"Apa, sih?" Wajah Sasti memerah. Demi apa pun, ini kali pertama ia menjadi salah tingkah karena usulan panggilan dari sang suami. Namun, hatinya berbunga-bunga karena itu tandanya Prasta telah memiliki sedikit perasaan kepadanya. Sementara itu, Prasta ikut merasa jengah. Ia menjawab demikian karena sebenarnya iya tak punya alasan lain karena sudah mengganti panggilannya menjadi aku dan kamu. "Wajahmu merah itu," kata Prasta. "Aku memang selalu berseri-seri," sahut Sasti kemudian. Prasta tak bisa menyembunyikan senyumnya. Gadis itu ternyata sangat menyenangkan. Entah kenapa ia merasa mempunyai kehidupan baru yang ceria. Tidak seperti dulu yang selalu mengikuti arus dan tidak melawan arah sama sekali. "Mau pulang sekarang?" tanya Prasta menyudahi kecanggungan di antara mereka. "Ak