Bab 21

1263 Words
Di saat Eden menjadi Louis, segala kenangan yang dikubur pun muncul kembali. Serpihan ingatan yang tak ingin dikenang mendadak memenuhi otaknya. Proses dimana ia melihat Marreta di bunuh, dan juga Robert terluka parah. Tak hanya itu, banyak mayat tergeletak dimana-mana. Darah mereka yang sangat bau tentu tercium begitu kuat oleh rongga hidungnya. Eden mengingat segala hal yang dilakukan mahluk keji itu setelah membunuh Marreta. Dia melalukan p*********n besar-besaran, dan para anak panti menjadi korban. Wajah menjijikkan dengan darah di sekujur tubuhnya membuat pandangan tak lepas sedikitpun. Ia berteriak dengan sangat keras, seakan menahan rasa sakit kala perutnya ditembus oleh benda tajam. Tak hanya itu, beberapa luka sayatan juga terlihat di sekujur tubuhnya. Robert berusaha menolong, sayangnya siluman itu terus saja menyerap jiwanya. Ketika jiwa itu perlahan mulai hilang, anehnya sebuah cahaya putih menyelimuti dirinya di masa lalu, dan Eden yang menjadi rubah kembali dengan wujud manusia. Eden terduduk lemas dengan wajah menunduk ke tanah. Mike terus mendekatinya dengan perlahan. Ketika tangannya hendak menyentuh pundak, tiba-tiba Eden mendongak dengan mata bersinar. “Hati-hati, Mike.” Kelly hendak bangkit, tapi sayangnya tenaganya terkuras habis. Mike mulai beraksi dengan menyentuh pundak Eden, seketika ia bernafas lega karena tak mengalami hal serupa seperti sang adik. “Fiuh..., ini lebih menegangkan dari apa yang aku kira.” Mike menjentikkan jarinya untuk membuat Eden tertidur, tapi usahanya sia-sia belaka. “Kenapa tak bekerja sama sekali?” Ia bingung dengan situasinya saat ini. “Cepat bangunkan dia, Mike!” Kelly khawatir dengan Eden yang tak kunjung sadar. “Bagaimana cara membangunkan dia?” Sungguh, Mike tak tahu caranya. Dan ia sekarang terlihat sangat bodoh. Kelly berusaha bangkit, tapi tetap gagal. “Sial! Pukul saja kepalanya!” katanya tanpa pikir panjang. Mike pun langsung memukul kepala Eden hingga pingsan. “Astaga! Kau benar-benar memukulnya!” serunya tak percaya dnegan apa yang dilihat. “Bukankah kau sendiri yang menyuruhku? Jangan menyalahkan ku, Kel!” Mike memapah tubuh Eden untuk menjauh dari hutan ilusi tersebut. “Cih, begini saja loyo.” “Coba kau jadi dia, kau pasti tak bisa melaluinya dengan mudah.” Kelly berusaha bangkit dengan berpegangan pohon. “Huh..., dia berat sekali.” Mike menaruh tubuh Eden untuk disandarkan di pohon yang lumayan besar. “Sekarang, apa yang harus kita lakukan? Kau akan membantunya kan?” Kelly hanya ingin memastikan bahwa Mike tak ingkar janji. “Tunggu dia sadar, aku akan mengetesnya.” Mike yakin Eden akan berubah menjadi lebih kuat karena punya alasan untuk terus hidup. “Hutan ilusi memang hebat, aku menyukainya.” “Tapi, aku tidak menyukainya. Kedepannya jangan membawa Eden kemari.” Kelly kesal dengan rencana pria itu karena dapat membahayakan Eden. “Oke, aku salah. sekarang kita kembali.” Mike menyentuh mereka untuk ber teleportasi menuju ke pondoknya. Kelly langsung menghempaskan diri di ranjang. Sedangkan sang kakak menaruh Eden di kursi. “Kapan dia akan sadar?” Kelly sudah tak sabar lagi mendengar rencana Mike mengenai cara Eden berubah menjadi manusia. “Tidur sana!” titah Mike melempar buku yang ada dibalik bajunya. “Baca itu, setelah selesai membaca, beritahu diriku.” Pria itu pun pergi meninggalkan Kelly dan Eden. Setelah Mike pergi, Kelly langsung membuka buku yang menurutnya aneh. Ia kemudian berdecih pelan, “Mana ada cermin ajaib? Dasar halu.” Gadis itu melempar buku sembarangan, dan tanpa sengaja jatuh tepat di wajah Eden. “Apa ini?” Eden tersentak kaget ketika ada sesuatu yang mendarat di wajahnya. “Oh, kau sudah bangun rupanya. Maafkan aku. Mike menyuruhku untuk membacanya.” Kelly hendak mengambil buku tersebut, tapi Eden malah menyembunyikannya. “Biarkan aku membacanya.” Eden langsung membuka buku tersebut, dan terkejut melihat sebuah gambar cermin yang pernah dilihatnya di dunia manusia. “Apa ini?” tunjuk Eden tepat pada gambar yang ada di dalam buku. “Bukannya kau sudah membacanya. Itu cermin ajaib.” Kelly merebut buku itu dengan paksa. “Apa yang kalian lakukan?” tanya Mike tiba-tiba berdiri tepat dihadapan mereka berdua. “Jangan bilang kau membacanya.” Jelas perkataan ini di tujukan kepada Eden. “Aku yang memberikan buku ini padanya.” Kelly tak ingin ada rahasia di antara mereka. “Ayolah..., Kel. Jangan membuatku ingin menghukum mu.” Mike tak suka jika Kelly bertindak di luar batas seperti barusan. Gadis itu pun mengerucutkan bibirnya tanda kesal, dan langsung melempar buku itu kepada sang kakak. “Apa ini?” serunya tak percaya. “Kenapa kau melempar buku ini padaku?” Mike sangat kesal dengan tingkah Kelly. “Karena aku tak ada hubungannya dengan buku itu. Eden yang butuh.” Kelly menyambar tasnya lalu pergi meninggalkan mereka. Mike mendesah dengan keras, “Racun apa yang kau berikan pada adikku, Eden?” Eden mengangkat kedua bahunya acuh. Tentu hal itu membuat Mike sangat murka-memilih mengeluarkan cambuknya untuk memukul pria itu. “Apa yang kau lakukan?” Eden mengaduh kesakitan. Tampak jelas bekas cambukan di bagian dadanya. Padahal secepat kilat ia berusaha menghindar, tapi terlambat. “Hanya memberi hukuman.” Mike mengangkat kedua alisnya dengan senyum semirik. “f**k!” umpat Eden dengan sangat keras. Mike terus saja melayangkan cambuknya, dan Eden terus menghindar agar tidak terkena cambuk itu. Sesekali, ia meringis kesakitan karena tergores cambuk. ‘Sial!’ geramnya di dalam hati. Mike terlihat puas dengan karyanya yang ada di tubuh Eden. “Jangan pernah membuat Kelly memihak padamu, Eden.” Ancaman itu membuat Eden tersenyum. “Aku tak pernah melakukan itu. Apakah kau takut jika Kelly jatuh cinta padaku?” Entah kenapa Eden sangat senang menggoda Mike yang terlihat marah itu. “Omong kosong!” Bunyi cambukan itu menggema di udara, dan hendak dilayangkan ke arah Eden. Kelly dengan cepat menjentikkan jari agar Mike berhenti. “Saudara laknat!” bentak Kelly dengan kesal. Baru saja ia pergi, mereka berdua bertengkar. Dan lihat Eden, bajunya tak berbetuk, compang-camping tak karuan. Tidak hanya itu, banyak luka di sekujur tubuhnya meski mulai sembuh. “Apakah kau baik-baik saja, Eden?” Kelly membantu Eden berdiri untuk duduk di kursi. Ia lalu berhadapan dengan Mike yang masih dalam pose siap menyerang. “Dengar, Mike. Pertama, aku tak menyukai Eden. Kedua, aku terus membantunya karena Eden temanku. Ketiga, kau menyebalkan, egois, dan juga suka marah-marah tak jelas. Seperti sekarang.” Mike menatap tajam ke arah Kelly yang sedang melipat kedua tangannya dengan gaya arrogant. Ia ingin bergerak, tapi tak bisa sama sekali. Tubuhnya sangat kaku seperti batu. “Berjanjilah padaku, kau tak akan melakukan hal konyol seperti itu lagi.” Kelly menatap Mike yang terus mengedip berulang kali, tanda setuju. Gadis itu pun melepaskan mantra yang mengikat tubuh sang kakak. “Sial! Sekarang kau berani melawanku, Kel.” Mike menyimpan cambuknya-menatap sengit ke arah Eden yang terlihat acuh. “Lukamu, cepat sembuh. Sepertinya kau siap masuk ke dalam medan pertempuran yang sesungguhnya.” Tujuan Mike mencambuk Eden adalah untuk melihat ketahan fisik pria itu. Dan hasilnya begitu menakjubkan. Tak heran hutan ilusi banyak di cari oleh siluman lemah untuk melatih ketahanan. “Apa maksudmu, Mike? Jadi, kau sengaja melakukan itu? mencambuk Eden?” Kelly tak mengerti dengan tindakan Mike barusan. “Benar..., lagi pula aku suka bertindak dari pada banyak omong kosong.” Pria itu duduk di samping Eden. “Kau pasti tahu cermin itu, Eden?” Eden menoleh dengan cepat, “Aku pernah melihatnya ketika menjadi manusia.” Ia tak bohong dnegan Mike mengenai cermin itu.” “Ada cara sedikit berbahaya untuk menjadi manusia. Tapi, cara ini beresiko. Apakah kau benar-benar mau menggunakan cara ini?” Mike tak mengada-ada dengan segala konsekuensi yang diterima Eden nantinya. Lantas, bagaimana bisa pria itu mendapatkan buku dan mengetahui cara terakhir yang dimaksud? Sejujurnya, Kelly menaruh curiga padanya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD