Bertemu Calon Besan

2030 Words
Seperti yang sudah di sepakati kemarin, Yuyun dan Kiray Agustin hari ini akan bertemu di salah satu restoran mewah dan Yuyun sudah mengatakan hasil dari pembicaraannya kemarin dengan ibu dari Serly Agustin, Kiray Agustin, pada, Adam suaminya juga Zein putranya. Yuyun meminta Adam suaminya, untuk ikut menemui Kiray Agustin, untuk membicarakan masalah lamaran putranya untuk, Serly Agustin. Adam hanya mengangguk setuju dengan apa yang baru saja di ucapkan istrinya dan mengatakan jika dia akan menyusul ke restoran itu selepas meeting dan berjanji akan datang sebelum calon besannya, Kiray Agustin datang. Tentu mereka tidak ingin mengecewakan calon besannya di pertemuan pertamanya, dan berakhir Kiray yang akan menolak lamaran putranya, karena sungguh Yuyun tidak mau jika sampai keinginan untuk melihat putranya menikah dan memberi nya cucu berakhir gagal hanya karena mereka yang tidak bisa on time. "Apa kau juga akan ikut, Zein?" Tanya Yuyun pada putranya dan Zein hanya bingung, apakah dia memang harus ikut atau tidak. "Tidak perlu. Cukup kita sebagai orang tuanya saja yang menemui nyonya, Kiray Agustin. Toh kita cuma akan membahas lamaran saja, jika nyonya Kiray Agustin , setuju ya kita akan langsung melamar putrinya secepat mungkin, bila perlu kita juga akan membicarakan pernikahan secepatnya. Bukankah lebih cepat lebih baik? Seperti yang mama inginkan!" Jelas Adam cukup terdengar bijak di telinga Zein dan Yuyun. Senyum Yuyun istrinya langsung merekah seketika karena dia memang tidak pernah menyangka jika suaminya akan secepatnya ini berubah pikiran dan kali ini justru dia yang terlihat antusias dengan rencana lamaran putranya. "Aku tau nyonya Kiray Agustin, orang yang sangat sibuk dan sungguh papa berharap kita tidak melewatkan waktu beliau dengan sesuatu yang bertele-tele. Jadi, jika kita bisa membicarakan pernikahan hari ini, maka akan lebih baik jika kita juga harus siap jika pada akhirnya nyonya Kiray setuju. Bukan begitu Zein?" Tanya Adam pada putranya dan tentu saja Zein langsung mengangguk dengan senyum cemerlangnya. Menikahi Serly Agustin adalah impian terbesar nya saat ini, jadi bagaimanapun caranya selama tujuannya adalah menikahi kekasih hatinya, maka Zein akan setuju dengan semua usul atau bimbingan kedua orang tuanya. Rasa cintanya memang begitu besar pada gadis cantik berlesung pipi itu, hingga memberikan dunia untuk Serly pun rasanya Zein tidak keberatan untuk melakukanya. Tidak ada keraguan di hatinya akan perasaan nya yang terlampau besar pada gadis itu. Zein mengakui itu, mengakui jika dia benar-benar sangat mencintai Serly Agustin, dan tidak akan pernah sanggup untuk membayangkan jika suatu saat dia akan kehilangan gadis itu. Gadis yang sudah hampir dua tahun mengisi hati juga hidupnya dan memberi warna dalam hidupnya. Pagi itu, Adam lebih dulu berangkat ke kantornya, sementara Zein menjemput Serly dulu ke rumahnya untuk dia antar ke kampusnya. Meskipun sebenarnya Serly bisa saja di antar salah satu sopir atau penjaga rumahnya, tapi kadang Zein tetap ingin memanjakan kekasihnya dengan hal yang sederhana. Baru saja Zein sampai di depan gerbang Mension milik Serly, dua penjaga ke amanan langsung tersenyum menyapa Zein yang memang sudah cukup di kenal oleh beberapa penjaga yang terlihat seperti bodyguard di depan gerbang. Mereka juga langsung membuka gerbang untuk Zein, namun menyampaikan jika nona Serly sudah berangkat ke kampus dan di jemput oleh calon ayah mertuanya. Tentu Zein heran, kenapa ayahnya tidak mengatakan jika dia akan menjemput Serly, karena jika tau seperti itu tadi dia tidak akan menjemput Serly dan langsung ke kantor karena seperti yang Adam ayahnya bicarakan tadi, pagi ini mereka ada meeting di kantor dengan beberapa klien bisnis barunya untuk membahas kerja sama proyek pembangunan resort di salah satu tempat wisata di Lombok tepat di bagian timur sirkuit MotoGP yang sedang di bangun. Zein menghela napas sebelum akhirnya mengatakan terima kasih pada para penjaga di sana dan kembali masuk ke mobilnya untuk segera melanjutkan perjalanannya ke kantor. Rasa kesal juga ternyata Zein rasakan meskipun sebisa mungkin dia menahan dirinya untuk tidak cemburu pada ayahnya yang ternyata sudah lebih dulu menjemput calon menantunya. Bagaimanapun Zein tetap akan bersyukur jika ternyata ayahnya bisa menerima calon istrinya dengan sangat baik, bahkan sangat-sangat baik. Saking baiknya kadang Zein malah cemburu pada kedekatan ayah dan kekasih hatinya itu, meskipun Zein tidak sepantasnya merasakan perasan aneh itu, tapi kadang hati tidak lagi bisa berbohong jika itu sudah melibatkan perasaan. Zein sampai di kantor dan langsung menuju ruang kerjanya kemudian menemui sekertaris nya untuk meminta file yang akan mereka bahas di meeting kali ini. Beberapa klien juga kolega bisnis sudah tampak hadir dengan di jamu kopi dan makanan ringan di meja meeting saat Zein ikut bergabung di meja besar itu namun ayahnya masih belum datang. Zein meminta sekertaris ayahnya untuk menghubungi ayahnya dan mengatakan meeting sudah akan di mulai, dan sekertaris ayahnya hanya mengatakan jika beliau sudah di perjalanan menuju kantor. Karena tidak mau membuang waktu para klien dan koleganya, Zein membuka meeting itu lebih dulu karena ayahnya masih saja belum datangnya setelah lebih dari satu jam menunggu. Zein benar-benar pandai memaparkan skema dan struktur kerja proyek itu karena sejatinya Zein lah yang memegang proyek ini dari awal. Zein juga mengatakan jika proyek ini akan rampung dalam enam bulan kedepan, dan Zein juga menjelaskan sistem pembagian royalti atau keuntungan dari proyek yang sedang mereka kerjakan. Meeting sudah berjalan lebih dari satu jam, saat Adam Herlambang baru membuka pintu ruangan itu dan bergabung di meeting itu. Pandangan Adam dan Zein hanya bertemu di udara karena Zein masih melanjutkan review proyeknya agar semakin jelas dan mudah di pahami para kolega dan kliennya. Tepuk tangan langsung menggema di ruang meeting itu, karena peserta meeting itu cukup puas dan mengerti dengan review yang pemuda tampan itu jelaskan, termasuk Adam Herlambang, ayahnya. Meeting itu berjalan dengan sangat baik dan telah mendapatkan kesepakatan dari semua pihak, juga menandatangani perjanjian kerja sama. Dan sungguh ada kelegaan yang luar biasanya yang mereka, Zein dan Adam Herlambang, rasakan saat semua berjalan seperti yang mereka harapkan. "Selamat Zein, kau berhasil membuat kesepakatan dengan mereka, dan papa tidak akan ragu untuk benar-benar melepasmu untuk melanjutkan kepemimpinan perusahaan kita kedepannya, karena kau memang layak untuk menjadi seorang pemimpin." Ucap Adam dan Zein hanya tersenyum penuh kelegaan. Zein masih muda tapi jiwanya benar-benar tidak di ragukan lagi. Tata cara berbicara Zein juga sangat di sukai oleh para kolega mereka termasuk dua partner bisnis baru mereka yang akhirnya juga ikut menjali kerja sama dengan HG group. Di lain tempat. Yuyun sudah siap untuk menemui nyonya Kiray Agustin di restoran yang sudah nyonya Kiray Agustin, sebutkan kemarin. Dan sekarang Yuyun sudah sampai di restoran itu dan langsung masuk ke dalam setelah menanyakan nomor meja atas nama nyonya Kiray Agustin, pada penjamu yang menyambut kedatangannya tadi. Penjamu itu langsung menuntun Yuyun untuk duduk di meja nomer 09 seperti yang nyonya Kiray Agustin, pesan kemarin, dan duduk dengan tenang untuk menunggu kedatangan calon besannya. Yuyun masih sibuk menelpon nomer ponsel suaminya, untuk menanyakan keberadaan suaminya, karena sungguh Yuyun tidak mau jika sampai, Adam Herlambang, tidak datang untuk menemui nyonya Kiray Agustin, guna membicarakan apa yang sudah mereka sepakati pagi tadi di meja makan saat sarapan. Sekali lagi, Yuyun menelpon suaminya dan masih juga tidak di jawab hingga tiba-tiba suara lembut itu menyapa Yuyun dari arah belakang punggungnya. "Nyonya Herlambang?" Sapa seseorang yang lebih terdengar seperti ucapan penegasan karena orang itu menyapanya sembari menunjuk dirinya dengan ibu jari tangan kanannya. Yuyun langsung berbalik dan berdiri dari duduknya untuk melihat orang yang baru saja menyapa nya. Pandangan Yuyun langsung fokus pada wanita yang berdiri di sampingnya. Rok span yang sangat elegan dengan kemeja putih semi formal dan blazer yang senada dengan bawahannya di padukan dengan sepatu hitam yang juga sangat cantik di kaki cantiknya. Wanita itu juga mengunakan topi besar yang juga sangat elegan layaknya wanita bangsawan kerajaan dan menutup setengah dari wajahnya. Yuyun langsung mengangguk sambil menjabat tangan wanita itu karena jujur Yuyun sempat terpesona dengan wanita yang kini berdiri di depannya. "Yuyun," ucap Yuyun memperkenalkan diri setelah mengurai keterkejutannya tadi, dan wanita itu tampak tersenyum sembari menyebut namanya "Kiray Agustin." Bales Kiray lalu meminta Yuyun untuk kembali duduk di saat dia juga menarik kursi untuk dia duduk berhadapan dengan, Yuyun yang kemarin menelponnya dan mengatakan ibu dari kekasih putrinya. Yuyun masih tidak berkedip saat menatap Kiray Agustin, yang sedang membuka topi juga kaca mata hitamnya dan menerima minuman yang pelayan baru antar untuk, Kiray Agustin, dan Kiray Agustin, yang langsung meminum minumannya sebelum akhirnya membuka percakapan dengan Yuyun yang masih terlihat diam dengan tatapan kagum dan tidak percayanya. "Jadi apa yang ingin anda bicarakan?" Ucap Kiray Agustin, lebih dulu karena Yuyun masih saja terlihat membatu dari duduknya. "Oooh ya." Ucap Yuyun gugup dan meraih minumnya untuk dia minum sedikit, berharap bisa mengurai rasa terkejutnya. "Saya mama nya Zein Herlambang. Seperti yang kemarin saya sampaikan, Zein, putra saya ingin melangkah ke hubungan yang serius dengan putri anda, dan sungguh saya berharap anda tidak keberatan untuk niat putra putri kita. Bagaimanapun, Zein sudah cukup umur, matang dan siap untuk berumah tangga, dan kemarin saya juga sudah membicarakan ini dengan, Serly, putri anda dan mereka sepakat ingin menikah." Ucap Yuyun mengutarakan niat dan tujuan utama dia menemui, Kiray Agustin, saat ini. Kiray Agustin hanya tersenyum namun juga mengangguk mengerti dengan ucapan, Yuyun, karena sebelumnya Serly, putrinya juga sudah menjelaskan keinginan nya, terlebih lagi Kiray Agustin, juga sudah melihat file pribadi Zein Herlambang, calon suami putrinya itu dan kayaknya mereka memang keluarga yang baik. Seperti yang ibu Maryam jelaskan beberapa hari sebelumnya, hari ini memang akan datang dan siap atau tidak dia memang harus siap untuk melepas putrinya. Tak peduli seberapa besar inginnya untuk mempertahankan putrinya untuk dirinya sendiri, Kiray Agustin juga faham, jika Serly juga memiliki hak dan kebebasan untuk menentukan langkah nya dalam membangun keluarga nya sendiri. "Aku sendiri tidak keberatan untuk rencana anda ini, terlebih Serly juga sudah setuju. Aku hanya seorang ibu yang akan mendukung setiap keinginan putrinya. Jika Serly memutuskan untuk menikah dengan putra anda, maka aku juga tidak bisa untuk menghentikan keinginan itu." Ucap Kiray sambil meraih kembali minumannnya tadi. "Intinya aku setuju jika putra anda ingin memperistri putri saya." Tegas Kiray sambil tersenyum ke arah, Yuyun dan Yuyun juga langsung merasa lega. "Kira-kira kapan anda tidak sibuk? Karena kami akan mempersiapkan lamaran untuk putri anda secepatnya?" Tanya Yuyun kembali. Seperti yang Adam suaminya jelaskan pagi tadi, Kiray Agustin adalah wanita yang sangat sibuk dan jarang berada di rumahnya, jadi sebisa dan secepat mungkin mereka akan melakukan lamaran dan pernikahan itu, jika Kiray Agustin sudah setuju untuk rencana mereka ini. "Lamaran, ya?" Ucap Kiray menjeda kalimatnya sambil berpikir sebentar karena akhir Minggu ini dia sudah harus kembali ke Jepang dan tidak tau kapan akan kembali ke Indonesia lagi. Mungkin satu bulan lagi, atau mungin dua atau tiga bulan lagi karena ternyata yang akan dia pantau bukan hanya proyek yang di Jepang tapi proyek yang di Singapura juga, jadi sudah pasti dia kan lama berada di luar negeri kali ini. "Anggap saja ini adalah lamaran putra anda untuk putri ku, dan aku sudah menerima lamaran anda. Jadi anda langsung saja mempersiapkan segala keperluan untuk pernikahan putra putri kita, jika ada yang kurang anda bisa menghubungi ku, aku akan siap untuk membantu anda. Namun dengan satu syarat, kalian harus benar-benar mencintai juga menyayangi putriku. Karena dia adalah satu-satunya putri yang aku punya." Sambung Kiray Agustin setelah cukup menimbang ucapannya juga latar belakang keluarga calon besannya. Senyum Yuyun langsung merekah dengan sempurna saat niatnya mendapatkan jalan yang jauh lebih mudah dari yang dia bayangkan sebelumnya, dan tidak pernah menyangka jika dia benar-benar akan mendapat kemudahan ini, tanpa harus repot-repot mempersiapkan lamaran yang sejatinya memang akan cukup berat, dan besannya malah dengan santainya meminta untuk langsung mempersiapkan acara untuk pernikahan itu. "Ooooooh sepertinya bulan ini memang bulan yang baik untuk putranya melangsungkan pernikahan, dan sepertinya alam pun akan mendukung niat baik mereka semua." Batin Yuyun, penuh dengan rasa lega. Dari perbincangan itu Yuyun, jadi tau jika Kiray Agustin, hanya akan berada di Indonesia selama dua Minggu, Dan akan berangkat ke Jepang dan Singapura setelahnya dan akan kembali dua bulan lagi, jadi mereka (pihak laki-laki ) hanya punya waktu dua Minggu untuk mempersiapkan pernikahan Zein dan Serly jika tidak mau menunda untuk dua atau tiga bulan lagi, dan Yuyun lebih memilih lebih mempercepat acara itu dan tidak mau menunda nya lebih lama lagi, karena seperti ketakutan Zein putranya, Yuyun juga tidak mau jika sampai Serly berubah pikiran dan malah berakhir pernikahan itu gagal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD