Sesuatu yang Disembunyikan

1006 Words
Mapan di usia muda merupakan harapan setiap orang, semua usaha yang telah dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan juga harus dibarengi dengan sebuah doa dan seseorang yang benar-benar ahli dalam bidangnya, orang dalam contohnya. Bukan menjadi rahasia umum jika saat ini sebuah usaha harus dibarengi dengan relasi yang menyakinkan, uang juga dibutuhkan di dalam dunia ini. Kita mencari pekerjaan unutk sebuah bayaran, bukan kita membayar terlebih dahulu baru mendapat pekerjaan. Ah namanya juga kehidupan, bagi mereka yang tidak mengikuti juga akan ketinggalan. Seperti inilah kerasnya kehidupan, bagi mereka yang juga tidak tahan maka bisa angkat tangan dan menyerah kepada kamera terdekat. “Anda benar-benar luar biasa Mas Doni, saya tidak menyangka jika kinerja anda begitu cekatan dan memuaskan. Saya juga akan mempromosikan Mas Doni ke divisi lain jika memang sedang butuh, serahkan semuanya kepada saya Mas.” Pujian singkat tertuju kepada Doni yang tengah tersenyum tipis itu, mengangguk pelan menanggapi semua ucapan pria tambun yang ada di sampingnya. Dia tahu dengan benar jika pria di sampingnya ini sedang memanfaatkan sesuatu darinya, sangat berbeda dengan pertemuan pertama kali mereka. Tatapan judes dan menyepelekan dirinya begitu jelas terekam di ingatannya, dasar munafik. “Sebuah kehormatan besar bagi saya jikalau bapak melakukan hal tersebut, bukan masalah besar jika saya menetap lebih lama di Surabaya,” ucap Doni dengan sopan. “Mampir dulu Mas ke gubuk saya, mari berangkat bersama.” “Mohon maaf Bapak, bukan bermaksud menolak ajakan Bapak namun saya telah memiliki pernjanjian yang lain. Mungkin lain waktu saya bisa mampir, sekali lagi saya minta maaf.” “Ah baiklah, saya pulang terlebih dahulu Mas Doni.” Mata hitam Doni memandang punggung seseorang di depannya dengan malas, ah dia sangat malas berhubungan dengan orang-orang bermuka dua, yah walaupun dia juga sering kali menampilkan dua sisi yang berbeda dalam waktu yang tidak berselang lama. Tapi yang dia lakukan ini bukan bermuka dua, melainkan dewasa. Menempatkan sesuatu yang baik tepat pada waktunya. “Mas Doni keren yah, masih muda tapi pengalamannya juga udah banyak. penawaran dari Bapak tadi diterima aja Mas, jangan buang-buang kesempatan.” “Tau nih Mas Doni pake masih mikir lagi, kalau aku jadi Mas Doni udah aku iyain aja tawaran Bapak.” “Nggak usah kebanyakan mikir Mas, ingat kalau kesempatan itu nggak datang dua kali.” Pria yang sedari tadi disebut namanya itu hanya mengangguk dengan sebuah senyuman, dia tidak terlalu berminat dengan proyek yang memiliki banyak mafia di dalamnya. Ini bukan seleranya, Doni tidak terlalu pusing memikirkan ini semua. Jika memang sudah berjodoh di sini maka dia akan juga tetap lanjut, bayaran yang cukup besar juga mempengaruhi dirinya untuk terus bertahan. “Iya Mas, saya tampung semua saran dari kalian. Insyaallah jika memang berjodoh, saya juga tidak akan kemana-mana.” Berbicara secukupnya dengan beberapa rekan kerja, Doni memutuskan untuk pamit terlebih dahulu. Pria tinggi itu berjalan menuju mobil mewahnya dengan santai, banyak yang menyarankan dirinya untuk menggunakan jasa sopir. Namun inilah Doni, pria perhitungan yang sangat sensitif dengan uang. Selagi dia masih bisa mengendarai mobil sendiri maka dia juga tidak akan menggunakan jasa sopir. Pikirannya melayang, entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal hatinya dengan begitu berat. Ada titik hitam yang mencoba menerobos masuk ke dalam relung hatinya. “Arghh s**t, apa yang sedang kamu pikirkan Don!” Doni berteriak kesal terhadap dirinya sendiri, memukul stir kemudi mobilnya dengan cukup kuat dan mengepalkan tangan hingga buku-buku jarinya memutih. Pikirannya tengah kalut tanpa sebab, suatu hal buruk akan terjadi kepadanya. Dan dia yakin akan itu. Seperti sesuai janjinya kemarin malam dengan sang istri, Doni memutuskan untuk menjemput Jenni di depan kampus. Sebenarnya dia sudah bersikeras untuk memasuki kampus, namun Jenni juga bersikeras menahan sang suami agar tetap berada di luar area kampus, alias di depan gerbang kampus. “Kamu dimana sayang,” gumam Doni memandang banyaknya perempuan yang menunggu di depan kampus. Bukan tanpa alasan dirinya menikahi Jenni, pria yang sudah trauma akan cinta itu hanya bisa menginyakan permintaan sang mama yang menginginkannya untuk segera menikah. Berjalan dengan seiringan waktu, dia akui telah terpikat dengan istrinya sendiri. Jenni yang tidak banyak mengatur dirinya namun mampu mengerti tugasnya untuk mengingatkannya akan segala sesuatu yang sudah di luar batas. Jenni yang tidak banyak menghabiskan uangnya. Jenni yang tidak banyak meminta segala sesuatu kepadanya. Dan Jenni yang mampu membuatkan rumah kedua baginya, kepribadiannya yang kalem dan lembut kepadanya membuat sifat kepemimpiannya bertambah. Jenni mampu menjadi sosok yang dia butuhkan di saat yang tepat. “Tchh di mana sih kamu,” decak Doni dengan kesal pesan darinya tidak dibalas sama sekali oleh Jenni. Pria itu semakin kesal karena melihat tulisan online di bawah nama sang istri, sebenarnya kemana Jenni pergi hingga tidak membalas pesannya? Doni sudah terlanjur kesal, pria itu menelpon berkali-kali Jenni. Berdering namun tidak kunjung diangkat, memang pada dasarnya dia sudah tersulut emosi ditambah dengan sikap cuek sang istri yang tidak mengangkat teleponnya membuatnya semakin muak. wifey iya mas sebentar yah, ini aku lagi jalan keluar kampus bentar lagi sampai gerbang tunggu sebentar yah mas Brukk Dentuman cukup keras yang berasal dari ponsel yang dilempar ke arah dashboard mungkin membuat orang lain cukup ngeri melihatnya, siapa yang kuat melihat ponsel ber-merk keluaran terbaru dibanting begitu saja? “Apa yang kamu sembunyikan dariku sayang, aku yang sedang kau sembunyikan dariku?” pikirannya berkelana kemana-mana, walaupun sebenarnya dia yakin bahwa Jenni tidak akan menduakannya, Jenni tidak akan berani melakukan itu. Mood Doni benar-benar di uji saat ini. “Kau sedang bersama siapa sayang?” tanya Doni kepada dirinya sendiri saat melihat sosok Jenni bersama pria tinggi semampai berada di sampingnya? Siapa pria b******n yang menggoda istirnya itu? Mata hitam Doni hanya diam mengikuti semua pergerakan kedua cucu adam yang berjalan ke arah mobilnya. Doni dapat melihat jika Jenni berusaha menolak ajakan pria di sampingnya, namun seolah pria itu benar-benar memaksa istrinya untuk dibantu. Doni juga menaikan satu alisnya ke atas melihat pria tadi membuka pintu mobilnya dan mengucapkan hal yang membuatnya semakin menahan amarah dengan susah payah, b*****h ini benar-benar menganggunya. “Sesuai titik antar ya Pak, tolong antar pasangan saya dengan hati-hati, tenang nanti dapet bintang lima kok, Pak.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD