Meeting Penting

3469 Words
Lain keluarga Zein, lain pula keluarga Serly. Ibu Serly, nyonya Kiray Agustin tidak terlihat sibuk atau memikirkan pernikahan putrinya itu karena semua memang sudah di sepakati akan di lakukan oleh pihak laki-laki. Serly sudah menunjukan photo gaun yang akan dia gunakan di pernikahan nya dan meminta ibunya untuk menggunakan gaun yang mirip agar mereka tampak serasi dengan keluarga Zein. Kiray Agustin, hanya mengangguk dan tersenyum tipis namun sebisa mungkin dia akan menuruti permintaan putrinya. Detik berikutnya Kiray langsung meminta Shopia untuk mencarikannya gaun dengan motif dan kombinasi seperti yang telah Serly putrinya tunjukkan tadi. Tentu itu bukanlah hal yang sulit untuk seorang CEO seperti, Kiray Agustin. Tidak banyak yang Kiray lakukan untuk menyambut hari pernikahan putrinya yang tinggal menunggu hari, Kiray juga masih terlihat di sibukkan dengan pekerjaannya yang benar-benar sangat banyak. Hari sudah cukup larut saat dia baru beranjak dari ruang kerjanya. Kiray bangkit dari duduknya lalu memutar tubuhnya untuk melihat ke luar halaman yang cukup gelap, pikirannya melayang dalam imajinasi indah yang masih dia tunggu, lalu tersenyum dengan hati yang damai hanya dengan mengingat hal indah itu, setelahnya Kiray kembali berbalik untuk meninggalkan ruangan itu, namun baru saja Kiray melangkah, dua map di meja kerjanya terjatuh karena Kiray sedikit menyenggolnya dengan paha atasnya. Kiray berjongkok untuk mengangkat dua map itu namun selembar photo ikut keluar dari map itu. Kiray memperhatikan photo itu lalu tersenyum dan melirihkan nama orang yang ada di photo itu 'Zein Herlambang'. Kiray memperhatikan photo itu dengan cukup lama, memperhatikan pula senyum pemuda itu yang tidak lama lagi akan menikah dengan putrinya dan menjadi menantunya, lalu kembali memasukan photo itu ke dalam map kemudian menaruhnya kembali di atas meja kerjanya, setelah itu Kiray benar-benar keluar dari ruang kerjanya dan masuk ke kamarnya untuk memberi otak dan tubuhnya istirahat. Paginya. Zein bangun lebih pagi, dan bersiap untuk joging di seputar kompleks rumahnya, Zein memang setiap pagi melakukan hal ini sebelum berangkat ke kantor, karena itu Zein memang selalu terlihat bugar. Selain karena usia muda dan paras tampannya, Zein juga terkenal sebagai pemuda yang ramah oleh para tetangganya juga para ibu-ibu yang bisanya berkumpul untuk membeli sayur. Tidak jarang Zein malah di goda ibu-ibu sekompleks. Bahkan ada beberapa ibu-ibu mengecap Zein sebagai calon menantunya. Tentu itu hal yang biasa untuk Zein jadi Zein memang tidak pernah ambil pusing dengan tanggapan ibu-ibu yang kadang memperebutkannya untuk menjadi menantu mereka. Matahari sudah terlihat menyinsing, dan cahaya nya sudah mulai mengintip di sela daun-daun di sepanjang jalan, saat Zein kembali ke rumahnya. Zein langsung menuju kamarnya, duduk sebentar sambil mengelap keringatnya sebelum akhirnya membersihkan tubuhnya dengan mandi dan berganti pakaian. Usai berpakaian rapi, Zein turun ke lantai bawah untuk sarapan, namun saat Zein duduk di kursi meja makan itu, Zein tidak melihat ayahnya berada di sana. "Apa papa belum turun?" Tanya Zein saat ibunya mendorong satu gelas teh hangat untuknya. Yuyun hanya menggeleng dengan senyum tipisnya lalu menyendok nasi untuk dia taruh di piring putranya beserta lauk , saat Zein terlihat menyeruput teh nya. "Semalam papa tidak pulang, katanya ada pekerjaan yang sedang tidak bisa di tinggalkan di kantor karena katanya pagi ini kalian ada meeting." Jelas Yuyun pada putranya saat sudah duduk di samping putranya. Zein hanya mengangguk karena benar jika pagi ini mereka ada meeting di kantor , tapi seingat Zein bahan untuk meeting pagi ini sudah selesai di kerjakan kemarin dan kemarin mereka juga sudah deal untuk mereview bahan yang mereka kerjakan kemarin, tapi apa yang lagi-lagi ayahnya kerjakan sekarang? Apa mungkin ada penambahan bahan atau materi untuk meeting pagi ini, jika pun ada seharusnya dia juga sudah tau apa itu, karena sejatinya dialah yang akan menjelaskan juga menjabarkan isi materi meeting itu. Namun lagi-lagi Zein hanya menghela napasnya kasar dan mencoba membuang segala prasangka buruk di pikirannya saat ini, karena sesungguhnya itu benar-benar bisa mengganggu konsentrasi nya ketika memimpin meeting pagi ini. Kedua adik Zein sudah lebih dulu menyelesaikan sarapannya dan berangkat ke sekolah di antar sopir, sementara adik pertamanya baru saja mengatakan akan menebeng pada Zein untuk ke kampus karena pagi ini mobilnya tiba-tiba tidak bisa di hidupkan. "Kami berangkat mama." Ucap Zein dan Naomi saat akan meninggalkan rumah dan mencium punggung tangan ibunya sebelum masuk ke dalam mobil. Naomi dan Serly adalah mahasiswa yang sama di universitas yang sama meskipun beda jurusan dan fakultas, tapi kampus mereka masih satu halaman, dan tentunya Naomi dan Serly juga sudah terlihat akrab, meskipun tidak se akrab teman baik, tapi kadang mereka juga menghabiskan waktu bersama, sebagai seorang calon kakak ipar dan adik ipar, tapi sejauh ini tidak ada yang terlalu di khawatir dari Serly karena Naomi juga sangat menyukai calon kakak iparnya, karena selain cantik Serly juga anak orang kaya yang cukup loyal, meskipun Serly jarang terlihat bergaul dengan teman-teman satu server nya. Zein dan Naomi belum masuk ke gerbang kampus tapi Naomi sudah lebih dulu minta di turunkan di samping gerbang utama universitas itu karena Naomi ingin mengambil tugas dosen yang kemarin dia titip untuk di jilid di toko photo copy depan gerbang kampus, saat tiba-tiba Zein melihat Serly turun dari salah satu mobil hitam. Serly berjongkok sebentar untuk mengoreksi penampilannya lalu senyum indah itu terpancar bagai mentari pagi dengan segumpal rasa hangat. Serly melambai ke arah pengemudi itu diikuti senyum indah nya, tapi jujur ada yang tidak beres yang justru Zein rasakan saat ini. "Siapa orang yang baru saja mengantar Serly ke kampus? Apa mungkin itu adalah salah satu sopir pribadi nya, tapi jika itu salah satu sopirnya, tentu sikap Serly tidak akan sampai seperti itu, karena biasanya Serly akan turun dengan begitu saja dan berlalu begitu saja saat sopir mengantarnya, tapi ini, apa?" Batin Zein yang merasa ini sangat janggal dan tidak seperti biasanya. Zein mengemudikan mobilnya ke arah Serly, kekasihnya, berniat ingin menyapa Serly dan mengucap selamat pagi pada wanita yang beberapa hari lagi akan menjadi istrinya, tapi urung , Zein lakukan karena Serly sudah lebih dulu masuk ke salah satu aula kampus dan karena Zein juga sudah hampir telat ke kantor akhirnya Zein melanjutkan perjalannya ke kantor. Agenda pagi ini, dia, Zein Herlambang, akan meeting dengan perusahaan YOUNG corporretion, dengan CEO nya langsung karena kemarin pengajuan untuk menggarap salah satu proyek besar telah di setujui oleh CEO nya langsung dan hari ini Zein akan memaparkan skema cerdas untuk pengelolaan proyek besar itu. Seperti biasa, Zein sampai di kantornya dan langsung meminta sekertaris untuk mengoreksi materi meeting kali ini dan tidak lama setelah Zein datang, Adam Herlambang ayahnya juga datang dengan senyum terbaik di bingkai wajahnya. Wajahnya terlihat fresh dan senyumnya terlihat indah, dan jujur Zein sangat bahagia saat melihat ayahnya seperti itu. "Selamat pagi, Zein." Sapa Adam lebih dulu saat menatap putranya dan Zein yang balas tersenyum ke arah ayahnya yang langsung masuk ke ruang meeting meskipun tamu belum ada yang datang. Zein mengikuti langkah ayahnya dan Adam langsung duduk di salah satu kursi kemudian membuka laptop untuk melihat materi meeting mereka. "Apa papa semalem tidak pulang?" Tanya Zein pada ayahnya dan Adam langsung mengangguk dengan sedikit senyum tipisnya. "Semalam papa makan malam bersama utusan young corporretion , yang akan datang pagi ini, dan membicarakan perkara meeting ini, dan papa kembali ke kantor untuk mengubah sedikit materi yang akan kita jabarkan pagi ini, agar tidak mengecewakan mereka," imbuh Adam dan Zein hanya menyimak setiap kata yang di ucapkan ayahnya, karena itu juga masih terdengar wajar. "Apa kau tau, siapa tamu meeting kita kali ini, Zein?" Tanya Adam lagi dan Zein hanya mengangguk, karena dari kemarin sampai barusan mereka sudah menyebut siapa tamu mereka pagi ini, CEO Young corporretion. "Dia nyonya Kiray. Calon ibu mertuamu. Kiray Agustin." Jawab Adam untuk pertanyaannya sendiri dan Zein langsung syok karena dia memang tidak tau jika pagi ini, Kiray Agustin sendiri yang akan meeting dengannya dan melihat langsung pekerjaannya. Entah kenapa tiba-tiba Zein jadi gugup. Tentu Zein tau jika Kiray Agustin adalah CEO perusahaan besar tapi jujur dia baru tau jika young corporretion juga milik, Kiray Agustin, calon ibu mertuanya. "Apa papa tidak bercanda?" Tanya Zein yang masih di dera rasa gugup karena ini adalah kali pertama dia akan bertemu dengan calon ibu mertuanya, meskipun bukan untuk bertemu secara pribadi tapi tentu ada kecanggungan yang tiba-tiba ikut Zein rasakan. "Untuk apa papa becanda sekarang? Kita sedang tidak punya waktu untuk bercanda karena kali ini peluang kita jauh lebih besar untuk mendapatkan proyek ini, karena sebentar lagi, kau akan menikahi putrinya, putri tunggal, Kiray Agustin, dan mustahil juga beliau tidak akan mengabulkan kerjasama ini." Jawab Adam Herlambang dengan mantap dan percaya diri. Senyum Zein langsung merekah karena isi kepala Zein di penuhi oleh senyum cantik wajah kekasihnya, juga saat dia mengingat jika beberapa hari lagi dia akan benar-benar menikahi kekasihnya. Pintu ruangan itu di ketuk dan di buka dari arah luar, dan tampak sekertaris Zein di balik pintu. "Tamu kita sudah datang pak, kami sudah melakukan penyambutannya di bawah." Ucap sang sekertaris dan Zein juga Adam langsung berdiri untuk mengoreksi penampilan mereka masing-masing, lalu mengangguk pada sekertaris nya, kemudian meminta sekretaris untuk mempersilahkan tamunya ke ruang meeting. Zein dan Adam masih terlihat mempertahankan senyum mereka saat tiga orang masuk ke ruang meeting itu. Dua di antaranya adalah laki-laki dan satu perempuan cantik dengan pakaian formal yang sangat pas di tubuh indahnya. Adam juga Zein langsung mengulurkan tangannya di depan dua laki-laki itu kemudian ke satu-satunya wanita yang tadi ikut masuk, yang mereka yakini adalah CEO Young corporretion, Kiray Agustin. Adam dan Zein lebih dulu memperkenalkan diri pada mereka dan termasuk pada Shopia, sekertaris sekaligus orang kepercayaan, Kiray Agustin. Adam sempat berharap jika Kiray Agustin yang akan datang langsung tapi ternyata hanya orang kepercayaan Kiray Agustin lah yang datang, meski begitu mereka tetap melakukan tugasnya dengan sangat baik dan sistematis. Meeting berjalan lancar, dan Shopia mengatakan akan mengirim berkas-berkas itu kembali setelah CEO menandatangani berkas penyerahan proyek pada perusahaan Adam dan Zein. Sebelumnya, Shopia sudah mengatakan juga meminta maaf jika CEO mereka tidak bisa hadir karena dia juga ternyata ada tamu dengan partner bisnis lain, dan tentunya Adam dan Zein bisa memaklumi jika orang seperti Kiray Agustin pasti punya banyak jadwal pertemuan dan mustahil jika dia akan bersikeras mengharapkan CEO itu yang datang langsung untuk meeting ini jika dengan sekertarisnya saja, semua juga masih bisa di atasi. "Ooh ya. Selamat untuk anda karena yang aku dengar lusa anda akan menikah dengan, Nona Serly Agustin!" Ucap Shopia pada Zein yang mana membuat Zein kembali gugup, namun juga mengangguk sambil tersenyum. "Terima kasih. Sungguh, kami berharap anda juga akan berada di sana untuk menyaksikan ku mempersunting, Serly Agustin. Dan ikut berbahagia bersama kami." Jawab Zein dengan bangga nya, dan Shopia hanya mengangguk, karena sudah pasti dia akan berada di sana. "Oooh kau pria yang tampan dan sangat beruntung bisa menikahi putri kesayangan, nyonya Kiray Agustin," imbuh Shopia lagi sebelum dia dan dua orang laki-laki yang tadi datang bersamanya pamit undur diri dari perusahaan Adam dan Zein. Siangnya Shopia langsung menemui Kiray Agustin di kediaman nya, namun saat Shopia datang, ternyata Kiray Agustin masih bersama tamu dari Jepang nya di halaman belakang Mension itu dan shopia pilih ke dapur untuk makan siang, dan bertemu ibunya, Maryam. "Apa mereka sudah lama?" Tanya Shopia pada ibunya. Tentu yang di maksud adalah tamu Kiray yang sedang dia jamu di halaman belakang. Maryam hanya mengangguk, saat Shopia memintanya untuk duduk di sampingnya. "Sudah dari tadi pagi, dan sampai saat ini sepertinya mereka belum mendapat kesepakatan." Jawab Maryam saat ikut minum teh dari gelas Shopia putrinya. "Bagaimana denganmu. Ibu dengar kau sudah melakukan meeting dengan calon menantu juga mertua nyonya Kiray Agustin?" Sambung Maryam di ikuti pertanyaan untuk putrinya. Senyum Shopia langsung ikut mekar hanya karena mengingat senyum teduh calon menantu bossnya "oooh dia sangat tampan ibu, kenapa aku tidak mengenalnya dan remaja bersamanya saja, mungkin jika begitu aku juga akan punya kesempatan untuk menggaet pemuda tampan itu," ucap Shopia yang langsung mendapat tabokan dari ibunya di punggung nya. Tentu Maryam tau jika Zein memang laki-laki tampan. Maryam juga tau jika Zein tidak hanya tampan tapi juga sopan dan lembut pastinya, dan laki-laki seperti itu adalah wujud idaman setiap wanita. Maryam juga sudah cukup dekat dengan Zein, karena ketika Zein main ke rumah ini, Zein memang lebih banyak mengobrol bersama Maryam. "Jaga ucapan mu. Ingat suami dan anak-anak mu," ucap Maryam memperingati putrinya karena sungguh mengagumi ketampanan laki-laki lain bukankah hal yang baik saat seorang wanita sudah berstatus istri. Shopia hanya terkekeh namun buru-buru menggeleng karena tentu saja tidak ada laki-laki yang lebih baik dan tampan di matanya selain ayah dari anak-anaknya. "Hahaha, tentu saja ibu. Aku hanya becanda, tapi sungguh Serly sangat pandai memilih calon suami." Ucap Shopia yang langsung di saut oleh Kiray yang baru masuk ke ruangan itu usai menjamu tamunya yang baru saja selesai dan pamit. "Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Kiray saat mendengar tawa Shopia dengan Maryam, ibunya, lalu duduk di kursi lain dan Maryam langsung menawari Kiray minuman, tapi Kiray hanya menggeleng. "Gue lagi bicarain calon menantu lu yang sangat tampan itu," ucap Shopia menjeda kalimatnya. "Lu tau dia benar-benar tampan dan gaya bicaranya sangat santai dan lembut. Dan kali ini gue meresa iri sama Serly karena bisa mendapat laki-laki seperti Zein Herlambang yang tampan dan santun." Puji Shopia pada sosok Zein Herlambang, laki-laki yang lusa akan menjadi menantu bosnya. Kiray hanya tersenyum tipis karena dia memang sudah tau itu semua, meskipun dia belum pernah bertemu langsung dengan Zein Herlambang, tapi Kiray percaya jika Roy pasti tidak akan memberinya informasi palsu, dan beberapa kali Kiray juga melihat bagaimana pemuda itu ketika bersama putrinya, dan itu pula yang menjadi pertimbangan Kiray Agustin, menerima bahkan menyarankan ibu Zein untuk segera mengatur pernikahan untuk Zein dan Serly sebelum Kiray bertolak ke Jepang dan Singapura yang masih belum pasti berapa lama dia akan berada di sana nantinya. "Jadi bagaimana dengan gaunku? Apa sudah jadi?" Tanya Kiray untuk gaun yang beberapa hari lalu dia suruh cari untuk dia gunakan lusa di pernikahan putrinya. Kiray tidak ingin mengecewakan putri satu-satunya yang dia miliki, sebelum dia menyerahkan nya pada keluarga barunya nanti. "Kemarin mereka sudah mengirimnya, dan seharusnya siang ini gaun itu sudah datang," jawab Shopia lalu mengecek ponselnya, untuk melihat sudah sampai mana paket gaun untuk bosnya. "See. Paket anda sedang di antar ke alamat anda," ucap Shopia membacakan notifikasi di ponselnya yang menunjukan paket yang mereka tunggu masih di perjalan. "Jadi mungkin bentar lagi gaun lu datang." Sambung Shopia dan Kiray hanya mengangguk lalu, bangkit dan meminta Shopia untuk mengikuti nya ke ruang kerjanya untuk membicarakan hasil meeting Shopia dengan perusahaan Adam dan Zein. Siang yang sama. Zein baru usai mengecek beberapa file yang sama dengan yang dia kirim pada CEO Young corporretion berharap tidak ada kesalahan atau sesuatu yang lain di arsip itu tapi sepertinya memang sudah baik, dan saat Zein selesai dengan file di mejanya, telpon Zein berdering menandakan ada panggilan masuk. Zein dengan cepat merogoh saku celananya dan menerima panggilan telpon itu dengan cepat karena di sana ada nama Marsel di layar ponselnya. "Hallo," sapa Zein lebih dulu sambil menempelkan ponsel itu di sisi telinga kanannya dan berjalan keluar dari ruangannya untuk menuju lift yang akan membawanya ke lobi kantor dimana mobilnya terparkir. "Lu gi di mana?" Tanya Marsel di seberang telpon. "Gue baru keluar dari kantor, mo makan siang sama calon bini. Kenapa?" Jawab Zein santai sambil merogoh saku celana yang sebelahnya lagi untuk mengambil konci mobilnya dan bersiap keluar dari lobi kantor itu. "Gue gi ngumpul ma anak-anak yang lain nih. Mending lu ke mari gih, sekali-kali libur makan sama calon bini Napa? Kita dah lama lho gak ngumpul, lagi pula lusa juga kalian dah nikah, jadi lu bisa makan berdua everytime, nah kalo ngumpul kek gini susah nemuin momen yang pas." Ucap Marsel dan Zein terlihat berpikir sebentar lalu mempertimbangkan ucapan sahabatnya yang menurutnya juga tidak salah karena mereka memang sudah cukup lama tidak ngumpul, jadi gak apa-apa kali gak makan siang sekali ma Serly, pikir Zein , lalu mengangguk sambil mengucap oke pada lawan bicaranya di ponsel itu. Zein mematikan panggilan telpon setelah Marsel mengatakan akan mengiriminya lokasi tempat mereka ngumpul dan Zein buru-buru mencari nomer kontak Serly kekasihnya untuk menyampaikan jika siang ini dia tidak bisa menjemputnya untuk makan siang karena kali ini Zein ingin mengabulkan permintaan para sahabatnya, kemudian melakukan panggilan video dengan Serly kekasihnya. Tepat di dering ke tiga, panggilan video itu di terima oleh Serly dan wajah cantik Serly langsung terlihat sedang tersenyum di layar ponsel itu. "Ya, Zein kenapa?" Sapa Serly lebih dulu dan Zein langsung tersenyum menyambut senyum kekasihnya. "Tadi teman-teman ku telpon ngajak ketemuan, katanya mereka lagi ngumpul nungguin aku. Apa tidak apa-apa jika aku tidak menjemput mu untuk makan siang kita, juga mengantarmu pulang, karena sungguh aku gak enak sama mereka!" Imbuh Zein dengan sangat menyesal tapi Serly malah tersenyum untuk pertanyaan yang lebih terdengar seperti permintaan ijin dari Zein kekasih nya, karena sungguh itu hanya perkara sepele, dan tentu saja Serly tidak akan keberatan untuk hal itu. "I-ya, gak apa-apa. Nanti aku minta sopir aja yang jemput, lagi pula aku masih ada kelas tambahan siang ini, jadi mungkin aku akan pulang terlambat." Ucap Serly santai. "Temui saja teman-temanmu dulu, nanti kita bicara lagi ya, soalnya aku udah harus masuk nih." Sambung Serly lagi dan Zein benar-benar bisa bernapas lega saat Serly bisa memaklumi dirinya seperti ini. Perasaan Zein hanya akan semakin cinta sama wanita ini, karena Serly yang selalu bisa mengerti dirinya juga selalu bisa membaca posisi Zein diantara teman-temannya. Saat panggilan telpon itu terputus, Zein juga langsung mengarahkan kemudinya ke lokasi yang sudah Marsel bagi padanya lewat aplikasi berlogo handphone hijau. Tidak butuh waktu lama, Zein sudah sampai di lokasi restoran yang Marsel kirim tadi dan tampak lima sahabat nya sedang berkumpul di meja paling pojok restoran itu, saat Marsel lebih dulu melambaikan tangannya pada Zein yang baru masuk di pintu utama restoran itu. Zein langsung bergabung di sana dan langsung di sodorkan beberapa minuman tanpa soda karena Zein memang tidak menyukai minuman bersoda. "Calon pengantin kita, keknya gak bisa jauh dari calon bini?" Sarkas Marsel sambil mencibirkan bibirnya ke arah Zein yang langsung ikut tersenyum tipis. Dari kelima sahabatnya, Hanya Zein yang masih berstatus bujangan jadi sudah pasti Zein akan benar-benar di gembleng dengan bully teman-teman nya perkara ranjang dan sebagainya. "Tenang untuk hadiah lu, gue udah persiapin yang spesial untuk lu, dan gua yakin pengantin lu akan lebih dulu menyerah jika kau mengunakan hadiah itu besok di malam pertama lu," ucap Juan saat mengisyaratkan hadiah apa yang akan dia berikan untuk sahabat nya yang akan melepas masa lajangnya. Zein benar-benar hanya bisa terkekeh tanpa bisa mendebat atau menolak apapun yang sahabatnya katakan. "Lu gak ngasi gue hadiah itu dulu pas gue nikah. Aaaah curang lu!" Sesal Carlos saat mengingat jika dulu Juan bahkan tidak datang di resepsi nya dan sekarang dia malah terlihat bersemangat untuk memberikan Zein hadiah yang katanya spesial. "Eeet ini spesial untuk Zein yang masih ting-ting doang, kalo lu mah, udah basi," balas Juan untuk ucapan Carlos tadi "tapi ya gue minta maaf jika dulu di nikahan lu gue gak datang. Itu murni karena gue lagi gak bisa bro!" Sambung Juan dan Carlos hanya bisa mencibirkan bibirnya. "Bay the way, jadi lu beneran mo nikah sama anak konglomerat , siapa kemarin namanya gue lupa?" Ucap carlos saat kembali mengingat nama calon pengantin Zein. "Serly. Serly Agustin." Juan yang menjawab dan Zein hanya menyimak apa yang akan di tanyakan Carlos padanya "Ya. Serly Agustin." Ucap Carlos mengulang jawaban Juan. "Cantik sih. Tapi gue agak gimana ya ama tu cewek. Bukan maksud gue mo ngejelek-jelekin cewek lu, ni ya Zein, tapi jujur gue gak srek liat lu ma dia, apa lagi gue juga dah beberapa kali ketemu ama tu cewek gandengan mesra ma Om Om gitu. Gue gak tau apa yang dia lakukan tapi kalo menurut gue pribadi tu cewek kek nutupin sesuatu dari lu." Sambung Carlos karena benar jika dia beberapa kali melihat Serly wanita yang akan di nikahi Zein itu tengah bersama laki-laki cukup berumur, dan kali ini Indra juga membenarkan ucapan Carlos itu. Tak ada terbesit sedikit di hati Carlos atau Indra untuk menghasut keyakinan Zein menikahi kekasihnya atau rasa iri pada Zein karena pada akhirnya Zein akan menikahi anak konglomerat yang sangat cantik dan satu-satunya pewaris kekayaaan orang tuanya. Tidak seperti itu, tapi ini murni karena dia peduli sama sahabatnya. Namun Zein hanya menanggapi semua itu dengan senyum karena kemarin Memey istri Marsel juga mengatakan hal yang sama tapi Zein tetap tidak percaya karena sejauh yang dia kenal kekasihnya Serly tidak seperti itu. Jadi jika mereka beranggapan seperti itu Zein hanya berharap semua hanya sebatas kata mungkin, dan kata mungkin itu bisa berarti banyak hal, bisa benar, bisa keliru, bisa juga salah , dan Zein tetap dengan keyakinannya jika Serly tidak seperti itu. Baru saja Zein mengatakan tidak masalah untuk semua yang teman-temannya katakan saat tiba-tiba pandangannya terfokus pada sosok yang sangat dia kenal baru saja masuk ke restoran itu dan berjalan ke arah private room dan pikiran Zein langsung blank
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD