Episode 3

1463 Words
Sinar mentari terlihat sangat cerah menyambut aktivitas orang-orang dipagi hari. Aiza mempercepat langkahnya menuruni anak tangga kost karena keterlambatannya. Aiza memilih berlari agar dirinya tiba di kawasan jalan prajurit sebagai akses menuju kampusnya.  Jam sudah menujukan pukul 08.05 pagi. Aiza sudah telat 5 menit dari jadwal masuk pukul 08.00 pagi. Jalan prajurit sudah ramai dipenuhi para pedagang dan warung kecil yang menjajakan sarapan di pinggir jalan. Sebenarya Aiza sangat lapar. Apalagi makanan yang di jual daerah jalan prajurit ini sangat murah sesuai kantong anak mahasiswa. Aiza mengabaikan rasa laparnya. Hari ini adalah hari pertamanya masuk kelas. Ini semua terjadi akibat diirinya kelelahan setelah mengikuti ospek selama tiga hari ditambah dengan dirinya mencari pekerjaan paruh waktu yang tidak membuahkan hasil sama sekali hingga larut malam. Aiza benar-benar menolak secara halus bantuan biaya dari Naura mengingat sudah cukup ia membebankan kakaknya yang sudah berkeluarga. Dalam jarak beberapa meter Aiza melihat gerbang kampusnya. Suara klakson pengendara terdengar nyaring di belakang Aiza. Tint... tint... tint... Byuuurrrrrr.. Aiza tersentak. Tiba- tiba sebuah mobil berwarna hitam melintasi kubangan lumpur dan mengenai dirinya. Aiza mendengus kesal. "Astagfirullah.. pengemudi itu benar-benar keterlaluan!" Aiza menundukkan wajahnya menatap gamis berwarna maroon yang ia kenakan terciprat air lumpur. Aiza menghela napasnya. Semalam kota Samarinda di guyur hujan meskipun sekarang sinar matahari sudah menjadikan langit berubah cerah. Aiza tidak mau membuang waktu lagi, ia pun segera menuju kampus dan segera mencari toilet. Aiza sadar ia mahasiswi angkatan 2008 tahun ajaran baru. Saat ini ia kebingungan mencari keberadaan toilet. Dari jarak beberapa meter, Aiza melihat seorang pria bertubuh tinggi tegap berjalan tergesa-gesa. "Apakah dia Dosen yang terlambat?" gumam Aiza pelan. Aiza mempercepat langkahnya dan berniat memanggilnya. "Asalamualaikum Pak!" Pria itu tidak menggubris Aiza. Sebenarnya ia dengar, tapi ia mengabaikan panggilan seorang mahasiswi yang ada dibelakangnya. "Pak!' "Pak! Tunggu!" "Asaalamualaikum Pak! Tunggu." Merasa jengah, pria itu akhirnya membalikkan badanya. Seketika keduanya terdiam sesaat. Aiza menatap seorang pria yang ada didepan matanya begitu tampan untuk pertama kalinya. Seorang pria bule berwajah blasteran. Penampilan pria itu sangat rapi dan formal. Kemeja navy yang di gulung setengah hingga kesiku dipadukan dengan celana panjang berbahan kain hitam dan sepatu pentofel hitam yang mengkilat. Aiza menatap intens kedua iris pria itu berwarna biru sejernih biru laut selama beberapa detik. Alis yang tebal dan teduh menyorotkan kedua tatapannya yang tegas oleh wajahnya yang blasteran. Menyadari hal itu, Aiza segera memalingkan wajahnya kesamping dan khilaf karena harus segera menundukan pandangan. Tapi tidak dengan semburat merona merah di wajahnya. "Em. Ma-maafkan saya. Sa-saya sudah memanggil Bapak." "Ada apa?" Aiza terdiam lagi. Selama beberapa detik ia menatap Dosen tampan itu. Tiba-tiba ia merasa gugup hanya untuk menanyakan dimana keberadaan toilet wanita. "Maafkan saya Pak. Saya tidak jadi bertanya.. Em permisi." Aiza menahan rasa malu. Anggaplah saat ini ia seperti mahasiswi yang tidak jelas dan plinplan. Ketampanan yang diberikan oleh Allah pada Dosen tadi membuat Aiza sempat tidak fokus dan grogi. Aiza pergi meninggalkan Dosen itu dengan langkah terburu-buru. Pria itu sendiri kini menatap Aiza sejenak dan melihat gamis yang dikenakan wania itu terciprat air kubangan lumpur. "Kalau mau cari toilet, tinggal lurus mengikuti koridor ini lalu belok kanan." Ujar pria itu dengan suara yang terdengar nyaring.. "Toilet khusus wanita." Aiza tidak menolehkan pandangannya kebelakang namun mendengar semua instruksi dari Dosen itu dengan langkah cepat. Sekarang Aiza merasa canggung sekaligus jantungnya berdebar sangat kencang mengingat kejadian tadi adalah hal yang pertama kali dalam hidupnya. Bahkan hanya melihat kedua mata pria itu seketika Aiza tidak bisa melupakannya begitu saja. Iris biru sejernih air laut. Kedua mata yang indah dan membuat Aiza menyukainya. ****** Arvino memijit tengkuknya yang lelah setelah mengajar mata kuliah hari ini. Hawa kantuk yang melanda di dirinya akibat semalam kurang tidur karena berkencan dengan seorang wanita seperti yang sudah-sudah membuat Arvino menyerah dan memilih pergi ke kantin untuk menikmati secangkir kopi. Sesampainya disana, Arvino langsung memesan secangkir kopi sebagai penghilang rasa kantuknya mengingat setelah ini ia akan bertemu dengan beberapa mahasiswa dan menjadi pembimbing dalam skripsi mereka.  Suasana kantin begitu ramai apalagi sekarang adalah pukul 13.00 yang artinya jam makan siang pun tiba. Arvino memilih duduk di sebuah kursi dengan secangkir kopi yang sudah terhidang didepannya. Sambil mengecek ponsel yang ada ditangannya, Arvino mengerutkan dahinya ketika sebuah notif pesan singkat masuk kedalam aplikasi chatnya yang kali ini membuatnya jengah. Ayah : "Nanti malam kerumah ya. Ada acara makan malam bersama dengan keluarga besar Ibu Sintia dan putrinya, Adila" Sebagai anak, Arvino tahu jika Ayahnya itu ingin memberikan hal yang terbaik untuknya. Tapi sayangnya hal itu tidak! Ini semua karena perjodohan konyol yang sudah dilakukan Ayahnya sejak dulu. Azka Haidar, Sosok Ayah kandung yang sudah berusia 59 tahun itu sejak dulu menjodohkannya dengan berbagai macam tipe wanita yang membuatnya bosan. Hanya satu wanita yang tertambat dihati Arvino namun hanya sesaat karena wanita itu malah memberikan luka terdalam baginya, meninggalkannya saat pernikahan mereka akan dimulai. Hal yang memalukan sekaligus ingin dilupakan. Dari jarak beberapa meter, Arvino melihat mahasiswa tadi pagi yang sempat memanggilnya. Sedangkan Aiza, wanita itu tidak sadar bahwa ada seorang Dosen yang kini menatapnya. Aiza yang tidak sarapan sejak tadi pagi akhirnya memilih makan di kantin dengan uang seadanya karena perutnya yang lapar.  Sambil memperhatikan deretan menu dan harga yang sesuai dengan isi kantongnya, Aiza memilih menu ayam lalapan beserta air es ketika seseorang menyenggol lengannya. Aiza menoleh dan mendapati ada Reva tersenyum kearahnya. "Reva?" "Hai Aiza! Kita bertemu lagi." Aiza menyunggingkan senyum tipisnya. "Em hai." "Sudah memesan makanan?" tanya Reva lagi. "Sudah." "Lebih baik kita mencari tempat duduk sebelum ditempati sama yang lain. Kebetulan aku sudah memesan makanan juga." Aiza hanya mengangguk seraya mengikuti saran Reva dan memilih duduk yang tidak jauh dari tempat ia memesan makanan. Kantin yang menjadi tempat tongkrongan mahasiswa dan dosen itu memiliki berbagai macam tempat penjual makanan untuk memudahkan para pembeli memilih menu makanan dan minuman sesuai selera mereka. "Jadi, kamu mengambil jurusan apa?" tanya Reva ketika mereka duduk dan saling berhadapan. "Ilmu komunikasi." "Ah begitu." Reva hanya manggut-manggut mengerti. "Kita sama. Tapi aku sudah menginjak semester tiga. Aku Angkatan tahun kemarin, 2007." Mereka terus mengobrol hingga keributan kecil membuat keduanya menoleh ketika mendapati seorang pria berkacamata tebal terlihat menciut saat beberapa mahasiswa pria lainnya sedang membullynya. Mendapati hal itu, Reva mendengus kesal dan segera mendekati pria berkacamata itu kemudian menarik lengannya yang terbalut sweater dan membawanya untuk bergabung bersama Aiza. "Kenalkan! Dia Fikri. Satu semester denganku." ucap Reva pada Aiza sambil melirik kearah Fikri yang terlihat kikuk dan menundukan wajahnya karena canggung. Fikri adalah salah satu mahasiswa yang satu angkatan dengan Reva. Penampilannya yang culun oleh kacamata tebal dan bertengger di hidungnya membuat Fikri sering mendapat bullyan oleh beberapa mahasiswa lainnya. Aiza hanya menatapnya dan mengangguk lalu memilih diam tanpa berkomentar. Bagi Aiza, sepertinya Reva sering menyelamatkan Fikri disaat situasi sedang tidak berpihak Fikri. Contohnya hal tadi. Tapi jika dilihat, Reva sepertinya memang perduli dengan Fikri yang culun si kutu buku. Baik Aiza dan Fikri keduanya hanya saling menatap satu sama lain kemudian enggan untuk bertegur sapa atau sekedar berbasa-basi seperti seseorang yang baru saja saling mengenal pada umumnya. Arvino masih menatap Aiza tanpa berkedip. Ada rasa bersalah dalam dirinya ketika tadi pagi tanpa sengaja ia mengemudikan mobilnya dengan cepat karena terlambat dan melewati kubangan lumpur hingga akhirnya membuat Aiza mengalami cipratan air lumpur. Aiza terlihat seperti wanita pendiam bahkan tidak banyak berkomentar apalagi tanpa sengaja menabrak tubuhnya tadi pagi. Wajahnya yang manis membuat Arvino bertatapan secara langsung dengan Aiza. "Hai Pak Arvino." Sapaan seorang wanita membuat tatapannya pada Aiza sejak tadi kini beralih kearah seorang mahasiswi yang akan ia bimbing dalam menyusun skripsinya. "Ya?" "Apakah siang ini Bapak sibuk? Em, ini mengenai skripsi saya Pak." Arvino menggeleng. "Tidak. Temui saya di Perpus siang ini." Mahasiswi itu terlihat berbinar dan jangan lupakan jika setiap kaum hawa yang akan berdekatan dengan Arvino adalah hal yang paling di tunggu-tunggu. Dari kejauhan, Aiza menatap mahasiswi yang sedang tersenyum malu-malu kearah Arvino. Melihat hal itu, Aiza merasa hatinya tidak nyaman apalagi cara wanita itu tersenyum kearah Arvino terlihat genit dan lagi-lagi Aiza merasa jengah. Aiza masih menatap mahasiswi itu sampai kepergiannya. Lalu tanpa diduga, pandangannya bertemu dengan Arvino yang kini malah menatapnya. Aiza merasa wajahnya merona merah bahkan malu-malu dan segera mengalihkan pandangannya kelain bahkan beranjak dari duduknya. "Loh Aiza. Kamu mau kemana?" tanya Reva yang tiba-tiba terlihat bingung oleh gelagat Aiza. Dengan cepat, Aiza meminum air es nya hingga tandas setelah menghabiskan makanannya hingga nyaris tersedak. "Em ma-maafkan aku. A-aku harus pergi." Dengan jantung yang berdebar dan bersemu merah di pipinya, Aiza pun akhirnya pergi. "Ya Allah, lindungilah hamba dari zina mata." Ucap Aiza dalam hati. Aiza memilih pergi sambil berlari kecil karena malu hingga membuat Arvino tersenyum tipis melihatnya. "Siapa sebenarnya dia?" gumam Arvino dengan rasa penasarannya ***** Arvino mulai penasaran sama Aiza ^_^ Terimakasih sudah membaca. Sehat terus buat kalian ya.  With Love LiaRezaVahlefi  Blog : www.liarezavahlefi.com Instagram: lia_rezaa_vahlefii
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD