Hari sudah hampir sore saat Zein pulang setelah mengantar Serly pulang, karena sebelumnya Zein pergi menemani Serly ke salon langganannya.
Sebelumnya, Zein sudah menanyakan maksud ayahnya yang menjemput Serly tadi pagi juga menanyakan kenapa ayahnya sampai terlambat ke kantor meskipun dia tau pagi itu mereka ada meeting. Alasannya cukup masuk akal, pagi tadi mereka sudah sepakat untuk membicarakan pernikahan Serly dan Zein jadi Adam Herlambang hanya ingin menegaskan jika Serly sudah siap untuk hal itu, dan seperti yang sudah mereka sepakati, Serly siap untuk menikah bulan ini.
Jadi baik Adam atau Zein memang tetap harus mempertimbangkan perasan calon anggota baru di keluarga mereka nantinya.
Tak ada sedikitpun keraguan di hati Zain lagi, justru Zein sangat berterima kasih pada ayahnya yang sudah mau berdamai dengan ibunya untuk perkara pernikahan ini. Jika sebelumnya Adam Herlambang bersikeras tidak ingin Zein putranya menikah buru-buru, sekarang justru Adam sendiri yang terlihat antusias menyambut rencana pernikahan putranya itu, terbukti dengan sikap Adam yang tidak keberatan untuk sekedar menjemput dan mengantar Serly dari rumahnya hingga ke kampus, dan terkadang tidak segan-segan mengajak Serly untuk sekedar menghabiskan makan siang bersama.
Senyum Zein terpancar bagai purnama di tengah langit malam karena rasa bahagia nya, setelah tadi Adam, ayahnya menjelaskan jika Serly sudah siap menikah bulan ini dan rasanya Zein semakin tidak sabar untuk berada di hari di mana dia akan benar-benar mengikat Serly sebagai satu-satunya wanita yang akan melahirkan anak dan memberikan cucu untuk orang tuanya.
Sambil bersiul Zein memasuki rumah besar keluarganya, dan sesekali berputar dengan gaya yang indah kerena sungguh hatinya sedang di penuhi rasa bahagia, hingga bersorak pun tidak akan cukup untuk menyampaikan jika dia sedang bahagia.
Lain Zein, lain pula dengan ibu Yuyun, ibunya. Saat Zein masuk ke rumah, ibu Yuyun langsung menyambut Zein dengan senyum cemerlang tidak kalah manisnya dengan senyum Zein saat ini, lalu menarik lengan Zein untuk dia bawa duduk di sofa ruang tengah rumah itu.
"Ooooh Zein, putra kesayangan, mama. Kenapa kau tidak pernah bilang jika calon ibu mertuamu itu sangat cantik." Ucap Yuyun saat sudah sama-sama duduk di sofa dengan Zein yang juga sudah duduk sambil melonggarkan dasi di lehernya. Zein hanya mengedikkan bahunya, seolah semua terdengar biasa-biasa saja.
Jika ibunya mengatakan sangat cantik, itu sudah biasa. Level cantik menurut ibunya adalah seperti Desi Ratnasari, salah satu artis atau pemain sinetron tahun delapan puluhan kesukaan ibunya, dan Zein tidak akan terlalu terkejut saat ibunya mengatakan jika calon ibu mertuanya itu sangat cantik. Bagaimanapun wanita yang sudah memiliki satu anak, dan anaknya sudah siap untuk menikah dan sebentar lagi akan mendapatkan cucu dari anaknya itu, ya tidak akan jauh berbeda dengan ibu Yuyun, ibunya sendiri. Kira-kira begitulah bayangan nyonya Kiray Agustin di pikiran, Zein Herlambang, saat ini.
"Ooooh pasti dong, mama. Liat saja Serly yang begitu cantik, sudah pasti dia juga memiliki mama yang cantik. Sama seperti Nana dan Naomi yang mewarisi kecantikan mama, tentu Serly juga akan mewarisi kecantikan mamanya." Ucap Zein terdengar santai tapi Yuyun buru-buru menggeleng karena apa yang sedang di pikirkan Zein dengan apa yang dipikirkan Yuyun sepertinya sedang tidak sama.
"Tidak Zein. Tidak seperti itu. Calon ibu mertuamu itu benar-benar sangat cantik. Dia bahkan tidak terlihat tua seperti bayangan mama selama ini, sayang. Dia benar-benar masih muda dan cantik, bahkan jika Serly dan mamanya berdiri berdampingan, orang-orang pasti akan berpendapat jika Serly dan mamanya lebih cocok menjadi saudara, dari pada ibu dan anak." Tolak Yuyun karena sepertinya Zein putranya, tidak percaya saat dia memuji kecantikan ibu dari calon menantunya.
Zein menghela napasnya karena percuma dia berdebat perkara ini yang menurut Zein bukanlah sesuatu yang memang pantas untuk di perdebatkan, lagi pula, untuk saat dia sedang tidak ingin merusak suasana hati nya juga suasana hati ibunya yang mungkin sedang sangat senang, jadi setuju dengan pendapat ibunya jauh lebih menguntungkan bagi Zein saat ini, karena bagaimanapun ibu adalah orang yang tidak akan pernah salah.
"Oke-oke. Jadi bagaimana pertemuan mama dengan mamanya Serly? Apa semua berjalan dengan baik? Apa nyonya Kiray bersedia atau menerima rencana kita? Apa,,,,"
"I-ya. Semua berjalan dengan sangat baik, Zein. Selain muda dan cantik, mamanya Serly juga sangat baik, dia tidak hanya setuju untuk kau melamar putrinya, tapi calon ibu mertuamu juga ternyata tidak keberatan jika kau secepatnya menikahi putrinya." Imbuh Yuyun dengan sangat sumringah saat menceritakan pertemuannya dengan Kiray Agustin siang tadi. "Dia mengatakan, pertemuan tadi adalah wujud lamaran untuk putrinya, dan dia meminta mama untuk segera mempercepat pernikahan kalian, sebelum dia berangkat ke Jepang. Dan kita hanya punya waktu dua Minggu untuk segera melangsungkan pernikahan itu, atau kita akan menunggu dua atau tiga bulan lagi atau mungkin dalam waktu yang belum pasti, karena dia juga mengatakan tidak tau pasti kapan dia akan kembali ke Indonesia lagi, dan mama sudah memutuskan untuk mempercepat pernikahan mu sebelum dia ke luar negeri, karena jujur mama tidak ingin menunda itu lebih lama lagi." Jelas Yuyun pada putranya yang mana berita tadi semakin menyempurnakan rasa bahagia di hati Zein Herlambang dan tentu Zein tidak akan keberatan untuk itu, karena sesungguhnya itu juga yang Zein inginkan.
"Apakah mama sedang tidak bercanda?" Tanya Zein yang masih syok dan tidak percaya dengan apa yang sedang ibunya sampaikan, tapi Yuyun hanya tersenyum sambil mengangguk karena tiba-tiba dia menjadi lebih bersemangat dari pada putranya, seolah-olah dirinya lah yang akan menikah.
"Iya Zein. Jadi mulai besok mama akan mulai mencari wedding organizer terbaik untuk mengurus segala keperluan untuk pernikahan mu, karena sungguh mama tidak ingin mengecewakan permintaan mama mertuamu." Jawab Yuyun dan terlihat sedikit menaikan wajahnya, lalu memandang dua pintu utama rumah itu karena dari tadi mereka mengobrol, dia belum melihat suaminya. "Ooooh ya. Apa papamu belum pulang? Ini sudah sore. Apa tadi kalian tidak pulang barengan?" Tanya Yuyun saat menyadari jika dari tadi Adam, suaminya, memang belum terlihat sama sekali.
"Belum, mama. Kayaknya papa masih ada klien. Soalnya tadi saat Zein keluar, papa ada janji bertemu klien lain di luar kantor, kata sekertarisnya, dan sepertinya masih bersama klien sampai saat ini," jawab Zein apa adanya, karena kurang lebih seperti itulah yang sekertaris ayahnya beri tahu padanya tadi sebelum pulang.
"Ooooh." Yuyun hanya ber oooh saja, karena akhir-akhir ini suaminya memang sering pulang terlambat, bahkan sering pulang saat malam sudah cukup larut, tapi tentu saja mereka memakluminya karena pengusaha seperti Adam Herlambang, memang cenderung lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, jadi Yuyun juga tidak mau menjadi istri yang cerewet dengan mempermasalahkan hal sepele seperti ini. Lagi pula yuyun percaya jika suaminya tipe laki-laki setia dan pekerjaan keras, jadi Yuyun tetap santai meskipun terkadang suaminya juga tidak pulang semalaman.
Benar saja, hingga jam makan malam Adam Herlambang juga masih belum pulang, tapi tadi Yuyun sudah menelpon suaminya dan Adam mengatakan masih bersama klien nya dan akan makan malam dengan mereka, jadi Yuyun dan ketiga anaknya akhirnya memulai makan malam meski tanpa ayah dari anak-anak nya.
Zein memiliki dua adik perempuan, satu masih kuliah, dan satunya lagi masih duduk di bangku SMA kelas tiga.
Sampai larut malam Adam masih juga belum pulang dan benar-benar tidak pulang hingga pagi nya.
Hari ini rencananya, Zein dan Yuyun akan menemui wedding organizer untuk berkonsultasi masalah pesta dan konsep yang akan mereka gunakan. Zein juga sudah meminta Serly untuk bersiap-siap karena sesuai rencana, hari ini juga mereka akan memesan gaun pengantin untuk Serly, karena bagaimanapun semua harus terlihat sempurna, meskipun pernikahan ini terkesan mendadak tapi Yuyun tetap ingin yang terbaik untuk pernikahan putranya.
Zein mengatakan akan menjemput Serly untuk dia bawa ke desainer terbaik, guna memberikan Serly gaun terbaik untuk dia pakai di pernikahan merek nanti, tapi serly lebih dulu menolak, dan mengatakan akan menyusul Zein ke tempat itu bersama sopir, dan Zein juga tidak keberatan untuk hal itu.
Usai menemui wedding organizer, Zein benar-benar pergi ke butik salah satu desainer terkenal, dan mengatakan ingin memberikan pengantinnya gaun terbaik untuk acara pesta pernikahan nya yang akan di selenggarakan dua Minggu lagi, saat tiba-tiba Marsel, sahabat kental Zein menyapa Zein saat melihat Zein masuk ke salah satu butik terkenal.
"Hey. w******p bro?" Sapa Marsel lebih dulu saat menyapa Zein dan Zein balas dengan menjabat tangan, di ikuti dengan saling menggenggam ibu jari dengan pegangan yang kokoh, lalu beralih menjabat tangan wanita yang sedang tersenyum di samping Marsel. Memey istrinya Marsel.
"Gue baik. Bagaimana dengan lu?" Balas Zein lagi. Senyum Zain langsung bisa di baca oleh Marsel jika saat ini Zein tengah berbunga-bunga.
"Gue baik." Balas Marsel. " Bay the way, lu di mari ngapain?" Heran Marsel karena mustahil Zein akan senang berbelanja seorang diri atau shoping seperti kebanyakan wanita. Bagaimanapun dia (Marsel) dan Zein sudah bersahabat dari SMA dan sudah sangat mengenal dengan baik seorang Zein Herlambang. Baik sikap ataupun kebiasaan Zein.
Senyum Zein semakin terlihat mekar saat kembali mengingat apa yang sedang dia lakukan di tempat ini, lalu membayangkan pula wajah cantik kekasihnya yang sedang tersenyum manis hingga lesung pipinya terlihat sangat cantik. Ooooh rasanya Zein akan benar-benar gila jika sampai dia tidak segera menikahi kekasihnya. "Gue. Gue mau cek gaun pengantin lah. Tar, lu juga kebagian kok undangan nya." Jawab Zein sumringah.
"Lu mo nikah? Sama sapa?" Tanya Marsel seolah benar-benar tidak tau jika selama ini Zein dan Serly adalah sepasang kekasih. Bukankah Marsel adalah sahabat kental nya Zein? Lalu masa hal sederhana macam ini Marsel juga gak tau. Zein hanya menghela napasnya kasar, karena kali ini dia juga agak kesal sama sahabat nya yang satu ini. Dia sudah menjalin cinta dengan Serly Agustin hampir dua tahun, masa iya Marsel masih menanyakan dengan siapa dia akan menikah.
"Sama pacar gue lah, masa iya gue nikahin binik elu." Kesal Zein, "jangan bilang lu lupa jika gue pacaran ama anak konglomerat itu, Serly Agustin?" Sambung Zein lagi kali ini Zein juga mengatakannya sambil menepuk lengan atas Marsel karena sungguh dia sedang sangat kesal pada, Marsel.
Marsel hanya terkekeh, namun juga ada rasa heran di otaknya. "Gue pikir, lu Ama Serly dan putus," ucap Marsel karena sungguh dia benar-benar tidak menyangka jika Zein akhirnya akan menikahi anak konglomerat itu. Bukan nya Marsel ragu dengan Zein, Marsel sangat mengenal Zein Herlambang, anak keluarga yang cukup kaya, tapi tetap terlihat sederhana. Selain itu Zein juga terkenal dengan pribadi riang tapi jika untuk urusan wanita, Zein tipe laki-laki yang setia, dari saat dulu , saat mereka masih mengunakan serangan abu-abu, Zein hanya pernah pacaran sama satu wanita, dia Miranda, salah satu anggota OSIS, yang sangat cantik, mereka pacaran hampir empat tahun hingga Zein menyelesaikan studinya tapi, entah apa yang menjadi alasan mereka putus waktu itu, Marsel hanya tau jika Miranda pindah ke luar negeri dan hampir satu tahun Zein tidak pernah terlihat bersama seorang wanita lagi dan sekalinya pacaran Zein malah pacaran sama anak konglomerat. Tapi Marsel juga sempat berpikir jika Zein dan gadis itu sudah putus, karena Marsel beberapa kali melihat gadis bernama Serly itu bersama laki-laki lain, tapi sudahlah, itu bukan urusan Marsel.
"Gila lu ya. Gue tu masih langgeng ya ama pacar gue, dua Minggu lagi gue nikah, dan gue gak mo tau ya, lu pokoknya harus datang. Bila perlu lu nginap tiga malam di rumah gue agar lu gak punya alasan untuk tidak hadir." Ucap Zein yang malah membuat Marsel tertawa.
"Tenang, gue pasti datang. Iya kan sayang?" Jawab Marsel sambil meminta persetujuan dari wanita di sampingnya. Istrinya. Memey hanya mengangguk dengan senyum "jadi lu serius mo nikah sama, Serly Agustin?" Tanya Marsel lagi, karena dia masih saja tidak percaya jika Zein akhirnya akan menikah. Zein hanya mengangguk dengan sangat cepat dan sangat antusias.
"Wait,,,, wait. Apa maksud kalian Serly Agustin, mahasiswi di universitas cakrawala, putri dari, nyonya Kiray Agustin?" Kali ini istri Marsel yang mengeluarkan suara. Zein kembali mengangguk saat wanita itu ternyata mengenal calon istrinya, bahkan mengenal ibu dari calon istrinya.
"Yes. That right." Marsel yang menjawab.
"Sebentar dulu, kek nya aku punya photo tu cewek!" Imbuh Memey lalu mengeluarkan ponsel di tas selempang nya dan fokus sebentar untuk mengecek ponselnya lalu menunjukkan pada Zein photo Serly di ponsel miliknya setelah dia menemukan photo gadis yang akan di nikahi oleh Zein Herlambang, sahabat suaminya. "Apa ini orangnya?" Tanya Memey saat memberikan ponsel pada Zein untuk Zein lihat. Zein kembali mengangguk saat melihat senyum cantik kekasihnya di layar ponsel Memey istri dari Marsel.
"Oooh kau juga mengenalnya?" Bangga Zein karena ternyata banyak yang mengenal calon istrinya. Memey hanya mengangguk sambil sedikit mencibirkan bibirnya kerena, tiba-tiba dia merasa tidak suka.
"Sepertinya kau harus mempertimbangkan keinginan mu untuk benar-benar menikahinya!" Ucap Memey lagi yang justru terdengar ambigu di telinga Zein dan Marsel.
"Kenapa aku harus mempertimbangkan nya?" Tanya Zein yang terdengar tidak setuju dengan ucapan atau usul Memey barusan. "Aku dan Serly udah pacaran hampir dua tahun, dan aku sudah sangat mengenal baik-buruk nya dia, sebelum aku benar-benar mantap ingin memperistri dia." Jelas Zein lagi dan Memey lagi-lagi hanya mengangguk dengan senyum tipisnya.
"Just for you know, Zein. Karena kau sahabat suamiku, aku juga ingin memberikan nasehat receh. Perkara kau percaya atau tidak itu urusan mu, tapi sungguh, aku peduli padamu, oleh sebab itu aku juga mau kasih saran sama kau untuk menyelidiki sedikit wanita yang akan kau nikahi itu. Aku tau dia anak konglomerat, tapi dia tidak sebaik yang kau lihat. Aku sering melihatnya dengan beberapa laki-laki, bahkan kemarin aku liat dia bersama laki-laki yang cukup berumur keluar dari hotel. Aku gak mau berburuk sangka, Karena aku juga gak tau apa yang mereka lakukan di hotel itu. Aku tau dia bisanya di awasi oleh orang-orang kepercayaannya mamanya, tapi tentu aku juga bisa membedakan mana yang pengawal atau bodyguard, dan mana yang sugar Daddy. Dan sepetinya yang kemarin aku liat sih itu, sugar Daddy nya." Jelas Memey tanpa ada maksud apa-apa, dan sungguh ini murni untuk memberikan pandangan lain pada sahabat suaminya. "Aku gak bilang dia mengkhianati kau, tapi sungguh aku berharap kau mau mempertimbangkan apa yang baru saja aku katakan padamu. Ingat Zein, menikah itu hal yang sakral, dan harus di lakukan dengan segala kesungguhan hati, karena kita menjalani nya juga harus melibatkan hati dan pikiran." Sambung Memey saat kembali memperhatikan Zein yang hanya tersenyum lalu mengangguk.
"Kau tidak perlu khawatir, semua sudah aku pertimbangkan dan aku yakin dia memang yang terbaik untukku, karena aku juga sangat mencintainya." Imbuh Zein. Marsel juga Memey langsung ikut tersenyum penuh kebahagiaan. Sungguh mereka juga akan ikut bahagia saat Zein juga bisa menemukan tambatan hatinya. Umur Zein sudah sangat mantap untuk menikah, dan hal yang bisa mereka lakukan hanya mendoakan segala yang terbaik untuk sahabat nya.
"Terima kasih, untuk nasehat kecilnya." Sambung Zein lagi dan Memey buru-buru mengangguk meskipun hatinya juga agak sedikit bingung dan ragu.
Marsel dan Memey akhirnya pamit untuk ke toko lain, karena mereka masih harus mencari beberapa kebutuhan lain, dan Zein yang langsung masuk ke butik itu karena ibunya sudah dari tadi masuk.
Sudah hampir satu jam Zein, dan Yuyun di butik itu saat Serly menelponnya dan mengatakan dia sudah berada di luar, dan Zein buru-buru keluar untuk menjemput kekasihnya di luar. Saat Zein sampai di parkiran butik, Serly langsung melambaikan tangan dan detik berikutnya Adam, ayahnya juga terlihat di belakang punggung Serly dan baru keluar dari pintu mobil.
Zein langsung menghampiri Serly untuk dia cium pipinya lalu mengandeng pinggang Serly dengan tetap mempersembahkan senyum terbaik nya, saat Zein juga langsung bertanya "Apa kalian datang bersama?"
Serly benar-benar hanya tersenyum, kemudian menoleh ke Adam yang juga terlihat tersenyum tipis. "I-ya. Kebetulan tadi di jalan saat, papa akan pulang, papa sempat menelpon mama dan mama mengatakan sedang di butik untuk memesankan gaun pengantin untuk Serly, dan saat itu papa juga menelpon Serly karena kebetulan papa sedang tidak begitu jauh dari rumah Serly, jadi sekalian saja papa jemput Serly biar kita bisa ke sini barengan." Jelas Adam panjang lebar dan Zein hanya mengangguk mengerti.
Mereka benar-benar masuk dan Serly langsung memilih gaun yang mana yang dia inginkan, juga mengukur beberapa bagian yang harus di koreksi agar gaun itu pas di tubuh cantik pengantinnya.
Tidak hanya Serly dan Zein yang akan memilih pakaian untuk pesta itu tapi, Yuyun dan Adam juga kedua adik Zein akan ikut membuat gaun agar tampak serasi dengan pengantin mereka nanti. Zein hanya menurut apa yang Serly dan ibunya inginkan, karena untuk urusan seperti ini Zein memang tidak begitu pandai.
Setelah di rasa mantap dengan pilihan mereka, dan selesai dengan sesi ukur- mengukur, mereka juga sepakat untuk makan siang bersama di salah satu restoran yang tidak jauh dari butik itu, sekaligus menjelaskan hasil konsultasi Zein dan Yuyun tadi dengan wedding organizer.
Pesta akan di adakan di hotel silver, dan pesta itu akan mengunakan dua konsep sekaligus. Dalam dan luar ruangan. Karena tamu yang akan di undang cukup banyak jadi mereka juga sepakat untuk menggunakan konsep luar ruangan dan itu akan di adakan di halaman belakang hotel.