Emosi

1289 Words

"Aku ingin kamu berhenti kerja!" Qiana terdiam. "Kenapa? Apa permintaan ku berlebihan?" Qiana sejenak menarik napas dalam," Lang, bukannya kita udah sepakat untuk tidak bahas ini, aku..." "Aku tidak tahan Na! Aku tidak bisa terus-terusan jauh dari kamu?" "Kita enggak jauh Lang, kita masih satu kota! Kita..." "Qiana di panggil Bapak!" Seorang Pramusaji menghentikan perdebatan mereka. Qiana menarik napas dalam, ia menatap Erlangga, "aku masuk dulu, kamu makan ya... " Qiana segera beranjak. Tak ada jawaban dari Erlangga. Ia marah. Baru saja ia ingin bicara serius dengan gadisnya. Tapi lagi, Qiana harus pergi. Memangnya pekerjaannya lebih penting dari pada dirinya. Di ruangan lain, Azka memukul meja, ketika melihat Erlangga memeluk Qiana di CCTV di ponselnya. Sialan! Padahal ia suda

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD