Pagi itu Fani terbangun dalam keadaan sendiri, rumah masih lengang, masih sama seperti ia tidur semalam. Tidak ada tanda-tanda Yoga pulang. Fani mencengkeram baju Yoga yang kini berada dalam pelukannya, menatapnya dengan sorot sedih, pilu, marah, rindu, namun ia tak bisa mengungkapkannya. Dengan rasa kecewa yang telah merasuk sejak ia terbangun, dilemparnya baju itu ke dinding kuat-kuat. Diteriakkannya suara keputus asaan atas hidup yang tak membahagiakan. "BEDEBAAAAAAHH!" Lantas ia bergelung dalam dekapan kedua lengannya, menekuk lututnya menenggelamkan kepalanya disana, menadakan tangisnya dalam lirih yang menyakitkan. Sementara itu, Yoga keluar dari hotel bersama Helena, langsung meluncur ke kantor tanpa sempat mengecek ponselnya, tanpa sempat mengingat siapa saja yang belum dihubun