Bab 1
Bulan bersinar dengan sangat terang, di penuhi oleh bintang-bintang yang gemerlap. Suasana kota di malam hari, sangatlah ramai. Akan tetapi, ketika menelusuri lorong demi lorong yang berada di tengah kota, mendadak menjadi sepi.
Seorang gadis berjalan dnegan nafas memburu, menoleh ke arah belakang sambil terus berlari. Perasaan was-was karena ada seseornag yang mengikutinya dari belakang. Seharusnya, dia tidak keluar malam-malam seperti ini. Dan menuruti kedua orang tuanya untuk tetap berada di rumah.
Sekelebat bayangan terus saja mengikutinya tanpa henti. Gadis itu tetap berlari meskipun tenaganya sudah hampir habis. Saat gadis itu hendak belok ke kanan, bayang itu langsung keluar dari tembik, berubah menjadi seorang pria yang sangat tampan. ‘gadi situ tersentak kaget, dan mulai melangkahkan kakinya mundur.
“Siapa kau?” tanya gadis itu dengan tubuh yang gemetar.
“Kau tak perlu tahu. Yang jelas aku akan memakanmu.” Pria itu menjilati bibirnya sendiri, seakan merasakan enaknya memangsa gadis yang ada di depannya.
“J-jangan mendekat!” teriak gadis itu sambil mundur ke belakang hingga ia terjatuh.
“C’mon Honney, jangan buat aku tambah bergairah.” Pria itu mulai tersenyum menyeringai, perlahan tapi pasti tubuhnya mulai berubah menjadi hewan yang sangat besar berkaki delapan.
Siluman laba-laba berkaki delapan dengan wajah manusia. Dia menggait mangsanya dengan wajah rupawan. Siluman itu terkenal dengan pesona yang luar biasa.
“Ti-tidak!” teriak gadis itu ketakutan. Siluman itu mulai mengeluarkan jaring berwarna putih untuk menangkap gadis itu. ketika jaring diarahkan, sebuah pedang memoting jaring tersebut.
“Siapa itu? tunjukan wajahmu, b******k!” teriak siluman laba-laba dengan keras.
Dua orang pria muncul dari atas, dan langsung menghunuskan pedang ke arah kaki siluman laba-laba itu.
Crass
“Arggggghhh!” teriak siluman laba-laba dengan sangat keras. salah satu pria berjaket hitam turun ke tanah. Dia berlari sambil menhunuskan pedang ke arah badan siluman itu hingga tembus, karena pedang tersebut memanjang. Setelah tembus, pedang di tarik denga sangat cepat sampai siluman itu terbelah menjadi dua.
“Kau selalu berlebihan, Louis,” kata seseorang sambil melipat kedua tangannya sampai batas d**a.
“Urus gadis itu, James!” titah Louis dengan nada sengit. Darah hitam pun tercecer dimana-mana, membuat pria itu mual, tapi ia berusaha sekuat tenaga untuk bertahan.
Setelah siluman laba-laba benar-benar mati, tubuhnya menghilang perlahan di udara. Louis mendekat ke arah James yang terlihat kuwalahan menagani seorang gadis.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Louis tak sabaran.
“Dia terlalu syok. Setelah ini, pasti dia akan menjadi gila.” James menggaruk tekuk lehernya yang tak gatal. Louis pun mendekat-mendesah ringan. Kondisi gadis itu benar-benar di luar dugaan, wajah pucat, bibir biru, tubuh bergetar, dan pandangan mata kosong.
“Hipnotis saja dia,” usul Louis dengan dingin.
“Jangan gila, Louis!” hardik James. “... jika aku menghipnotisnya, itu akan menjadi trauma besar baginya.”
“Tak ada cara lain. Dia sudah sekarat.” Louis menatap mata gadis itu sambil mengangguk perlahan. “... jiwanya sudah hampir melayang. Hanya ada satu cara, menghipnotisnya.”
James pun akhirnya menghipnotis gadis itu, sementara Louis menunggu tak jauh darinya. Setelah pria itu selesai menghipnotis, gadis tersebut langsung pingsan.
“Kita pergi,” kata James dengan nada lemah, tak bertenaga.
“Mau minum,” ajak Louis sambil merangkul James dengan mesra. Pria itu pun menjawab dengan decihan, lalu tersenyum tipis. Baginya, Louis adalah sahabat sekaligus patner terbaik. Ia menganggap pria itu saudara, dan kebetulan mereka tumbuh di lingkungan yang sama, dengan profesi yang sama pula.
Mereka berdua pun masuk mobil, membelah jalan raya yang tidak begitu ramai. Dengan keahlian di atas rata-rata, Louis mengendarai mobil tersebut seakan orang yang sangat profesional.
“Berhenti!” teriak James tiba-tiba. Mobil itu pun dihentikan oleh Louis dengan mendadak, hampir saja menabrak mobil lain.
“Kau gila! Aku melajukan mobil di atas kecepatan rata-rata!” teriak Louis dengan amarah yang meledak. James menunjuk ke arah seorang gadis yang tengah berciuman dengan seorang pria.
Louis pun melihat ke alat pendeteksi siluman, alat berbentuk bulat dengan cahaya merah yang terus berkedip. “Apakah alat ini rusak? Kenapa tak berbunyi sama sekali.”
“Kau terlalu fokus menyetir, Bung,” ejek James dengan terkekeh geli.
Tiba-tiba, bayangan hitam besar menghantam mobil mereka hingga terbalik. Semua orang yang melihat langsung kaget. Dan mereka yang tak jauh dari sana pergi lari menjauh.
“Sial! Aku terjepit!” teriak Louis. Darah terus menetes di dahinya. Beberapa luka pun terlihat. “Ketampananku jadi berkurang.”
James terkekeh geli, sambil berusaha keluar dari mobil. Pria itu tak begitu mengalami cidera serius, tapi kondisinya juga tak begitu bagus. Terdapat luka-luka yang kemungkinan menimbulkan bekas.
“f**k!” teriak James menyuisir rambutnya dengan jari. Pria itu manarik Louis dengan kasar.
“Aku bisa membunuhmu kalau kau menarikku seoerti itu!” Louis berusaha keluar dari mobil dengan perasaan jengkel. Bayangan hitam yang tadinya menyerang mereka, beralih menyerang orang-orang.
Semua orang yang di serang berteriak, dan juga ada yang terpental jauh hingga tewas. James yang memiliki luka ringan langsung mengeluarkan pedangnya di balik kemeja. Pedang kecil itu ditekan hingga berubah menjadi pedang yang sangat besar.
“Kau pulihkan diri terlebih dahulu. Aku akan menaganinya. Jangan lama-lama.” James berlari dengan membawa pedang itu. ia langsung menebas tepat di bayangan tersebut hingga terbelah menjadi dua. Bayangan itu kemudian menyatu kembali, balik emnyerang James.
“Pergi! Jika kalian tak ingin terluka!” teriak James kepada orang-orang. Mereka pun langsung berlari menjauh dari James. “Kaum kalian terang-terangan menyerang kami.”
“Kalian membunuh suamiku! Kalian harus mati!” teriak siluman itu sambil melayangkan bayangan hitam untuk mengelilingi James.
“Louis! Sampai kapan kau akan berdiri di sana!” James melirik Louis yang masih memejamkan kedua matanya.
“Berisik!” jawab Louis sambil membuka mata. Beruntung sekali tubuhnya sangat spesial, bisa sembuh dari berbagai luka. Pria itu pun mengambil pedangnya yang ada di dalam mobil. Langsung meelsat menebas bayangan hitam itu. Siluman itu langsung berteriak dengan sangat keras.
Louis pun melemparkan cincin di udara, sinar ke emasan langsung keluar. Ada sebuah mantra keluar bersamaan dengan sinar itu. tangan pria tersebut terangkat, mengarah ke siluman tersebut.
“Tunjukkan wujudmu!” teriak Louis dengan keras. Siluman itu pun lari ketika mantra itu menyerang dirinya.
“Kau tak akan pernah bisa menagkapku!” dia terlihat percaya diri.
“James! Sekarang!” Louis menarik mantranya. Sementara James mengarahkan rantai ke tubuh siluman itu. Rantai yang di lempar itu masuk ke dalam tanah, mengejar siluman yang tengah melarikan diri dengan melompati bangunan.
“Apakah dia sudah pergi jauh?” tanya James sambil melipat kedua tangannya.
“Sepertinya tidak! Asalkan tidak menyentuh tanah, dia bisa kabur dengan bebas,” jawab Louis berjalan menelusuri gang.
Sedangkan siluman itu terus saja lari. Beberapa kali, dia menoleh ke belakang. Hatinya sangat lega ketika kedua pemburu siluman tak mengejarnya. Dia pun menurunkan kewaspadaan dan perlahan turun ke tanah.
Saat kakinya menyentuh tanah, ada rantai yang keluar dari bawah, dan langsung menjeratnya. ‘Sial! Benda apa ini?” Tubuh siluman itu pun berubah menjadi manusia. seorang gadis cantik mengerang kesakitan karena kekuatannya tersedot.
“Percuma saja..., semakin kau meronta, maka rantai itu semakin menekanmu.” Louis bersemirik, melayangkan pedangnya untuk menebas kepala gadis itu.
“Game over,” gumam Louis sambil berbalik arah. Perlahan tapi pasti, tubuh siluman itu mulai menghilang. Rantai yang tadinya menjerat siluman tersebut langsung kembali ke tanah, dan muncul tepat di hadapan James.
“Kau sudah bekerja keras, Sayang,” kata James sambil mengelus rantai itu dengan lembut.
“Apa yang kalian lakukan?” tanya seseroang membuat kedua pria itu menoleh terkejut. Di antara orang yang membereskan kekacauan, kenapa harus orang itu yang datang? Wajah Louis langsung pias, sementara James tersenyum bodoh seperti yang melakukan perbuatan salah.