Leader 31 - Jenderal Yang Tangguh

1566 Words
Leader 31 - Jenderal Yang Tangguh Jenderal Vladimir sudah mulai sadarkan diri. Tubuhnya masih lemah, tapi ia berusaha kuat. Saat sadar ia langsung menanyakan tentang keselamatan putri Beatrice. Bukan karena cinta. Tidak pernah sedikitpun terbesit ada perasaan cinta di hati jenderal Vladimir. Yang ada di benaknya hanya tentang balas dendam. Jenderal Vladimir menanyakan keselamatan putri Beatrice memang itu tugas yang di berikan oleh raja Castillejo padanya. Tugas dari raja harus ia penuhi. Wakil jenderal Norman menjelaskan tentang kronologi setelah jenderal Vladimir ditebas punggungnya oleh si bandit itu. Katanya tangan si bandit itu putus karena Jenderal Vladimir menebasnya hingga putus. Bahkan hal itu jenderal Vladimir tidak mengingatnya. Tunggu. Tunggu. "Aduh gawat!" Jenderal Vladimir menepuk jidatnya yang tidak bersalah. Seakan teringat sesuatu. "Apa ada yang salah tuanku? Anda merasakan sakit lagi? Biar aku panggilkan tabib Muska lagi," Norman ikut panik. "Tidak usah. Aku hanya teringat sesuatu yang aku ucapkan. Betapa bodohnya aku," ujar jenderal Vladimir. Ia teringat ucapannya pada putri Beatrice saat di dalam kereta kuda. Saat itu, Putri Beatrice menyeka keringat milik jenderal Vladimir dengan tangannya. Ia juga sangat cemas melihat kondisi Jenderal Vladimir sekarang. "Jangan coba mencari tahu lagi tentang aku. Karena tuan putri tidak akan menemukan apapun," desisnya dengan menahan sakit yang ia dera sekarang. Ternyata jenderal Vladimir sudah tahu tentang kecurigaan Putri Beatrice pada dirinya. Merasa di tangkap basah. Putri Beatrice bersikap keras kepala. "Kamu kerja sama kan sama para bandit tadi? Jangan-jangan Vasko yang menyuruhnya untuk menyerangku?" Tuduh Putri Beatrice. "Hentikan tuan putri! Luka ini bukan pura-pura mana mungkin jika kami bersekongkol. Aku menebas ketua bandit sampai tangannya putus. Jika tuan putri mencari tahu tentang aku. Memang tidak akan ada yang tahu tentang aku. Ya, aku masuk ke dalam kerajaan karena menuntut balas dendam. Tapi percaya bukan raja target utamaku!" Tegasnya. Akhirnya ia membocorkan misinya yang selama ini ia tutup rapat. "Aku hanya ingin tahu kamu punya orang tua atau tidak," putri Beatrice tetap bersi kukuh ingin tahu asal usul Jenderal Vladimir. "Orang tuaku telah mati saat aku sedang kecil. Tuan putri pergi ke Serbia pun tidak akan tahu tentang aku. Karena saat itu semua orang mati di musnahkan raja rakus. Jadi hentikan mencari tahu tentang aku. Karena tuan putri tidak akan menemukan apa-apa tentang aku," jelas Jenderal Vladimir. Baru kali ini jenderal Vladimir menceritakan tentang masa lalunya. Entah sedang pengaruh rasa sakitnya ia bisa jujur. Entah memang Jenderal Vladimir ingin jujur demi mengentikan kecurigaan Putri Beatrice. "Percayalah, aku tidak akan menyakiti yang mulia raja. Bahkan jikalau memang tuan putri tidak mau aku menjadi suamimu. Aku akan bantah permintaan yang mulia raja," setelah ucapan itu jenderal Vladimir memejamkan matanya rasanya sakit di punggungnya sudah tidak tertahankan lagi. Mungkin dengan diam bisa sedikit mengurangi rasa sakitnya. "Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Maki Jenderal Vladimir pada dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia membocorkan rahasia yang selama ini ia tutup dengan rapat. Membocorkannya pada putri Beatrice pula. Rasa sakit yang mendera saat itu membuat mulutnya tidak bisa terkontrol. "Apa yang anda pikirkan tuan? Apa kami melakukan kesalahan?" Norman terus menerka-nerka apa yang di pikirkan oleh jenderal Vladimir. "Tidak kalau begitu aku mau menghadap yang mulia raja." Dengan segera Jenderal Vladimir bangun. Namun, rasa sakit di punggungnya masih mendera. Ia kembali berbaring dengan posisi miring. "Jangan terlalu memaksakan diri. Luka tuan masih basah. Masih butuh satu Minggu untuk memulihkannya," jelas wakil Jenderal Norman. "Berapa lama aku tidak sadarkan diri?" "Tiga hari, kata tabib Muska itu wajar. Karena luka tuan memang cukup serius. Untung saja tidak melukai organ vital tuan," terang wakil jenderal Norman. Tiga hari? Cukup lama juga. Jenderal Vladimir malah merasa ia tidak sadarkan diri hanya beberapa jam. Jika sudah sampai di istana kerajaan Kuzkha. Pasti raja Castillejo juga sudah tahu tentang kondisi yang Jenderal Vladimir alami. "Apa yang mulia raja sudah tahu aku terluka?" Tanya jenderal Vladimir lagi. "Tentu tuan, bahkan sampai mengizinkan aku. Untuk meminta tabib Muska sendiri yang merawat tuan. Yang mulia sangat mengkhawatirkannya tuan," sahur wakil jenderal Norman. "Tabib Muska yang khusus memeriksa yang mulia raja? Kenapa kamu memeinta tabib Muska merawat aku?" "Karena tabib Muska adalah tabib terbaik di kerajaan Kuzkha, tuan. Aku hanya ingin tuan mendapatkan perawatan terbaik. Karena luka tuan harus segera sembuh. Agar bisa melatih kami lagi. Dan memepersiapkan diri untuk kembali ke medan perang." Betul juga ucapan wakil jenderal Norman. Sangat logis dan masuk akal. Kalau di tangani tabib lain. Belum tentu Jenderal Vladimir akan tertolong dari ambang kematiannya. Sekarang jenderal Vladimir memikirkan, bagaimana menyangkal tentang ucapan yang telah ia ucapkan pada putri Beatrice. Bisa-bisanya ia berkata jujur pada putri Beatrice yang jelas membencinya. Ia takut hal itu malah akan menjadi bumerang bagi dirinya. Bisa saja putri Beatrice mengadukan apa yang jenderal Vladimir katakan pada raja Castillejo. Tujuan utamanya telah di ketahui oleh putri Beatrice. "Tuan putri di hukum oleh yang mulia raja. Tuan putri tidak boleh keluar kamar selama satu Minggu. Hanya dayang Rumbia yang keluar masuk kamar tuan putri. Tuan tenang saja, tuan putri baik-baik saja. Hanya saja, aku heran kenapa yang mulia raja lebih memperhatikan tuan dibanding anaknya sendiri," ceplos wakil jenderal Norman. Ia sudah tidak merasa canggung lagi dengan jenderal Vladimir. Tentunya setelah kejadian seminggu merawat naga penjaga, di menara perbatasan wilayah Utara negeri empat menara. "Maksudmu?" "Tuan putri langsung di hukum saat tiba di istana. Orang pertama yang di tanyakan kondisinya adalah anda, tuan. Yang mulia raja tidak melirik tuan putri sama sekali," jelas wakil jenderal Norman secara blak-blakan. "Jangan ngomong sembarangan kamu. Itu tidak mungkin," sangkal jenderal Vladimir. Kalau benar apa yang di katakan wakil jenderal Norman seperti itu. Ia jadi merasa tidak enak pada putri Beatrice. "Benar, tuanku. Masa aku berbohong." "Jenderal yang tangguh. Bagaimana sekarang kondisi kamu?" Tiba-tiba raja Castillejo datang tanpa pemberitahuan. Respek jenderal Vladimir bangun dari posisi mencoba menunduk hormat pada raja Castillejo. Namun, rasa sakit yang luar bisa malah mendera punggungnya. "Hei hati-hati! Lukamu tidak boleh di tekuk dulu. Istirahatlah, kamu tidak perlu membungkuk seperti itu. Kamu harus banyak istirahat agar cepat pulih. Kamu benar jenderal yang tangguh," puji raja Castillejo. Rasanya aneh juga di perhatikan oleh raja Castillejo. Jenderal Vladimir berpikir, berarti benar apa yang di ucapkan oleh wakil jenderal Norman tadi pada dirinya. Pantas saja putri Beatrice sampai marah dan tidak suka padanya. Putri Beatrice pasti merasa jenderal Vladimir telah merebut perhatian sang raja. Setelah pulih, ia akan menjelaskan semuanya pada putri Beatrice. Agar tidak lagi terjadi salah paham. Jenderal Vladimir bahkan takut, kalau sampai putri Beatrice nekat lagi pergi ke Serbia. Karena di tanah kelahirannya, sudah pasti wilayah itu telah menjadi milik raja Dimitar. "Terimakasih yang mulia raja. Maaf aku telah merepotkan yang mulia raja," sesal jenderal Vladimir, dengan posisi yang masih tidur miring. Karena memang masih belum kuat untuk membungkuk memberikan hormat. "Tidak, justru aku yang berterimakasih. Karena kamu terlah menyelamatkan putri Beatrice dari para bandit itu. Sampai-sampai kamu terluka seperti ini. Sekarang kamu istirahatlah dulu. Jangan pikirkan tentang putri Beatrice atau latihan untuk prajurit. Ada wakil jenderal Norman yang mengurus untuk latihan para prajurit," ucap raja Castillejo panjang lebar. "Baiklah yang mulia raja. Sekali lagi terimakasih karena yang mulia susah mengizinkan tabib Muska untuk merawatku," ujarnya merasa sungkan. "Kamu memang perlu pengobatan dari tabib terbaik di sini. Untung saja wakil jenderal Norman tepat dalam memberikan pertolongan pertama. Selama perjalanan menuju istana kata tabib Muska. Kamu banyak kehilangan darah, tapi racikan tanaman obat yang di berikan oleh wakil jenderal Norman. Membuat pendarahannya berhenti. Terimakasih wakil jenderal Norman," jelas raja Castillejo. Wakil jenderal Norman merasa tersanjung di puji raja Castillejo. Namun, semua itu sebetulnya wakil jenderal Norman tahu dari jenderal Vladimir. Saat satu Minggu mengobati naga penjaga menara. Ia banyak belajar, tentang tanaman-tanaman obat yang bisa menghentikan pendarahan dan juga merawat luka. Jadi ia bisa meracik dengan tanaman desanya untuk pertolongan pertama pada jenderal Vladimir. Syukurlah kalau memang hal itu membuahkan hasil. Sepertinya banyak bakat yang terpendam pada diri jenderal Vladimir. Hanya saja tidak banyak orang yang tahu. Mungkin orang istana tahunya jenderal Vladimir hanya seorang jenderal yang gagah dan kuat. Namun, dia juga sangat pandai meracik obat dan punya wawasan yang sangat luas. Wakil jenderal Norman menunduk. "Sudah kewajiban aku untuk menolong jenderal Vladimir, yang mulia raja. Aku juga belajar dari jenderal Vladimir tentang racikan tanaman obat untuk menghentikan pendarahan," jawabnya dengan jujur. "Hebat. Selain jenderal yang tangguh. Kamu juga tahu banyak tentang obat ternyata. Tidak salah aku mengangkat kamu sebagai seorang jenderal. Dan aku juga yakin, nantinya kamu akan menjadi raja yang bijaksana," puji raja Castillejo tidak henti-hentinya. Mendengar ucapan raja Castillejo. Jenderal Vladimir jadi ingat ucapan terakhirnya sebelum pingsan pada putri Beatrice. Tentang pembatalan perjodohan mereka. "Maafkan aku yang mulia raja. Sepertinya aku tidak bisa menerima perjodohan itu. Aku berjanji akan tetap di sisimu. Namun, hanya sebagai jenderal saja. Untuk menjadi raja, aku rasa belum pantas bersanding dengan putri Beatrice. Mungkin ada calon atau kandidat yang lebih tepat di bandingkan aku," tolak jenderal Vladimir secara halus. "Pasti semua ini karena putri Beatrice bukan? Kamu tenang saja. Lambat laun dia akan menerima kamu. Aku tidak percaya pada pria lainnya. Akan aku pastikan kamu yang akan menjadi raja berikutnya di kerajaan Kuzkha." Jika raja Castillejo sudah berkata seperti itu. Siapa yang mau membantah? Bukan hanya jenderal Vladimir yang tekejut mendengar keputusannya. Wakil jenderal Norman juga terkejut. Kalau orang lain mendengar keputusan itu pasti senang. Siapa yang tidak senang menjadi raja berikutnya? Semua orang ingin menduduki tahta seorang raja. Namun, ternyata tidak semuanya. Hanya sebagian orang saja yang menginginkannya. Seperti jenderal Vladimir, ia hanya membutuhkan pasukan kerajaan saja untuk membalaskan dendamnya. Bukan tahta raja yang ia inginkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD