Damar diberi kesempatan sekali lagi, mengingat dirinya yang sudah bekerja di kantor tersebut cukup lama, dengan syarat bisa mengembalikan uang tunjangan istri sesuai waktu yang diberikan oleh perusahaan yaitu 2 minggu. Dan jika selama itu Damar tidak bisa mengembalikan uang yang sudah dirincikan, maka Damar akan turun jabatan sebagai staf biasa yang itu berarti hanya memiliki gaji separuh dari apa yang didapatkannya selama ini, tentunya dipotong dengan uang tunjangan untuk istri.
"Dari mana aku harus mencari uang sebanyak itu? nominalnya cukup besar, mana uang simpananku kemarin dipinjam kak Sarah pula!"Batin damar.
Harga satu-satunya yang dimiliki oleh damar hanyalah motor yang dikenakannya itupun jika dijual tidak sampai 20 juta, karena motor tersebut sudah lama digunakannya.
Tiba-tiba saja damar teringat dengan sang ibu, iya hendak meminjam sertifikat tanah untuk digadaikannya ke bank agar bisa menutup dan tuntutan kantor.
"Semoga kali ini Ibu bisa membantuku, lagian selama ini aku pun memberikan uang yang cukup banyak kepadanya.!"gumam damar dalam hatinya.
Bergegas damar pergi ke rumah ibunya untuk membicarakan hal tersebut, sesampainya di rumah dan ibu dia pun langsung turun dan mencari keberadaan sang ibu.
Tanpa mengucapkan salam, damar langsung menerobos masuk ke dalam rumah, dia langsung mencari keberadaan sang ibu.
"Ada apa sih mar? nyari Ibu kok kayak nyari maling saja, teriak-teriak nggak jelas!"tegur ibunya damar tak suka.
"Sini deh Bu aku mau ngomong sesuatu!"kata damar dengan tak sabaran menarik dengan ibunya untuk duduk ke kursi.
Ibunya pun salah paham mengira bahwa dirinya akan diberikan uang lagi, karena biasanya jika sang anak bersikap demikian maka uang lah yang menjadi penyebabnya.
"Kamu mau bilang bahwa kamu dapat bonus hari ini? syukur alhamdulillah, jangan sekali-kali kamu berikan kepada Nadine ya? ibu yang lebih berhak menerima bonus itu! kamu tidak lupakan kalau ibu yang melahirkan mu? sementara Nadine hanya orang lain yang kebetulan kamu nikahi dan bisa menjadi mantan!"cerocos ibunya panjang lebar.
"Bukan itu Bu, dengarkan dulu aku kalau ngomong, jangan ambil kesimpulan seperti itu!"jawaban damar berhasil merubah raut wajah sang ibu yang tadi sumringah menjadi mendung.
"Mau ngomong apa?"katanya ketus.
"Damar mau pinjam sertifikat rumah Ibu!"kata damar yang berhasil membuat sang ibu melebarkan matanya.
"Buat apa? nggak, nggak bisa!"tolak Ibunya damar padahal dia belum mendengar alasan dari damar untuk meminjam sertifikat tersebut.
"Asal kamu tahu sertifikat sudah Ibu gadaikan ke bank 3 hari yang lalu dan itu untuk membayar hutang ibu dan juga Sarah!"mendengar jawaban sang Ibu seketika damar menjadi lemas, yang damar tak habis pikir adalah tentang kakaknya yang ikut meminjam uang hasil Pegadaian sertifikat tersebut.
"Mbak Sarah? berapa banyak sih Bu hutang Mbak Sarah sebenarnya? kemarin uang tabunganku juga ludes dikuras sama Mbak Sarah katanya juga untuk bayar hutang! terus Ibu bilang Ibu juga menggadaikan sertifikat untuk bayar hutangnya Mbak Sarah dan ibu!"tanya Damar tak habis pikir.
"Apaaa? sarah juga pinjam uang tabunganmu? berapa? kok Sarah tidak ada bilang sama Ibu?"tanya Bu Pratiwi kepada anak lelakinya.
"Semua tabungan damar Bu ada 75 juta!"jawab damar yang membuat Ibu Pratiwi syok kaget.
"Seharusnya kalau dia sudah meminjam uang kepadamu, dia tak perlu meminta ibu untuk menggadaikan rumah ini, sebab uang yang dipinjamnya itu lebih dari cukup untuk membayar hutangnya!"kata Bu Pratiwi.
"Ayo kita ke rumahnya Sarah, siapa tahu uang hasil menggadai sertifikat ini belum digunakannya!"kata Bu Pratiwi menarik tangan sang putra menuju ke rumah anak sulungnya.
Bu Pratiwi tak habis pikir karena kemarin beliau menggadaikan sertifikat tanah rumah yang ditempatinya senilai 50 juta, dan akan diangsur setiap bulannya dari uang jatah yang diberikan oleh damar kepada mereka, tanpa mereka sadari damar pun tidak akan bisa memberikan uang yang sama setelah nanti damar pun tak bisa mengembalikan uang tersebut.
"Sarah,,, Sarah! buka pintunya!"teriak Bu Pratiwi dengan menggedor pintu rumah anaknya.
Tak lama keluarlah Sarah dari dalam rumah kemudian mengomel atas tindakan yang dilakukan oleh ibunya tersebut.
"Apa sih Bu? ganggu orang istirahat saja!"protes Sarah saat dia membukakan pintu.
"Uang hasil menggadaikan sertifikat tanah Ibu mana? sini kasih ibu! jangan macam-macam kamu ya Sarah! kamu sudah mendapatkan uang dari damar sebanyak 75 juta, kenapa kamu malah masih minta ibu untuk menggadaikan sertifikat tanah ibu? waras kamu?"cecar Bu Pratiwi tanpa tedeng aling-aling.
Sarah terkesiap saat mendengar ucapan dari sang ibu, tapi kemudian dia bisa menguasai kembali keadaan keterkejutannya.
"Kata siapa aku pinjam uang dari damar? "tanya Sarah yang tak menyadari bahwa adiknya berada di sana, fokusnya hanya kepada sang Ibu saja.
"Ya tentu dari damar, kamu kira dari siapa? cepat sini kembalikan uangnya,,, biar aku simpan saja! nggak beres kamu itu lama-lama!"kata Bu Pratiwi tak sabar meminta uangnya kembali.
"Duduk dulu Bu, duduk dulu! kita bicara baik-baik, jangan kayak orang berantem seperti ini! Ibu bisa naik loh tensinya kalau seperti ini!"kata Sarah cengengesan.
Meskipun jengkel akhirnya Bu Pratiwi mengikuti perkataan anaknya, Mereka pun duduk di kursi ruang tamu yang diikuti damar dari belakang, melihat damar Sarah pun terkesiap kaget baru menyadari jika adiknya itu turut ikut bersama sang ibu.
"Loh kamu ikut mar? kok Mbak bisa nggak tahu ya?"tanya Sarah receh.
Tapi pertanyaan itu hanya disambut dengan senyuman saja oleh Damar. jawab pun percuma menurut Damar.
"Cepat bawa sini uang yang dari ibu, Kamu itu ya sudah berani membohongi ibu! awas aja kalau sampai uang itu sudah nggak ada! aku cincang kamu nanti!"kata Bu Pratiwi.
"Uangnya sudah habis buat aku bayar hutang Bu,,!"Sarah tak sampai menyelesaikan ucapannya karena terlebih dulu dipotong oleh Bu Pratiwi.
"Hutang yang mana lagi? kemarin kamu bilang kepada Ibu kalau hutangmu hanya 75 juta, sedangkan kemarin kamu sudah meminta uang damar 75 juta, jangan bohong kamu! cepat sekarang ambil uang itu dan serahkan ke ibu! Ibu tidak menerima alasan!" kata Bu Pratiwi.
Mendengar hal itu mata Sarah bergerak ke kiri dan ke kanan, seolah bingung hendak mengatakan apa lagi kepada sang ibu, melihat itu pun damar dan Bu Pratiwi merasa besar takut jika uang yang dimaksud sudah melayang.
Baik damar maupun Bu Pratiwi sangat memahami karakter Sarah, hidup hidup dan gayanya selalu melebihi dari budget yang ada, suami Sarah merupakan seorang tukang ojek online, yang selalu bekerja siang dan malam tanpa kenal lelah hanya untuk memenuhi gaya hidup Sarah yang berlebihan, tapi bagi damar dan Bu Pratiwi itu tak masalah karena kebahagiaan Sarah merupakan kebahagiaan mereka.
Di tengah perbincangan mereka tiba-tiba saja si sulung nya sarah Ivanka.
"Sudah siapkan mah? ayo kita jalan! katanya mama mau mengajak Iva belanja di mall!"kata anak remaja yang belum genap 17 tahun itu.
"Eh ada nenek dan Om Damar, pasti om Damar yang punya rencana untuk mengajak Iva jalan-jalan di mall, makasih ya Om!"kata Iva yang memahami isyarat dari sang mama.
"Cepat serahkan uang itu sekarang Sarah!"geram Bu Pratiwi.
Dengan langkah yang di hentak-hentakkan Sarah pun berlalu menuju ke kamarnya, dia pun mengambil tas yang tadi digunakan untuk menyimpan uang dari ibunya kemarin.
"Ini Bu uangnya, tapi sudah tidak utuh!"Sarah menyerahkan uang yang dimaksud oleh sang ibu dengan mulut mengerucut seolah tak rela memberikan uang tersebut.
"Tak utuh bagaimana? uang itu baru kemarin siang cair! jangan macam-macam kamu ya Sarah!"kata Bu Pratiwi lagi.
"Yang 5 juta sudah aku pakai untuk membayar hutangku kepada mbak Chintya, yang 5 juta lagi aku membeli baju online, kemarin aku pakai satu juta untuk membeli tas yang ditawarkan oleh jeng Rini!"Jelas Sarah dengan tersenyum ke arah sang ibu.
"Sarahhhhh...!"teriak Bu Pratiwi menggema di ruangan tersebut, oleh karena sikapnya itu membuat Iva kebingungan, pasalnya dia memang tak tahu sama sekali tentang apa yang dibicarakan oleh Mama Om serta neneknya.
Sesegera mungkin Bu Pratiwi langsung menghitung uang yang ada di amplop tersebut, dengan teliti Bu Pratiwi menghitung lembar demi lembar yang ada di sana.
"Kenapa semuanya hanya 25 juta? seharusnya jika yang kamu perinci kan tadi uangnya masih 39 juta, ke mana sisanya Sarah?"katanya Bu Pratiwi lagi.
"Aku pakai untuk investasi,, hehehe!"jawaban yang diberikan oleh Sarah benar-benar membuat Bu Pratiwi pusing, tapi apa mau dikata uang sudah pun tak ada lagi dan tinggal separuh dari jumlah sebenarnya.
"Nih uang Kamu yang pegang, jangan lupa untuk membayar cicilannya setiap bulan!"kata Pratiwi kepada Damar.