Akan Melakukan Tes DNA

1077 Words
Alisa terbangun , saat suara tangisan keras dari dua kembar, mereka berdua menangis kencang seolah-olah habis di cubit. ia berlari ke kamar, alangkah kagetnya dirinya, saat melihat Ibu mertuanya dan kakak perempuan Farel. “Apa yang kalian lakukan?” tanya Alisa dengan suara meninggi. Mata bulat itu, tampak membesar segede jengkol, karena kaget dengan apa yang ia lihat, saat itu. “Itu bukan urusanmu, kamu diam saja,” ujar ipar perempuannya dan terus memegang gunting. “Mbak jangan begitu, hentikan!” teriak Alisa marah. “Kenapa …? kamu takut kalau kakakmu main gila dengan lelaki lain?” ujar ibu mertua Alisa, ia wanita yang egois dan mudah dipengaruhi orang lain. “Ibu jangan menuduh seperti itu, Ibu keluar dari sini, biarkan mereka tidur, apa kalian pada kedua bayi malang ini, apapun yang terjadi antara kalian dan mbak ku, mereka tidak tahu apa-apa dan tidak sepantasnya kalian bersikap seperti mereka,” ujar Alisa dengan suara bergetar, dengan sikap memasang tubuhnya untuk melindungi kedua kembar itu, menghalangi ibu mertua dan iparnya mendekati mereka berdua. Alisa, langsung menggendong salah satu si kembar. Mendengar keributan Desi perawat si kembar, berlari ke kamar, ia juga menggendong Aminah, bayi perempuan itu masih menangis kelengar seakan habis dicubit. Farel tampak berdiri di depan pintu, ia hanya melihat sebentar dan pergi ia seolah-olah tidak mau perduli apapun yang terjadi pada bayi malang itu. ‘Tega bangat sih kamu Mas Farel, ini kah yang kamu lakukan pada anak Mbak Ratna, wanita yang sangat mencintaimu selama ini, bahkan ia rela melepaskan pekerjaannya sebagai perawat, demi bisa menjadi istrimu. Lalu apa ini?’ lagi-lagi air mata Alisa menganak sungai, melihat kedua keponakan nya. “Aku ingin menunjukkan padamu kalau kakakmu berselingkuh dengan lelaki lain, dan anak yang dilahirkan itu bukan anak dari Farel, paham kamu!” “Tidak, ibu tidak boleh melakukan hal itu, kasihan mereka berdua,” ucap Alisa tidak bisa menghentikan air matanya. “Kami hanya ingin menggunting rambut mereka berdua untuk tes DNA,” ujar ipar Alisa. “Ya Allah tega bangat sih kamu mbak, nanti kamu akan menikah dan punya anak, bagaimana perasaan kamu saat anak kamu di perlakukan seperti ini,” ujar Alisa dengan suara bergetar, dengan kedua tangan memeluk baby Akmal , ia bertindak seperti seorang ibu untuk melindungi mereka. “Udah deh, hidupku bukan urusanmu,” ucap wanita berambut bolonde itu dengan wajah bengis dan sikap mengintimidasi. Wanita itu kakak perempuan Farel, tetapi walau sudah berumur hampir kepala tiga, tetapi, ia enggan untuk membina rumah tangga. Alisa menolak keras kalai ibu mertuanya menggunting rambut kedua baby twins, ia terus saja mengendong dan menjauhkan keduanya dari wanita tua berkerudung hitam itu. Mereka berdua keluar dari kamar si kembar dengan mulut memaki dan memarahi Alisa. “Kenapa mereka mau melakukan itu, Bu?” tanya Desi penasaran. “Saya tidak tahu, saya yakin saat saya kerja nanti, kalau mereka melakukan itu lagi tolong jaga mereka berdua, jangan sampai mereka mendekat, rekam apapun yang mereka lakukan, jika ada yang mencurigakan ingin mereka lakukan pada si kembar,” ujar Alisa, dengan wajah lelah dan wajahnya masih muka bantal, karena belum membasuh wajahnya. “Baik Bu,” ujar Desi merasa takut. Alisa turun, melihat Farel di meja makan, tiba-tiba ia merasa sangat benci pada lelaki itu, ia tidak serapan setelah pamit ia berangkat kerja tanpa serapan. Alisa berjalan dari komplek rumahnya sampai ke jalan, niatnya ingin mencari taxi di depan jalan. Namun, apa yang di alami di rumahnya membuatnya menangis sepanjang jalan dan duduk di salah satu halte bus. ‘Ibu … apa yang sebenarnya terjadi, inikah tujuanmu memaksaku untuk menikah dengan Farel …? Mbak Ratna, katakan apa yang harus aku lakukan dan apa yang sudah kamu lakukan, mbak , kini aku bagai hidup dalam neraka’ ujar Alisa, sesekali ia mengusap butiran air yang mengalir dari pipinya. Ia tidak menghiraukan tatapan orang padanya, ia tidak naik taxi, maupun naik angkutan umum, ia sangat berat hati meninggalkan kedua bayi malang itu, bersama orang-orang jahat yang tidak menerima ke hadiran mereka berdua di dunia ini. Kini, Alisa duduk sendiri, masih menangis sedih dengan bahu terisak-isak. “Kamu tidak apa-apa, Sa?” Dimas, berdiri di depannya Alisa mendongak, melihat lelaki tampan bertubuh tegap itu, ingin rasanya ia memeluk mantan kekasihnya untuk meluapkan kesedihan hatinya. Saat situasi saat ini, ia butuh bahu untuk bersandar. Namun, status yang ia sandang saat ini sudah jadi istri Farel, membuatnya semakin menangis. “Mas, kenapa ke sini, tolong pergi,” usir Alisa menunduk. “Kamu kenapa Sa?” “Tidak apa-apa Mas, tolong pergi, aku mohon sebelum orang lain melihatmu, ini tidak benar, karena aku sudah jadi istri orang lain” “Tapi, katakan padaku kenapa kamu menangis.” “Mas, dalam rumah tangga pasti ada masalah, tapi, aku bisa mengatasinya sendiri, tolong tinggalkan aku” “Tidak katakan padaku semuanya.” “Mas, jangan seperti ini.” Tidak ingin Farel dan keluarganya melihatnya bersama lelaki lain. Alisa berdiri dan menghentikan taxi . “Maaf Mas, aku harus pergi, aku tidak ingin menambah masalah, tolong jangan ganggu aku lagi.” Wajah Alisa sangat sendu dan matanya sembab, ia meninggalkan Dimas yang masih berdiri menatapnya pergi. Ternyata dari jauh Farel melihat Dimas datang dan melihat kedua mantan kekasih itu saling mengobrol. Melihat Alisa menangis sedih, Dimas mengepal tangannya wanita yang amat ia cintai, ia lihat menangis. Padahal selama mereka menjalin hubungan selama lima tahun, Dimas tidak pernah membuat wanita cantik itu menangis. Cintanya yang besar pada Alisa membuatnya gelap mata. Ia mendatangi kantor Farel datang ke markas polisi membuat keributan sama saja mencari masalah untuk diri sendiri. Ia mendatangi ruangan Farel dan memberi lelaki berwajah dingin itu bogem mentah. Farel tidak mau diam, ia membalas memukul wajah keduanya babak belur, takut mereka berdua saling menarik pistol masing -masing, para rekan polisi memisahkan keduanya. Polisi, menahan Dimas dengan tuduhan menyerang petugas, karena terlalu mencintai Alisa, ia harus merasakan dinginnya dinding penjara. Saat sore tiba Farel pulang dengan wajah babak belur, karena Dimas menghajarnya dengan pukulan bertubi-tubi. “Ada apa Mas?” tanya Alisa . “Dihajar kekasihmu.” “Haaa …? a-a-apa yang terjadi” tanya Alisa gugup. “Kamu masih bertanya apa yang terjadi? Karena kamu datang ke rumah ini, apa kamu tidak tahu, setelah kamu datang ke rumah ini, banyak masalah yang terjadi, kamu pembawa masalah,” ujar Farel marah. Alisa diam, ia takut saat ia membuka mulut menjawab ucapan Farel lelaki itu akan semakin murka, ia memutuskan tidur di kamar baby kembar, Alisa akan bertahan sekuat tenaga di rumah demi anak-anak yang malan itu. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD