Mereka bertiga masih dalam situasi yang sama, yaitu berdiskusi mengenai cara terakhir untuk menjadi manusia. Mike yakin bahwa Eden tak akan bisa melakukan cara ini, dan dia pasti akan menyerah begitu saja.
Sementara Kelly terus memandangi Mike dengan tajam, seolah pria itu adalah musuh yang harus di waspadai. Karena merasa ada yang aneh dengan cara pandang sang adik, Mike mengerutkan kenang sejenak, berpikir dengan banyak asumsi.
“Kenapa kau menatapku seperti itu, Kel?” Mike melihat raut wajah Kelly yang mendadak berubah. “Kau menaruh curiga padaku?” Ia tahu jalan pikiran sang adik, karena dilihat dari gelagatnya.
“D-dari mana kau tahu?” Kelly selalu saja ketahuan kalau menyimpan sesuatu. Mike terkekeh. “Tentu saja, kau dan aku sedarah.” Mengingat kata sedarah, gadis itu terlihat murung karena tak bisa bertemu dengan sang ibu. Dia harus meninggal karena melahirkannya.
“Jangan pikirkan perkataanku, pikirkan Eden, Kel,” sesal Mike. Bukan maksudnya berkata mengenai masa lalu, tapi sungguh ia tak sengaja membuka luka lama milik Kelly.
“Au... kau terlalu berlebihan, Mike.” Kelly tersenyum hambar melirik ke arah Eden yang terus menatap mereka berdua. “So, Eden. Kau tahu mengenai cermin yang ada di buku milik, Mike.”
Eden mengangguk, Mike melotot kaget. “Darimana kau tahu tentang cermin itu? Seingatku cermin tersebut hanya ada satu.”
“Tentu saja sewaktu aku menjadi manusia. Pemiliknya adalah Catherine.” Eden mengingat ketika bercermin, bayangan yang ada di dalamnya bukanlah dirinya, melainkan seekor rubah putih salju. Itu artinya, cermin dan dirinya benar-benar terhubung. “Katakan padaku, dimana cermin itu?”
Kedua bahu Mike di pegang erat-erat oleh Eden sampai terasa sakit. “Aku tak akan memberitahumu.” Ia menepis tangan itu untuk mundur selangkah.
“Kau bilang akan memberitahuku cara terakhir.”
“Aku berubah pikiran,” jawab Mike melirik ke arah Kelly yang menatap ke arah lain. “Oh s**t! Jangan membuang muka, Kel!”
“Bukankah kau sendiri yang ingin memberitahu cara terakhir. Katakan padanya.” Kelly melipat kedua tangannya, dan masih menatap ke arah lain.
“Oke. Akan aku beritahu. Tapi jika kalian sudah tahu, aku harap kalian memikirkannya baik-baik.” Mike menyesal telah memberitahu cara terlarang itu. ia mengira bahwa mereka tak akan mau terlibat lagi.
Eden dan Kelly saling beradu pandang satu sama lain, lalu mengangguk setuju.
“Apakah kau pernah mendengar pertukaran jiwa, Kel?” Mike mulai serius.
“Pernah, dulu ada siluman yang melakukannya tapi gagal.”
“Bagaimana dia bisa gagal?” Eden cukup penasaran dengan pertukaran jiwa yang di maksud.
“Siluman bisa menjadi manusia dengan wajah baru. Dan jiwa manusia yang di ambil akan binasa.” Mike tidak main-main dnegan perkataannya.
“Bukankah itu hal tabu?” Kelly merasa bahwa perjanjian pertukaran jiwa itu dilarang.
“Kau benar, Kel. Karena tidak menguntungkan. Sebagai siluman yang merasuki tubuh manusia, hidup mereka terbatas. Sementara tubuh siluman yang tak memiliki raga akan hancur.” Mike mengambil buku itu kembali, kemudian menunjukkan poin penting kepada mereka berdua.
“Cermin kuno itu memiliki banyak misteri.” Beberapa gambar siluman tertelan masuk ke dalam cermin.
“Sial! Itu hanya asumsi saja. Buku ini tak dapat dipercaya.” Kelly menutup buku itu sepihak, merasa dipermainkan oleh Mike.
“Aku serius, Kel. Dan itu memang benar adanya. Karena buku ini berasal dari kerajaan. Seseorang telah menulisnya. Sayang orang itu sudah mati.”
Eden termenung sejenak, merasa ada yang janggal dengan cermin kuno itu. “Bagaimana cara menukar jiwa melalui cermin?”
“Masih misteri. Cermin itu pasti akan menjawab semua pertanyaanmu.” Mike memasukkan buku itu ke balik jubahnya.
“Informasimu kurang valid! Katakan dengan singkat, padat, dan jelas, Mike.” Gadis itu sangat geram karena Mike berbelit-belit.
“Iya-iya, aku tahu.” Ia mendengus kesal karena Kelly tak paham. “Intinya Eden harus ke kerajaan, mencari cermin itu. Setelah mendapatkan cermin, tinggal mencari bayanganmu di cermin. Semuanya akan terjawab.”
“f**k!” umpat Kelly dengan kasar, dan keras.
“Oho! Jangan mengumpatku!” sentak Mike.
“Bagaimana aku tak mengumpatmu? Kau sengaja memasukkan Eden ke kandang singa! Hah!” Amarah Kelly sudah mencapai puncaknya, dan hendak memukul Mike.
“Perkataan Mike ada benarnya, Kel,” sela Eden. “Menurutku, tempat teraman untukku adalah tempat musuh.” Eden yakin bahwa pihak kerajaan yang mencarinya tak akan mengira bahwa ia berada di dalam istana.
“Kau gila! Jangan percaya omongan Mike. Dia sengaja melakukan itu, Ed!” Ingin rasanya Kelly menonjok pipi Mike detik ini juga.
“Tapi, ini kesempatanku. Dan aku harus ke istana untuk mencari cermin kuno itu.” Dari awal kedatangannya yang tak terduga memang seperti sudah direncanakan. Dan semua berawal dari sebuah cermin. Catherine, wanita itu merupakan kunci dari kemalangan yang di derita, setelah bayangan tubuhnya adalah rubah, ia mengalamai kesialan dan harus terdampar menjadi rubah betulan.
Sial!mengingatnya saja membuat Eden ingin menampar wanita itu. Sekarang, yang harus dilakukan adalah pergi ke kerajaan.
“Aku tak setuju,” kata Kelly dengan suara parau. Tetesan air mata sudah terlihat jelas di kedua pipinya. Gadis itu tidak ingin Eden melakukan sesuatu yang membahayakan nyawanya. Lantas, jika ia berubah kembali menjadi manusia, apakah Eden asli akan kembali? “Jika kau kembali menjadi manusia, apakah Edenku akan kembali?”
Kelly mengusap kedua pipinya dengan sangat kasar, “Pikirkan itu, Ed.” Ia berlair keluar pondok dengan deraian air mata. Eden sudah menjadi keluarganya selama ini, dan sekarang ia akan pergi begitu saja.
Melihat Kelly yang pergi dengan keadaan sedih, Mike menghela nafas panjang. “Inilah yang aku takutkan. Kau benar-banar pergi dari hidupnya? Pikirkan baik-baik, Ed.” Ia pun memilih menyusul sang adik untuk menenangkan diri.
Setelah suadara itu pergi, Eden duduk dengan keadaan lesu. Keinginan terbesarnya adalah menjadi manusia kembali. Apapun itu, meskipun nyawa menjadi taruhannya, ia rela mengambil resiko. Namun kembali lagi dengan ekspresi wajah Kelly yang terlihat sedih. Di dalam hati kecil Eden, ia tak tega meninggalkan gadis cerewet yang baik hati itu.
“Apa yang harus aku lakukan?” Eden menatap bulan itu dengan penuh pertanyaan. Hidupnya sebagai siluman sepertinya memang sudah digariskan. Hanya saja, ia tak menyangka bahwa roda yang di pijakinya berputar dengan cepat.
“James,” panggil Eden dengan nada lesu. James yang sedang berjalan menuju tenggara pun berhenti ketika mendengar suara Louis menggema di telinganya. Ia menoleh ke belakang, berharap dapat melihat sosok yang dirindukan. Nyatanya usaha yang dilakukan sia-sia belaka.
“Apakah Louis baik-baik saja?” James menatap bulan sabit yang bersinar dengan cerah. Jika terus menatap kuasa pencipta, ia ingat jika Louis sangat menyukai fenomena alam itu. “Tunggu aku, Lou. Aku akan segera menemuimu.” James masih berhenti menatap bulan itu.
Dua orang beda dunia itu melakukan hal sama, saling menatap bulan yang bersinar. Jarak dan waktu yang terpisah bukanlah hambatan untuk mengingat satu sama lain. Ikatan batin sebagai teman sekaligus saudara sudah terjalin erat. James tahu, bahwa Louis membutuhkan dirinya. Begitu juga sebaliknya.
Bersambung