Valora memilin pakaiannya dan menunduk. Tidak berani untuk menatap Ares yang terus menatapnya dengan tatapan tajam lelaki itu. Valora malu, tidak ada yang menatap dirinya seperti Ares yang menatapnya sekarang dengan tatapan tertarik lelaki itu pada dirinya.
“Kenapa menunduk terus Valora? Ada yang salah padaku?” Tanya Ares, kembali memegang wajahnya. Menatap bingung pada Valora yang menggeleng, dan menatap penuh rasa bersalah pada Ares.
“Tidak ada yang salah padamu Ares. Aku hanya malu saja, kenapa kau melihatku seperti itu? Padahal orang-orang di sini menatapku dengan pandangan sinis mereka padaku. Aku tidak percaya diri pada diriku sendiri,” ucap Valora jujur terus menunduk.
“Apa salah kalau aku memuja dirimu dengan tatapanku Valora? Kau sangat cantik sekali Valora. Kau gadis tercantik yang pernah aku temui seumur hidupku.” Ares menarik tangan Valora, lalu menggenggam tangan Valora, kembali lelaki itu mencium punggung tangan Valora.
Valora terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Ares padanya. Valora yang ingin menarik tangannya, dan menatap sekeliling bagaimana segerombolan gadis cantik yang mejanya tidak terlalu jauh dari meja Valora dan Ares menatap Valora dengan senyuman sinis penuh kebencian mereka.
“Ares! Jangan cium!” Valora takut melihat para gadis itu yang seolah mau menjambak dirinya sekarang. Dia sudah biasa ditatap penuh kebencian. Namun kali ini, lebih parah tatapan kebencian yang didapat oleh dirinya.
Ares tidak melepaskan tangan Valora. Dia masih menggenggam tangan gadis itu. Dan mencium punggung tangan Valora berulang kali, semakin membuat Valora gelisah penuh ketakutan.
“Kau kenapa Valora? Kau tidak suka aku mencium punggung tanganmu? Padahal aku sangat suka sekali mencium punggung tanganmu Valora. Kau tahu, kalau punggung tanganmu ini sangatlah lembut dan halus sekali.” Jempol Ares mengusap punggung tangan Valora.
Ares tidak berbohong, kalau punggung tangan Valora sangat lembut dan halus sekali. Kulit Valora yang seperti salju, membuat Ares ingin sekali menandai leher dan badan Valor dengan kissmark dan membuat mahakarya pada tubuh mulus Valora.
Valora kembali bersemu merah mendengar apa yang dikatakan oleh Ares padanya. Ia juga menatap kembali pada para gadis yang mendengkus beberapa kali, menatap sinis pada Valora.
“Ares, aku takut. Banyak orang yang-”
“Sttt… abaikan saja mereka Valora. Kau tidak perlu takut pada mereka Valora. Memangnya apa yang perlu kau takutkan pada mereka hmm? Tidak ada yang perlu ditakutkan dari mereka semua. Mereka itu hanya iri saja, karena kau duduk bersama lelaki tampan sepertiku. Hahaha… aku bercanda Valora. Aku tidak tampan.” Ares tertawa kecil.
“Kau tampan!” Ucap Valora spontan.
“Benarkah? Terima kasih Valora, karena sudah mengatakan aku tampan. Kau juga sangat cantik sekali. Aku coba buka kacamatamu ini ya,” ucap Ares membuka kacamata Valora perlahan.
Ares tertegun melihat Valora tidak mengenakan kacamatanya. Sial! Gadis itu memang sangat cantik sekali, apakah Ares sedang dalam keberuntungan dari sang dewi. Karena mendapatkan gadis secantik dan juga kulitnya begitu bersih putih.
“Cantik.” Puji Ares.
Valora mendengar itu menggeleng, ia segera mengambil kacamatanya yang ada di tangan Ares, kembali memakaikannya.
“Jangan memujiku cantik. Aku itu jelek Ares, kalau aku cantik. Pasti ada lelaki yang mau bersamaku. Ini tidak ada yang mau bersamaku Ares.”
Ares menaikan sebelah alis. “Kau belum pernah pacaran sebelumnya Valora? Dan kau masih— sorry… kau masih virgin?” Tanya Ares.
Valora mengangguk. “Yeah! Aku belum pernah pacaran Ares. Aku masih virgin. Kenapa? Bukankah wajar kalau aku masih virgin, atau zaman sekarang masih virgin adalah hal aneh?” Tanya Valora.
“Oh no! Bukan seperti itu Valora. Aku hanya kaget saja, kau tahu, di kampus kita itu, rata-rata para gadis di sana sudah tidak virgin. Dan aku sangat takjub sekali kau menjaga keperawananmu.” Ares menyeringai dalam hatinya. Asolole! Ares mendapatkan gadis yang masih virgin dan belum tersentuh sama sekali. Beruntungnya dia.
“Mereka menganggap melakukan seks sebelum menikah itu adalah hal biasa Ares. Sedangkan aku, aku selalu menganut yang namanya seks setelah menikah. Aku mau menyerahkan keperawananku pada suamiku.”
Ares mendengar ucapan Valora barusan mengangguk. Gadis polos dan pemikirannya sangat naif sekali. Ares tidak menyangka, kalau Valora akan berpikiran seperti itu, yang begitu naif.
“Bagus sekali Valora. Aku setuju dengan apa yang kau katakan barusan, memang menjaga keperawanan itu sangat penting sekali.”
Valora melebarkan senyumannya mendengar ucapan Ares. Ternyata Ares juga memiliki pemikiran yang sama seperti dirinya, yang menjaga keperawanan sangat baik lalu memberikan keperawanan setelah menikah.
“Kau juga memiliki pemikiran sepertiku Ares? Aku mau suamiku mendapatkan yang terbaik. Aku tidak mau merugikan diriku sendiri, karena memberikan keperawananku pada laki-laki yang belum menikah denganku.” Ucap Valora.
“Of course! Aku memiliki pemikiran yang sama sepertimu Valora. Aku semakin kagum padamu Valora, karena begitu jarang sekali ada gadis yang memiliki pemikiran seperti dirimu. Semoga kita menikah ya.”
Mata Valora melotot mendengar apa yang dikatakan oleh Ares barusan padanya. Lelaki itu sedang bercanda mengatakan hal seperti itu padanya? Dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ares barusan.
Apakah benar Ares mau menikah dengannya?
“K-kau mau menikah denganku?” Tanya Valora gagap.
Ares mengangguk. “Yeah, aku mau menikah dengan gadis secantik mu juga baik. Aku dari awal melihatmu setelah beberapa hari aku memperhatikan dirimu, aku sudah jatuh hati padamu Valora. Maaf. Bukan bermaksud menggombal atau merayu dirimu, tapi itulah kenyataan yang terjadi. Kalau aku jatuh cinta pada gadis sebaik dirimu.”
Valora menunduk dan pipinya semakin memerah. Jantung Valora semakin berdetak kencang mendengar apa yang dikatakan oleh Ares barusan pada dirinya. Dia tidak percaya kalau Ares mau menikah dengannya.
“Kau tidak mau menikah denganku Valora?”
Valora menggeleng ribut. “Bukan seperti itu. Hanya saja-”
“Ya, aku tahu Valora. Kalau kita baru mengenal. Sudah, kamu jangan mendengar apa yang aku katakan. Kau pesan sekarang makananmu Valora, pesan apapun yang kau mau. Karena aku yang bayar.” Ares memberikan buku menu pada Valora.
Valora mengambil buku menu. “A-aku samakan saja pesanannya denganmu.” Saking gugupnya, Valora tidak tahu harus memesan apa. Dia bingung mau memesan apa.
“Ohh… baiklah. Aku akan memesan makanan yang enak di sini. Aku dan teman-temanku sering makan di sini. Kau harus mencobanya Valora.”
Valora mengangguk, namun pikirannya masih melayang pada ucapan Ares tadi. Ares yang mau menikah dengannya.
MIMPI APA VALORA?!