Episode 6

1194 Words
Tidak ada yang memulai pembicaraan setelah beberapa menit kemudian. Suasana begitu sunyi dan hanya suara detakan jarum jam yang mengisi keheningan diantara Arvino dan Aiza. Aiza masih terdiam dalam kebisuannya sedangkan Arvino, pria beriris biru itu tetap menatap dan menunggu Aiza membuka suaranya. Dalam helaan napasnya, Arvino mengecek jam di pergelangan tangannya ketika waktu semakin berjalan namun situasi tetap saja tidak ada perubahan sejak tadi. Disisilain, jantung Aiza berdegup sangat kencang ketika situasi saat ini benar-benar membuatnya canggung apalagi bersama Dosennya sendiri yang ia suka. Dan jangan lupakan rona merah di pipinya sejak tadi.  Arvino merogoh sesuatu didalam dompetnya kemudian mengeluarkannya dan menyodorkannya kepangkuan Aiza yang menunduk sejak tadi. Aiza tersentak dan mendapati selembar kertas yang ada dipangkuannya dan kembali menatap Arvino. "Baca saja." perintah Arvino pada Aiza yang sedang kebingungan. Perlahan, Aiza menatap lekat dan membaca tulisan yang tertera disana. Sebuah rincian biaya rawat inap rumah sakit atas nama Aiza Shakila. Kedua mata Aiza membulat seketika menatap nominal angka yang berderet disana dengan jumlah yang lumayan banyak baginya. Kepala Aiza mendadak pening ketika mulai memikirkannya. "Ini." Suara Arvino kembali terdengar ketika pria itu menyodorkan ponsel kearahnya dan membuat Aiza kembali menatap Arvino. "Silahkan ketik nomor ponsel orang tuamu untuk menghubungi mereka dan membicarakan biaya rawat inapmu. Disisilain mereka juga harus tahu bahwa putrinya sedang di dirawat." Aiza menatap Arvino lagi lalu menundukkan wajahnya. "Maaf. orang tua saya sudah meninggal." "Saudara kandung atau keluarga?" Aiza terdiam sambil memainkan jarinya dan menatap jarum infus yang terpasang di punggung tangannya. Sebenarnya, ia bisa saja memberikan nomor ponsel Naura tapi sesuai niatnya sejak kemarin, ia tidak ingin kembali merepotkan keluarganya mengingat sudah cukup selama ini Naura banyak membantunya. Dan hal yang lebih menyebalkan lagi, Aiza tidak memiliki kartu jaminan kesehatan. Merasa tidak ada respon, Arvino kembali mengantongi ponselnya yang diabaikan oleh Aiza. "Kalau tidak ada saya juga tidak memaksanya." ucapnya santai. "Padahal biaya rawat inapmu lumayan banyak dan mahal apalagi saat ini kamu berada di ruang kelas satu." Dan ya, Aiza memang sadar diri jika saat ini, diruang rawat inapnya hanya ada satu pasien yaitu dirinya sendiri dengan tersedia fasilitas lengkap seperti kulkas mini, Lcd yang terpasang di dinding dan AC yang sejuk. "Saya hanya ingin mempermudah jika kamu tidak bisa mengganti ataupun membayarnya. Kamu tahu sendirikan jika semua ini tidaklah gratis?" Kali ini Aiza kembali menatap Arvino yang terlihat santai meskipun saat ini Aiza menatapnya dengan waspada apalagi setelah mendengar kata 'mempermudah' "M-maksud Bapak?" ucap Aiza sambil terbata-bata. Arvino menampilkan senyuman smirknya sambil melipat kedua tangannya didada dan semakin membuat Aiza dilanda kekhawatiran mengingat reputasinya yang suka bergonta-ganti wanita. "Cukup mudah. Jadi calon istri saya." Mungkin jika sekarang Aiza sedang minum, saat itu juga Aiza akan tersedak mendengar lontaran Arvino secara spontan. Oh ayolah ini kesempatan emas. Siapapun pasti akan menginginkan posisi itu terlebih Arvino adalah Dosen tampan yang menjadi pria favorit di kampusnya. Mendadak lidah Aiza menjadi kelu. Pikirannya buntu dan tidak fokus. Apakah Arvino baru saja melamarnya? Oh astaga, rasanya begitu mengejutkan. "Bagaimana? Mau atau tidak?" suara Arvino kembali terdengar. Dengan kegelisahan ditubuhnya, Aiza berusaha bersikap santai. "Em saya-" "Hanya berpura-pura dan tidak serius." lontar Arvino tanpa beban dan membuat hati Aiza sesak saat mendengarnya. Aiza sempat berpikir kalau pria itu akan melamarnya. Aiza seorang wanita. Ia menyukai seorang pria dewasa pertama kali dan ia temukan saat menempuh di bangku kuliah. Wanita berpikir menggunakan perasaan, jadi wajar saja ia sempat merasa senang apalagi menjadi wanita yang paling bersyukur jika ada seorang pria melamarnya dan langsung menikah kemudian menjalin kasih setelah halal.  Dan sekarang? Rasanya seperti terbang jauh kelangit ketujuh kemudian terhempas begitu saja kedalam jurang kegelapan. Sakit. Menutupi kekecewaan, Aiza mencoba untuk sabar.. "Maksud Bapak?" "Begini." Arvino menarik kursi disamping brankar pasien kemudian duduk dengan raut wajah yang sama sebelumnya. Santai. "Kedua orang tua saya sejak dulu berusaha menjodohkan saya dengan beberapa tipe wanita yang membuat saya bosan. Dijodohkan itu rasanya menyebalkan terlebih dengan seseorang yang tidak diinginkan. Jadi niat saya adalah untuk mempermudah semuanya. Kamu hanya berpura-pura menjadi calon istri saya lalu kita akan bertemu dengan kedua orang tua saya." Arvino mengentikan sejenak ucapannya dan ingin melihat reaksi Aiza yang sejak tadi diam membisu namun tidak bisa menutupi raut wajah Aiza yang terlihat gugup sekaligus kebingungan. "Tapi kamu tidak perlu khawatir." ucap Arvino lagi. "Saya hanya memerlukanmu ketika kedua orang tua saya menyuruh saya datang kerumahnya. Selebihnya tidak. Anggap saja sebagai kesepakatan dirimu yang tidak bisa mengganti semua biaya rawat inapmu ini." Dan Arvino tidak perduli meskipun saat ini ia dianggap tidak memiliki perasaan karena sudah memanfaatkan situasi. Dan bagi Aiza, ia menolak keras karena dirinya bukanlah wanita yang mau menuruti kemauannya bagaikan kerbau dicucuk dihidungnya. Tanpa basa-basi lagi, Arvino kembali mengeluarkan ponselnya dan menyodorkannya pada Aiza. "Berikan nomor ponselmu." "Maaf saya tidak bisa." ucap Aiza lagi. Aiza memang menyukai Arvino, tapi ia juga tidak ingin dianggap sebagai w************n yang mau saja menuruti keinginannya karena seorang wanita layak diperjuangkan. Aiza tidak ingin disamakan dengan wanita-wanita mainan Arvino seperti yang sudah-sudah. "Kenapa? Ini hanya urusan mudah apakah hal ini sangat sulit buatmu?" Aiza menggeleng. "Ini bukan masalah sulit atau tidaknya Pak. Saya akan mengganti rincian biaya rawat inap saya dengan uang. Bukan kesepakatan ini dan jika Bapak benar-benar memerlukannya, jangan pilih saya, pilih saja wanita lain. Itu adalah hal yang mudah mengingat wanita di kampus banyak yang menyukai Bapak." "Termasuk aku." tambah Aiza dalam hati. "Kalau saya maunya sama kamu bagaimana?" Aiza berusaha mempertahankan harga dirinya meskipun saat ini wajahnya merona merah. Arvino menyadari kedua pipi Aiza terlihat bersemu merah namun berusaha meruntuhkan dinding pertahanan wanita itu. Suka boleh, tapi harga diri nomor satu bagi Aiza. "Maaf saya tidak bisa." "Apa karena kamu takut suka sama saya apalagi jatuh cinta seperti wanita-wanita lainnya?" smirk Arvino yang masih menatap Aiza. Sedangkan Aiza, wanita itu memilih menundukan wajahnya yang sudah semerah tomat tapi tetap kukuh terhadap pendiriannya. Dan akhirnya, Arvino memilih berdiri dari duduknya. "Kalau begitu, terserahmu saja." ucap Arvino kembali mengantongi ponselnya. "Niat saya menjadikanmu calon istri pura-pura saya adalah karena kamu berbeda dari kebanyakan wanita yang suka mengejar-ngejar saya. Kamu terlihat pendiam dan mungkin mau membantu saya dalam hal ini." "Saya yakin, wanita sebaik dan pendiam sepertimu tidak mungkin menyukai saya yang b******k ini. Kamu sudah tahu reputasi saya yang suka gonta-ganti wanita kan? Kesimpulannya kalau kamu menerima tawaran saya, kita tidak mungkin saling menyukai satu sama lain." Aiza terdiam meresapi semua omongan Arvino dan jika dilihat, Arvino ternyata memiliki masalalu yang kelam mengenai perjodohan sehingga membuat pria itu yakin jika dirinya sangat cocok untuk membantunya dalam hal itu. Dan ya, Arvino benar-benar salah jika ia sudah menganggap Aiza tidak menyukainya. Tapi biar bagaimanapun, Aiza akan tetap mencintai Allah yang paling besar karena Allah merupakan Dzat yang tidak ada bandingannya, mencintai Allah yang paling besar dan paling banyak karena Allah merupakan Dzat yang tidak ada bandingannya. Seperti Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala pada surat Az- Zariyat ayat 56 berikut : وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". ***** Tenyata sudah ketahuan kalau Aiza menyukai Arvino dalam diam. Terimakasih sudah membaca. Sehat terus buat kalian ya. oh iya jangan lupa berikan vote dan komentarnya.  With Love LiaRezaVahlefi  Blog : www.liarezavahlefi.com Instagram: lia_rezaa_vahlefii
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD