka merantau dari kampung halaman mereka, persahabatan mereka Kini bertambah Dengan hadirnya Nadine di antara mereka, persahabatan yang tidak pernah direncanakan, semua mengalir begitu saja sesuai dengan alurnya masing-masing. "Oh ya Mbak Sari mbak Ine, kapan bajunya mau dibawa ke kontrakan? nanti biar aku bantu beres-beresnya!"tawar Nadine. "Kamu itu loh Nadine, masalah baju kami itu gampang nanti, kebetulan aku cuti 3 hari dan Ine pun sama, sebenarnya kemarin kita berencana untuk liburan ke puncak bareng teman-teman yang lain, tapi acara kami batal karena kami tanpa sengaja harus menjadi dewi penolong untuk mu!"cerita Sari dengan candaannya. "Ke puncak? di puncak itu bagus ya mbak ya?"tanya Nadine penasaran. Pasalnya selama ini jika Damar bepergian ke puncak bersama keluarganya, Nadin tak pernah diajak meskipun itu satu kali. mereka selalu berkata jika Nadine tak pantas untuk diajak karena malu-maluin. "Belum tahu juga sih, soalnya aku juga belum pernah ke sana, ini mau baru mau rencana, eh sudah gagal duluan!"jawab Ine. "Tapi kami tidak menyesal kok nggak jadi pergi, bonusnya buat kami adalah menemukan satu saudara dan juga keponakan yang sangat lucu seperti Gibran!"kata Sari lagi. **** Malam harinya Mereka pun Berencana untuk pergi ke sebuah counter di mana Di sana menjual berbagai merek HP dari harga termurah sampai harga yang sangat premium, seperti yang dikatakan oleh Nadine Nadine pun hanya memiliki menyediakan budget 1.500.000 untuk membeli handphone, sisanya akan digunakan untuk modalnya membuat kue dan dipasarkan ke media sosial. Sesampai di tempat yang dituju, rupanya Nadine menjatuhkan pilihannya kepada ponsel bermerek yang seperti dia inginkan dengan harga 1.200.000 dengan penyimpanan 4/64. Bagi Nadine, kapasitas seperti itu lebih dari cukup untuknya bisa digunakan untuk berselancar di dunia maya. "Untuk ovennya kamu mau beli yang seperti apa Din?" tanya Ine. "Kalau menurut pengalaman sih, enakan Yang listrik Mbak, nanti pemanggangannya lebih bisa distabilkan karena ada timer dan pengaturan suhu!"jawab Nadine. "Sini Gibran biar aku yang gendong, kita masuk ke dalam saja kita cari apa yang kamu butuhkan!"kata ine mengambil Gibran dari gendongan Nadine. Gibran terlihat senang saat digendong oleh Ine, bocah tersebut sangat terlihat riang dengan keramaian yang ada di mall tersebut, selama usianya Gibran memang tidak pernah diajak jalan-jalan oleh Nadine dan hanya berkutat di rumah saja. Sari dan Ine tidak tahu jika Nadine pun menggeluti hobinya sebagai penulis di sebuah platform online. Nadine sengaja tidak bercerita kepada dua sahabatnya tersebut, bukan karena dia ingin berbohong, tapi lebih karena Nadine belum merasa pede dengan profesi barunya tersebut. Nadine berbelanja sesuai kebutuhannya yaitu memberi blender mixer oven magic com dan kebutuhan dapur, tak lupa dirinya juga membeli kipas angin supaya mereka tidak kepanasan. Nadine sengaja membeli barang-barang tersebut dengan harga yang sedikit miring alias bukan dengan merek ternama, pikirnya Yang penting dia memiliki alatnya dulu. untuk barang elektronik seperti blender mixer oven dan magic com juga kipas Dia menghabiskan budget sekitar 2 juta setengah. Uang hasil kerjanya selama 2,5 tahun terakhir hanya tersisa beberapa saja di rekening miliknya, Meskipun begitu sama sekali Nadine tidak pernah merasa menyesal karena membelanjakannya untuk malam ini. Sementara Nadine mulai berbenah dan menata hidupnya, beda dengan Damar yang kini merasakan hidupnya berantakan, oleh karena video viral karena live streaming yang dilakukan oleh Sari membuatnya mendapat teguran keras dari perusahaan, tidak sampai di situ Damar pun wajib mengembalikan uang tunjangan untuk istrinya selama pernikahan mereka, tapi uang tersebut langsung diminta oleh pihak perusahaan dan disetorkan di sana untuk nanti diserahkan kepada Nadine langsung oleh perusahaan. Saat Damar menego untuk diberikan secara langsung kepada Nadine, pihak kantor menolak keras dan tidak meloloskan permintaan tersebut. Damar diberi kesempatan sekali lagi, mengingat dirinya yang sudah bekerja di kantor tersebut cukup lama, dengan syarat bisa mengembalikan uang tunjangan istri sesuai waktu yang diberikan oleh perusahaan yaitu 2 minggu. Dan jika selama itu Damar tidak bisa mengembalikan uang yang sudah dirincikan, maka Damar akan turun jabatan sebagai staf biasa yang itu berarti hanya memiliki gaji separuh dari apa yang didapatkannya selama ini, tentunya dipotong dengan uang tunjangan untuk istri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD