Leader 32 - Lupakan Perkataanku

1271 Words
Leader 32 - Lupakan Perkataanku Seminggu sudah berlalu. Jenderal Vladimir sudah sehat kembali. Pengobatan dari tabib Muska memang yang terbaik. Lukanya memang sudah mengering bagian luarnya. Namun, bagian dalamnya kemungkinan belum kering sepenuhnya. Jadi jenderal Vladimir tetap harus meminum obat herbal racikan dari tabib Muska. Agar tidak terjadi pendarahan di dalam. Jenderal Vladimir sudah mulai bisa beraktivitas seperti biasa, tapi ia juga tidak terlalu aktif dalam berlatih. Jenderal Vladimir juga menjaga lukanya agar tidak kembali menimbulkan rasa sakit. Karena sakit itu tidak enak ternyata. Baru kali ini jenderal Vladimir sakit sangat lama. Kalau sekedar sakit demam atau flu tidak pernah ia gubris. Ia selalu tampak kuat meski sedang sakit. Jenderal Vladimir berjalan menuju kandang kuda di istana kerajaan Kuzkha. Ia ingin menengok kuda kesayangannya Vixo. Sepertinya Vixo juga merindukan dirinya. Secara selama seminggu tidak bertemu. Dia juga pasti kaget melihat tuannya berlumuran darah saat itu. Untunglah ada wakil jenderal Norman yang membawa Vixo pulang. "Hai kawan! Lama tidak berjumpa. Kamu pasti terkejut aku terluka. Tenang saja aku sekarang baik-baik saja. Kamu tidak terluka kan?" Sapa jenderal Vladimir panjang lebar pada kuda Vixo. Seakan mengerti Vixo menggoyang-goyangkan kepalanya sambil menyeringai. Kuda ini memang seperti manusia. Dia mengerti apa yang tuannya bicarakan. Jenderal Vladimir mengambil selang air yang berada di dekat kandang kuda Axio. Jenderal Vladimir mulai memandikan kuda Axio sesuai kebutuhan. Dia mandikan kuda Axio karena sudah mulai tampak sangat kotor. Jenderal mulai dari menyirami tubuhnya dengan air hangat untuk membasuh kotoran dan menyiapkan tubuhnya untuk diberikan sampo. Kemudian, pijat dan keramasi tubuhnya menggunakan sikat kari dan siram kembali. Setelah membilas samponya, berikan pengondisi menggunakan sikat kari dan basuh lagi sesudahnya. Untuk menjaga agar sampo dan pengondisi tidak masuk ke mata kuda, gunakan kain penyeka basah untuk membersihkan wajahnya. Berikan banyak air untuk kuda. Pastikan air di bak kuda selalu bersih dan tidak membeku. Jaga kebersihan bak dengan mengurasnya setiap beberapa hari sekali. Suplai kuda dengan jerami berkualitas tinggi. Kuda mengonsumsi rumput dalam jumlah besar sebagai sumber utama makanan mereka. Faktanya, kuda harus mengonsumsi jerami sejumlah kurang lebih 7-9 kg atau 1-2% dari berat tubuh mereka setiap harinya, jadi pastikan kuda tersuplai dengan jerami dalam jumlah besar untuk dikonsumsi. Pastikan jerami yang diberikan bebas dari jamur dan kotoran. Berikan sejumlah kecil gandum untuk kuda sepanjang harinya. Setiap hari, kuda juga dapat mengonsumsi 0,2 kg gandum per 45 kg berat tubuhnya. Berikan gandum untuk kuda sebanyak dua atau tiga kali dalam jarak pemberian yang konsisten setiap harinya. Pastikan mengukur porsi gandum tersebut dalam jumlah yang tepat. Apabila cuacanya panas, berikan gandum pada waktu suhu sedang rendah seperti di permulaan pagi dan malam hari. "Setelah mandi dan makan. Kamu pasti merasa segar kembali bukan. Semangat lah lagi. Aku masih di sini. Aku tidak akan mudah mati, sebelum menuntaskan dendam ayahku. Hanya kamu yang tahu Semuanya tentang aku," ucapnya lagi pada kuda Vixo. Meskipun bercerita dengan hewan. Namun, memang hanya pada Vixo lah jenderal Vladimir membeberkan semua perasaannya. Kuda Vixo tidak akan mungkin kembali memeberkan apa yang di ceritakan oleh jenderal Vladimir. Karena kuda Vixo tidak bisa berbicara. Itu lah yang jenderal Vladimir suka dari kuda Vixo. Tiba-tiba ada suara ember terjatuh dari kandang sebelah kuda Vixo. Kandangnya cukup gelap karena lampu kandangnya sepertinya mati. Jenderal Vladimir yakin pasti ada seseorang di dalam sana. "Keluarlah aku tahu ada seseorang di dalam sana," perintah jenderal Vladimir. Tidak lama orang yang di dalam kandang sebelah kuda Vixo keluar. Betapa terkejutnya saat tahu yang keluar itu adalah putri Beatrice. "Tu.. tuan putri," ucap jenderal Vladimir tergagap. "Kamu benar-benar mau menuntaskan dendammu melalui kerajaan Kuzkha?" Tanya putri Beatrice. "Lupakanlah perkataanku. Kemarin aku sedang dalam kondisi terluka. Pasti bicaraku melantur kemana-mana. Jangan pernah bahas lagi soal itu. Lupakanlah," kilah jenderal Vladimir. "Jadi hanya kuda ini yang tahu asal usul kamu. Wah andai saja kuda ini bisa berbicara. Sudah pasti aku tanyakan semua yang dia ketahui tentang kamu. Kamu memang pandai menyembunyikan sesuatu. Katakanlah padaku apa tujuanmu sekarang!" Pinta Putri Beatrice. Nampaknya ia memang masih penasaran dengan jenderal Vladimir sampai terus memaksanya. "Maafkan aku tuan putri. Sungguh apa yang aku bicarakan saat itu. Hanya pembicaraan lanturan, karena aku sedang sakit. Jadi tolong lupakan perkataanku," kilah jenderal Vladimir bersi kukuh. "Ya, ya, ya kamu terus menghindar. Oke, aku akui kamu hebat. Aku juga berterima kasih karena kamu sudah mau mempertaruhkan nyawa kamu demi aku, tapi itu saja tidak cukup. Karena kamu telah merebut semuanya dari aku," ucap putri Beatrice. "Aku sudah berbicara dengan yang mulia raja tentang perjodohan ini. Aku sudah menolak dan membatalkannya. Yang mulia raja bersi kukuh tetap melanjutkannya. Tuan putri tenang saja. Aku tetap akan menolaknya." Putri Beatrice tersenyum sinis. "Senang bukan, karena kamu akan menjadi raja berikutnya? Kamu memang sangat pandai memikat hari raja. Munafik jika kamu tidak menginginkan kedudukan seorang raja. Aku akan tetap mencari tahu apa tujuan kamu. Jika kamu tentap bungkam. Jangan salahkan aku jika aku nekat kembali," ancam putri Beatrice kemudian pergi dari kandang kuda. Jenderal Vladimir hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Persis seperti dugaannya, putri Beatrice tidak mudah menyerah. Namun, sejauh ini. Putri Beatrice masih merahasiakan pembicaraannya saat di kereta kuda waktu itu. Setidaknya jenderal Vladimir masih aman. Ia yakin, suatu saat putri Beatrice pasti akan ke Serbia untuk mengetahui keluarga dari jenderal Vladimir. Jenderal Vladimir kembali fokus pada kuda Vixo. Ia mulai menaiki kuda Vixo. Jenderal Vladimir mulai menunggangi kuda Vixo. Jenderal Vladimir mengajak Vixo mengitari arena yang biasa di pakai untuk berkuda. Rasanya rindu juga menunggangi kuda Vixo. Seminggu istirahat full membuat jenderal Vladimir malah sakit badan. Karena ia tidak terbiasa istirahat terlalu lama. Ia setiap hari selalu latihan. Jenderal Vladimir harus lebih berhati-hati lagi agar tidak terluka. Istirahat full di kamarnya seperti dalam penjara. Aktivitas yang ia lakukan hanya rebahan, makan dan minum obat. Hal itu membuat dirinya jenuh. Baru sekali dalam seumur hidupnya ia mengalami seperti itu. "Wah tuanku sudah sehat kembali. Jangan telalu keras dulu untuk berlatih tuan," sapa wakil jenderal Norman. "Terimakasih Norman. Sedang apa kamu di sini?" Tanya jenderal Vladimir. Tadi putri Beatrice sekarang wakil jenderal Norman. Kenapa hari ini banyak yang ke kadang kuda. Memang sedikit mencurigakan. Sedang apa putri Beatrice bersembunyi di samping kandang kuda Vixo. Apa ia mengikuti jenderal Vladimir? Entahlah, hanya putri Beatrice yang tahu jawabannya. "Sedang menunggangi kuda tuanku, aku akan membawa kudaku ke arena latihan. Aku ingin mengasah keahlianku dalam memanah. Sekarang aku akan memanah sambil berkuda," sahut wakil jenderal Norman. Jawabannya masuk akal sih. Namun, apakah wakil jenderal Norman mendengar percakapannya dengan putri Beatrice? Pertanyaan itu muncul dari benak jenderal Vladimir. Sudahlah, ia cepat-cepat menggubris pikiran itu. "Ayo! Aku ikut dengan kamu. Aku ingin lihat seberapa hebatnya kamu dalam memanah sambil berkuda," ajak jenderal Vladimir. Merekapun pergi bersama-sama ke arena latihan. Disana sudah banyak prajurit yang sedang berlatih. Banyak prajurit yang menunduk pada jenderal Vladimir sebagai tanda penghormatan. Mereka salut karena jenderal Vladimir mampu bertahan dari mautnya. Seperti yang raja Castillejo katakan, Vladimir adalah jenderal yang tangguh. Yang kuat dalam kondisi apapun. Bahkan mungkin di tengah badai sekalipun. Ia akan tetap bertahan dan terus berjuang. Mereka harus meniru kehebatan jenderal Vladimir. Hebat, kuat, kokoh dan tangguh. Wakil jenderal Norman mengambil anak panahnya dan coba membidik target yang sengaja di buat bergerak. Setelah di rasa tepat. Ia melepaskan anak panahnya. Dan teenyata ada anak panah lain melesat ke taget sehingga sampai beberapa nol koma sekian detik lebih dulu. Wakil jenderal Norman melihat kearah anak panah siapa yang mendahuluinya. Ternyata anak panah jenderal Vladimir. Ia hanya tersenyum. "Kamu harus lebih cepat dari aku," ucap jenderal Vladimir. "Siap tuanku. Aku pasti akan lebih cepat," balas wakil jenderal Norman. Dia tidak pernah mempermasalahkan hal itu saat di arena latihan. Memang jenderal Vladimir selalu paling cepat. Sehingga memacu dirinya untuk bisa lebih cepat dari jenderal Vladimir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD