Kakak Perempuannya Meninggal
Lantunan ayat alquran yang di baca untuk mengiringi kepergian Ratna pada Sang Khalid, di satu kamar tangisan pilu terdengar mengisi kamar. Tangisan yang menyayat hati, sepasang bayi kembar lelaki perempuan yang di beri nama Akmal dan Aminah.
Mereka berdua tidak berhenti menangis walau dua orang ibu pengganti memberikan asi mereka dengan suka rela, demi mendiamkan kedua bayi malang tersebut. Namun, tangisan mereka berdua semakin keras, seolah-olah memberi ucapan perpisahan pada ibu yang melahirkan mereka ke dunia ini.
Lantunan doa dan ayat-ayat suci masih berkumandang di rumah besar berlantai dua itu, iringan tangisan mengiring kepergian wanita itu ke tempat terakhirnya.
Seorang Ibu paru baya tampak pingsan beberapa kali melihat putrinya terbujur kaku, seakan-akan tidak percaya dengan kenyataan, ia beberapa kali mencium kening dan mengusap wajah dingin putri pertamanya sebelum dibungkus kain berwarna putih itu.
Satu bulan, setelah kepergian ibu mereka, ke dua keponakannya di titipkan ke rumah Alisa. Namun, satu bulan itu ayah mereka tidak pernah sekalipun menjenguk, jangankan menjenguk, menelepon juga tidak, walau hanya sekedar bertanya apakah anak-anak malang itu apa masih hidup atau sudah mati ayah mereka tidak perduli.
‘Kenapa anak selucu ini Mas Farel tidak perduli ada apa? Ada dia masih bersedih atau ada hal lain?’ tanya Alisa dalam hati, matanya menatap bayi kembar yang menggemaskan itu.
Saat sedang duduk sembari menatap si kembar tiba-tiba sang ibu membuat pernyataan yang membuat Alisa hampir pingsan karena kaget.
“Alisa kamu harus menjaga kedua keponakanku, Nak, aku tidak tahu ada apa dengan Farel, apa dia punya wanita lain? Apa dia tidak sayang pada anak-anak malang ini,” ujar ibunda mengusap air yang membasahi pipinya.
“Itu harus ibu, biar bagaimanapun mereka berdua keponakanku,” ujar Alisa mengganti popok Aminah.
“Kamu harus menikah dengan Farel demi anak-anak malang ini.”
Dug ...!
Jantung Alisa berdetup sangat keras, mendengar permintaan ibundanya.
“Ibu …!?” Mata Alisa membelalak karena kaget.
“Ibu jangan bercanda?”
“Nak, ibu tidak bercanda, ibu sudah memikirkannya beberapa minggu ini.”
“Ibu, aku tetap akan menjaga mereka tidak perlu harus menikah dengan Mas Farel.”
“Masalahnya, dia seolah-olah tidak menginginkan anak-anak malang ini.”
“Biarkan saja Bu, aku yang akan merawatnya aku akan menjadikannya anak ini jadi anak angkatku, Mas Dimas pasti setuju.”
“Nak, kamu harus mempertahankan apa yang sudah dibangun kakakmu dengan susah payah.”
“Ibu, bagaimana mungkin ibu memintaku menikah dengan Mas Farel setelah ibu tahu apa yang dialami kakak Ratna selama ini ? jika ibu memaksaku menikah dengannya, bukankah ibu melihat penderitaan anak-anakmu untuk kedua kalinya, apa Ibu mau hal buruk lagi terjadi pada putri ibu?” tanya Alisa dengan suara bergetar, bahkan kakinya letoi bagai jeli mendengar permintaan yang tidak masuk akal dariw anita yang melahirkannya tersebut.
“Sayang … ini demi Mbakmu dan kedua keponakanmu, kamu harus buktikan pada keluarga itu kalau Mbakmu, bukan seperti mereka pikirkan.”
“Lalu bagaimana dengan kehidupan ku ibu, haruskah aku mengorbankan hidupku demi mereka?” tany Alisa ia berpengangan kuat pada sisi ranjang agar tubuhnya tidak tumbang.
“Bukan hanya mereka Nak, tetapi demi Ibu dan ayahmu dan adikmu.”
“Ibu, bukankah ini keterlaluan dan egois? Kenapa aku harus menikah dengan Mas Farel yang jelas-jelas kita tahu, kalau dia sudah jahat sama Mbak Ratna saat dia masih hidup!
Lalu bagaimana kalau dia memperlakukanku seperti dia memperlakukan mbak juga?”
“Tidak akan, dia tidak akan melakukan itu percaya sama ibu,” ujar wanita dengan tangan memegang punggung tangan Alisa dengan wajah tuanya memohon, “ibu yakin kamu wanita yang mampu melakukan hal itu.”
Juminten memaksa Alisa menjadi ibu sambung untuk keponakannya, padahal ia tahu kalau beberapa hari lagi kekasih Alisa akan datang melamar putrinya.
“IBu, aku tidak bisa ….! sebentar lagi Dimas dan keluarganya akan ke rumah kita untuk melamarku, Bu!” teriak Alisa memegang dadanya, wanita cantik berhijap itu sangat terpukul mendengar permintaan ibunya.
“Batalkan saja Nak dan putuskan dia, kalau kamu siapa lagi yang mau menjaga mereka berdua,” lirih wanita itu dengan tangisan.
“Apa?” Wanita berhijap itu seolah-olah kehabisan kata-kata, ia hanya menangis mendengar permintaan orang tuanya, ia memohon sama ibunya agar jangan memaksa, tetapi wanita itu sampai berlutut dan memohon di kaki Alisa.
“Tolong Alisa, ibu tidak meminta apa-apa darimu Nak, tapi ibu hanya ingin kamu menjadi ibu untuk kedua anak malang ini,” ucap Wanita dengan tangisan yang sangat menyedihkan, ia terlihat memikul beban yang sangat berat.
Alisa anak yang sangat baik dan soleha, patuh pada orang tuanya, walau hatinya sangat sakit saat ibumya meminta menikah dengan Farel, suami mendiang kakaknya, tetapi ia tidak bisa menolak ia akhirnya setuju,
*
Malam Sebelum acaara lamaran rencananya Dimas dan keluarganya akan datang lamaran, akhir Alisa memberanikan diri menelepon Dimas sang kekasih.
“Jangan bercanda Lisa, bagaimana mungkin kamu menikah besok, saat kita sudah sepakat kalau aku datang melamar, Kamu!” teriak lelaki itu diujung telepon, wajah yang tadinya berbunga-bunga mendadak panik dan ketakutan.
“Maafkan aku Mas, aku tidak bisa menolak keinginan kedua orang tuaku, aku terpaksa harus menikah dengan kakak iparku, tolong lupakan aku, bencilah aku sepuas mu jika itu bisa mengobati luka hatimu,” ujar Alisa dengan terisak-isak.
“Tunggu, tunggu bagaimana aku menjelaskan pada-“
Tut … tut …!
Lelaki berbadan kekar itu bagai di sambar petir, ia diam membantu, semuanya begitu cepat, bahkan otak cerdas belum sepenuhnya bisa memahami apa yang barusan ia dengarkan.
“Aku lagi bermimpi kan, aku pasti bermimpi,” ucapnya dengan suara pelan. Ia kembali menelepon nomor Alisa, nomor itu tidak aktif lagi.
Ia melihat ke arah rumah, keluarga besarnya sedang bercekraa untuk acara besok, semua sudah dipersiapkan, bahkan ibunya mengundang semua sudara dan sepupu Dimas.
“Ini tidak mungkin aku pasti salah,” ucap Dimas tertawa ketir, ia mengusap wajahny dengan ketir.
“Kamu tidak mungkin tega menghancurkan hidupku Alisa, kamu wanita baik,” ucapnya dengan tangisan tanpa suara. Hidup lelaki yang profesi sebagai abdi negara itu benar-benar hancur.
Dimas tidak pernah menyangka, di hari ia aka lamar kekasihnya, ia harus mendapat kabar kalau sang kekasih sudah menikah dengan kakak iparnya. Ia menikah menggantikan kakaknya yang meninggal setelah melahirkan bayi kembar, hati siapapun akan hancur lebur mendengar hal seperti itu, Dimas dan keluarganya sangat terpukul mendengar Alisa sudah menikah, mereka sangat membenci Alisa dan keluarganya
Lalu bagaimana Alisa menjalani hidup dengan abang iparnya yang jelas-jelas sangat membenci pernikahan mereka?
Baca kisa menarik mereka hanya di disini
Bersmbung
Kakak jangan luva berikan vote ya terimakasih