Bab 13

1204 Words
Derap langkah kaki mulai mendekati pondok milik Gilbert. Para pengawal dengan pakaian serba hitam, dan juga beberapa anjing datang mengelilingi tempat itu. Tanaman rambat yang sengaja di pasang oleh Mike bergerak menjalar masuk lewat tanah untuk menangkap mereka satu persatu. Panglima yang berada di depan mekode mereka semua berhenti berjalan dan langsung menggunakan kekuatan untuk menghancurkan pondok yang ada di depan mata. Sedangkan Gilbert, Eden, dan Kelly yang berada di dalam pondok bersiap untuk pergi. “Dengar, Kelly.” Gilbert memegang pundak Kelly dengan kuat. Ia mengeluarkan ramuan yang ada di dalam saku, untuk langsung di tuangkan ke Eden, dan anaknya. “Kalian pergi lewat jalan rahasia.” “Tapi, Dad,” sela Kelly sambil meneteskan air mata. “Kalian tak boleh tertangkap. Aku akan membakar semua isi rumah ini sampai habis tak tersisa.” Gilbert sudah bertekad untuk melenyapkan semua bukti agar semua anaknya selamat. “Aku tak bisa. Jangan begini.” Gadis itu mulai terisak. Eden yang ada di sampingnya menenangkan Kelly. “Ramuan itu hanya akan bertahan selama satu jam, selama itu kau harus menjauh dari pondok ini.” Gilbert tahu bahwa ia tak akan bisa lari dari pengejaran pengawal sang ratu. “Eden, kau harus melindungi putriku. Apakah kau mau berjanji padaku?” Eden mengangguk dengan yakin, dan Gilbert tersenyum puas. Ia memberikan jubahnya kepada Kelly, lalu mendorong mereka untuk masuk ke dalam pintu rahasia. “Dady...!” teriak Kelly berulang kali sampai pintu itu menutup sempurna. Gilbert langsung bertindak, membakar semua bukti tentang keluarganya. Ia tak menyangka bahwa semua yang di persiapkan harus di laksanakan sekarang. Meskipun nanti jika bertemu dengan ratu, hidupnya tak akan kembali, tapi ia senang bisa membantu Eden dan mempercayakan Kelly padanya. Tak lama setelah Gilbert membakar habis semua kenangan yang berhubungan dengan keluarga, panglima setia dari ratu mendobrak pintu pondoknya. “Seberapa jauh kau mencoba lari, aku akan tetap menemukanmu.” Gilbert berubah menjadi rubah besar berekor tujuh di tengah kobaran api. Panglima itu mengangkat tangan untuk mekode anak buahnya supaya mempersiapkan alat untuk meringkus pria tua tersebut. Goar Gilbert mengamuk, melempar para pengawal satu persatu. Anjing setia milik panglima langsung berubah menjadi besar, berwarna hitam dan gelap yang memiliki kepala tiga. “Jangan bunuh dia! Lumpuhkan! Bagaimanapun juga, dia harus hidup!” Panglima itu naik ke punggung anjing tersebut. Mereka pun bertempur dengan sangat dahsyat. Para siluman lain yang tinggal di dekat pondok Gilbert langsung berhamburan pergi keluar rumah, masuk ke dalam hutan untuk mencari perlindungan. Sedangkan Eden terus berjalan sambil menyeret tubuh Kelly agar menjauh dari pertikaian itu. “Lepaskan aku!” ronta Kelly sambil menangis, terus menatap ke arah pertempuran sengit mereka. “Jangan membuat pengorbanan ayahmu sia-sia, Kel!” Eden terus membawa Kelly menjauh secepat mungkin sebelum para pengawal itu menyadari keberadaan mereka. “Tapi, dia butuh pertolongan. Aku harus membantunya.” Nada suara milik Kelly lemah karena merasa tak berguna. “Dengar..., Gilbert tak akan mati dengan mudah.” Eden tahu bahwa dia adalah pria yang kuat. “Dan kau harus percaya padanya.” Semua perkataan pria itu benar adanya. “Meninggalkan dia sekarang, bukan berarti kita tak bisa menyelamatkannya.” “Kita pergi ke Robert.” Kelly menatap ke arah perkelahian yang terus terjadi itu. Ia memejamkan mata-meraih lengan Eden dengan cepat. Mereka menghilang dan sampai ke rumah pohon. “Ow..., kau mengagetkanku, Kel.” Seorang pria berwajah tampan sekitar umur dua puluh lima tahun, dengan postur tinggi dan tegap itu adalah Robert. Ia sedang membawa kayu bakar langsung jatuh seketika melihat Eden dan Kelly tiba-tiba berdiri dihadapannya. Kelly langsung memeluk Robert. “Kami dalam pelarian, Robert.” Pria itu langsung mengajak keduanya masuk ke rumah pohon, dan menutup pintu rapat-rapat. “Tinggallah beberapa hari disini, jangan keluar rumah sekalipun.” Robert memberikan buku kuno kepada Eden. “Jika pertempuran sudah dimulai, itu artinya yang terpilih sudah datang, dan kau adalah si terpilih itu, Eden.” Kelly meremas jubah Robert. “Kami belum memberitahunya, Robert. Eden di sini merasa kebingungan dengan semua yang terjadi. “Apa maksudmu, Kelly?” Eden bertanya sedikit dengan nada tinggi. “Dengar..., kau kan tahu kalau aku Louis. Louis Black! Bukan Eden! Semua yang ada di sini tak ada hubungannya denganku!” “Sssstttt! Bisa tidak kau diam!” desis Kelly tak terima. Ia memasang muka tajam ke arah Eden. “Apa?” sentak Eden menantang “Dengar, kau tak punya pilihan lain, Eden. Selama kau tinggal di tubuhnya, kau harus menjadi Eden.” “Cukup!” Robert tak kalah kesal dengan pertengkaran mereka. Keduanya pun langsung diam seketika. “Jadi, kau Louis Black. Pemburu siluman yang terkenal itu.” Robert pernah melihat Louis sedang membunuh siluman yang mengganggu manusia. “Itu benar,” jawab Eden bangga. “Dengar Bung. Identitas mu sebagai Louis memang terkenal, dan aku juga tahu mengenai dirimu. Hanya saja, di dunia ini kau bukan siapa-siapa. Jika kau membocorkan identitas mu sembarangan, nyawamu akan melayang.” Ia mempraktekkan tangannya dengan menebas lehernya sendiri. Robert tak kaget dengan Louis yang menjadi Eden, karena waktu berada di hutan keramat, ia melihat sendiri pertempuran antara Louis dengan siluman pohon tua. “Kau dikutuk dengan pelebur raga, itu artinya tubuhmu musnah. Kau tak bisa kembali lagi ke tubuhmu.” Eden membulatkan matanya dengan sempurna. “Jangan bohong padaku!” “Aku tak bohong, aku melihat pertempuran mu dengan siluman pohon tua penjaga hutan keramat. Kau sudah tak bisa kembali lagi.” Robert menatap manik biru safir milik Eden yang sedang menahan amarahnya, terlihat jelas bahwa rahangnya mengeras, dengan tangan di kepal kuat. “Apakah semua perkataan mu benar?” bisik Kelly kepada Robert. “Benar, dan tak ada tubuh pengganti. Tapi, jika kau ingin menjadi manusia kembali, mungkin ada cara.” Robert membuka buku tua itu. “Aku dan Gilbert meneliti cara ini satu persatu. Kebanyakan para siluman yang ingin menjadi manusia berhasil dengan cara ini. Wajah Eden berubah menjadi cerah seketika. Ia pun meminta Robert untuk membaca semua cara itu, dan ternyata cara tersebut sama dengan yang tertulis di buku kecil milik Gilbert. Sungguh harapan yang pupus, sabar bang Eden. Kedua orang yang antusias tadi menatap Robert dengan pandangan yang sangat kecewa. Mereka mengira ada cara terhebat yang ditemukan oleh pria itu. “Kenapa kalian menatapku seperti itu?” “Apakah tak ada cara lain lagi?” tanya Eden dan Kelly kompak dengan nada lesu. Robert menatap mereka satu persatu. “Pakai cara ini dulu, jika tak berhasil bisa pakai cara lain,” kata Robert sambil mengangkat alisnya. Ia terlihat meyakinkan, membuat Kelly merasa lega, tapi tidak dengan Eden yang masih menaruh curiga padanya. Pria itu yakin kalau Robert menjadikannya bahan kelinci percobaan. Lihat saja segala atribut cairan berwarna-warni yang ada tak jauh dari mereka, bahkan pandangan matanya tak lepas sedikitpun. Robert ikut menatap ke arah yang sama, dan tersenyum. “Aku sedang membuat ramuan awet muda,” katanya dengan bangga. Kelly menyenggol lengan Robert. “Siapa yang ingin kau miliki sebagai pasangan?” Wajahnya yang semula sedih menjadi senang karena bicara dengannya. Terlihat jelas Robert malu-malu kucing karena Kelly bertanya tentang privasinya. Eden tahu bahwa dia menyukai gadis yang ada di sampingnya karena mata itu seperti ada binaran cinta. ‘Aku terjebak, di antara keromantisan mereka. Sial!’ geramnya di dalam hati melihat pasangan itu saling tatap satu sama lain. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD