Leader 30 - Pahlawan Penolong
Jenderal Vladimir telah menolong putri Beatrice dari para bandit yang ingin mencelakai putri Beatrice. Saat perjalanan menuju ke istana. Putri Beatrice terus memikirkan setiap perkataan yang di ucapkan oleh jenderal Vladimir. Tentang ia masuk ke kerajaan Kuzkha untuk membalas dendam pada raja rakus. Namun, sepertinya bukan ayahnya. Lalu siapa? Bahkan ucapan terakhirnya sebelum jenderal Vladimir diam membisu. Katanya dia akan menolak perjodohannya dengan putri Beatrice, yang telah di tetapkan oleh raja Castillejo.
Sesampainya di istana kerajaan Kuzkha. Jenderal Vladimir langsung di hampiri oleh raja Castillejo.
"Ada apa ini? Kenapa jenderal Vladimir sampai terluka?" Tanya raja Castillejo panik. Bukannya menanyakan kondisi putri Beatrice dulu. Malah menanyakan kondisi jenderal Vladimir dulu.
"Maafkan hamba yang mulia raja. Saat pertempuran melawan bandit. Jenderal Vladimir di tebas punggungnya oleh salah satu banditnya. Jika yang mulia raja berkenan. Aku akan memanggilkan tabib terbaik di kerajaan Kuzkha untuk mengobati luka jenderal Vladimir," jelas wakil jenderal Norman. Karena memang saat ini jenderal Vladimir mungkin sedang pingsan.
"Baiklah, lakukan yang terbaik untuk jenderalku. Pastikan jenderal Vladimir harus sembuh dan pulih seperti sedia kala!" Perintah raja Castillejo. Kemudian ia masuk kedalam istana. Putri Beatrice mengekor di belakang raja Castillejo. Ia merasa tidak dilirik sama sekali oleh ayahnya.
"Ayah tidak menanyakan kondisiku?" Tanya putri Beatrice merasa ingin diperhatikan.
"Kamu tidak menyesal sama sekali dengan perbuatan yang kamu lakukan? Jenderal Vladimir sampai terluka. Lalu mana dua pengawal yang ikut pergi keluar istana, tanpa izin dariku?" Raja Castillejo malah lebih mencemaskan jenderal Vladimir.
"Maafkan aku ayah, aku tahu aku bersalah. Aku melakukan semua ini karena aku ingin mendapatkan perhatian dari ayah. Aku tahu jenderal Vladimir adalah pahlawan penolong bagi aku, tapi bisakah ayah memperhatikan aku sedikit saja?" Akhirnya apa yang selama ini putri Beatrice pendam dalam hati, keluar juga dari mulutnya hari ini.
"Apa aku ini benar-benar anak ayah? Kata semua orang aku mirip ratu Freya. Kalau ya aku mirip ibu, kenapa aku tidak diperhatikan sama sekali oleh ayah? Sebegitu besar kah ayah menginginkan anak laki-laki. Sehingga ayah mendidik aku seperti anak laki-laki? Jika memang ayah tidak menginginkan aku sebagai anak ayah. Buang aku saja ayah, aku tidak bahagia meskipun aku seorang putri raja. Aku kesepian ayah!" Derai air mata mulai keluar dari pelupuk mata putri Beatrice. Rasa pilu dan sakit mulai mendera hati putri Beatrice. Selama ini ia terabaikan. Hanya dayang Rumbia yang selama ini menemaninya. Dayang Rumbia sudah seperti ibunya sendiri.
Raja Castillejo masih membelakangi putrinya. Ia bingung harus berbuat apa. Semua ucapan putri Beatrice membuatnya semakin merasa bersalah. Bukannya ia tidak sayang pada putri semata wayangnya. Hanya saja raja Castillejo ingin putri Beatrice mandiri sebagai putri kerajaan. Memang salah raja Castillejo yang terlalu fokus pada pekerjaan sebagai raja. Sampai lupa memperhatikan anaknya. Jadi wajar saja kalau putri Beatrice protes seperti ini.
"Masuk kedalam kamar. Kamu, aku hukum tidak boleh keluar kamar selama satu Minggu!" Ucap raja Castillejo sambil pergi meninggalkan putri Beatrice yang masih menangis.
Putri Beatrice tidak tahu harus bagaimana lagi untuk mencari perhatian dari ayahnya. Apa harus dengan menerima perjodohannya dengan jenderal Vladimir? Mungkin ayahnya akan benar-benar memperhatikannya.
**********
Luka sayatan pedang di punggung jenderal Vladimir cukup dalam. Sehingga membuatnya kehilangan banyak darah dan kehilangan kesadarannya. Wakil jenderal Norman telah memanggil tabib terbaik di Kerajaan Kuzkha. Biasanya tabib ini hanya mengobati raja Castillejo. Namun, tadi ia sudah mendapatkan izin dari raja Castillejo. Jadi Jenderal Vladimir bisa di obati oleh sang tabib.
Tabib Muska menjahit luka Jenderal Vladimir agar pendarah tidak terjadi lagi. Pendarahan memang sudah berhenti, tapi lukanya yang cukup dalam tidak menutup kemungkinan akan terjadi pendarahan lagi. Jadi sebaiknya di jahit saja. Agar lukanya bisa mengering, tentunya di bantu dengan obat herbal yang telah di racik oleh tabib Muska.
"Sungguh suatu keajaiban jenderal Vladimir bisa bertahan sejauh ini. Perjalanan dari gurun pasir menuju kerajaan Kuzkha, sangat lah jauh. Jenderal Vladimir butuh waktu beberapa hari untuk beristirahat yang mulia raja. Saat ini Jenderal Vladimir memang tidak sadarkan diri. Namun, besok atau lusa. Beliau juga akan sadar," lapor tabib Muska pada raja Castillejo.
"Syukurlah, kamu harus pastikan dia baik-baik saja. Jangan sampai kita kehilangan nyawanya," perintah raja Castillejo.
"Baik yang mulia raja. Aku akan berikan obat untuk menghilangkan rasa sakit pada jenderal Vladimir," sahut tabib Muska. Kemudian ia mengambil beberapa tanaman obat yang ia bawa dari rumah dan meraciknya. Setelah itu ia tempelkan pada luka Jenderal Vladimir yang telah rapih di jahit. Setelah itu ia balut luka Jenderal Vladimir dengan kain putih.
Wakil jenderal Norman juga bingung sendiri. Kenapa raja Castillejo lebih memperhatikan jenderal Vladimir. Dibandingkan anaknya? Tadi ia tidak sengaja mendengar pembicaraan raja Castillejo dan putri Beatrice. Pantas saja putri Beatrice sampai nekat mencari tahu asal usul jenderal Vladimir. Sampai rela keluar istana tanpa izin. Demi mendapatkan informasi tentang jenderal Vladimir. Namun, malah berujung petaka seperti ini. Raja Castillejo malah menghukum putrinya sendiri.
Jika lihat dari kacamata orang lain, memang raja Castillejo tidak bersikap adil atas kejadian ini. Bagaimanapun seharusnya raja Castillejo harus menanyakan dulu apa penyebab putri Beatrice nekat pergi dari istana tanpa izin. Sudah jelas tadi alasanya putri Beatrice sedang mencari perhatian raja Castillejo.
Selesai memberikan pengobatan pada Jenderal Vladimir. Tabib Muska pamit untuk pulang. Karena harus menyiapkan tanaman obat herbal lainnya. Untuk pengobatan Jenderal Vladimir besok.
Disisi lain, dayang Rumbia yang mendengarkan putri Beatrice sudah kembali cepat-cepat menghampiri kamarnya. Namun, saat pintu kamar putri Beatrice di buka. Kamar sudah seperti kapal pecah. Semua berantakan. Banyak pecahan kaca yang bertebaran. Pasti dari cermin dan beberapa guci yang di hancurkan di dalam kamar.
Perlahan dayang Rumbia mendekati putri Beatrice yang sedang menangis di atas ranjangnya. Dayang Rumbia memeluk putri Beatrice yang sedang menangis. Tidak lama putri Beatrice menangis dengan sesegukan di pelukan dayang Rumbia.
"Dia memang pahlawan penolongku. Tapi kenapa ayah tidak sedikitpun melirik aku. Padahal aku putrinya, ayah malah menghukum aku," rengek putri Beatrice seakan sedang bercerita pada ibunya sendiri.
"Beri waktu yang mulia raja untuk berpikir tuan putri. Aku yakin yang mulia raja pasti akan mengubah sikapnya setelah kejadian ini. Berjanjilah, jangan keluar istana tanpa izin lagi seperti ini. Diluar istana akan lebih berbahaya. Tuan putri harus percaya. Jenderal Vladimir tidak akan bermaksud jahat di sini," nasihat dayang Rumbia. Sama seperti putri Beatrice, ia juga sudah menganggap putri Beatrice seperti anaknya sendiri.
"Aku janji tidak akan keluar istana lagi. Aku tidak mau mati sia-sia," ucap putri Beatrice dalam tangisnya. Dayang Rumbia mengelus halus punggung sang putri. Kalau seperti ini. Seakan lebih dekat dengan putri Beatrice. Seakan tidak ada batasan antara tuan putri dan seorang dayang. Kalau saja ratu Freya masih hidup. Pasti putri Beatrice akan dipenuhi kasih sayang dari ratu Freya yang sangat penyayang.
"Bagus, istirahatlah. Jangan memikirkan yang macam-macam dulu. Fokus istirahat saja dulu. Tuan putri pasti masih shock. Karena bertemu dengan para bandit jahat. Soal yang mulia raja dan jenderal Vladimir, pikirkan nanti saja. Sekarang tuan putri turuti saja kemauan yang mulia raja," ucap dayang Rumbia.
Dayang Rumbia sekarang adalah seorang yang sebatang kara. Dulu suaminya juga menjadi prajurit di kerajaan Kuzkha. Namun, gugur saat ikut berperang mempertahankan kerajaan Kuzkha, dari kerajaan lain yang mau menguasai kerajaan Kuzkha. Sayang dayang Rumbia tidak memiliki seorang anak. Jadi ia sangat menganggap putri Beatrice sebagai anaknya sendiri. Dayang Rumbia tidak merasa kesepian karena ada putri Beatrice. Dua orang yang kesepian akan kasih sayang, biasanya mereka saling melengkapi satu sama lain. Hal itulah yang mereka rasakan.