#30 : Secangkir teh yang menguap

1958 Words
TAMAN rumah sakit selalu menjadi salah satu tempat kesukaanku semenjak aku dipindahkan. Pengadilan hukum menggunakan wewenang mereka untuk memilihkan hukuman apa yang pantas untuk seseorang sepertiku. Mereka bilang aku adalah pembunuh yang mengerikan. Karena bahkan setelah membuat seseorang kehilangan nyawa, aku tak mengingat apapun untuk membantu. Jangankan orang lain, menyelamatkan diriku dari kesaksianku sendiri saja, aku tak kuasa. Mendaratkan namaku di tempat yang penuh dengan orang-orang sakit ini mungkin dilihat sebagai keputusan terbaik bagi mereka. Namun mungkin juga tidak untuk keluarga Ethan. Buktinya setelah aku selesai menjalani pengobatan di tempat ini, mereka masih ingin mengadakan penyelidikan dan persidangan ulang. Tujuannya pasti untuk membuatku dihukum lebih parah. Diberi hukuman mati kalau bisa. Menyingkirkanku sepertinya adalah satu-satunya tujuan mereka. Namun kali ini, aku tak akan membiarkan mereka. "Untukmu." Louis tiba-tiba muncul dengan secangkir teh panas beraroma melati yang pasti dibuat oleh dirinya sendiri di dapur rumah sakit. Ia menyodorkan minuman dengan uap-uap panas yang mengepul melalui permukaan cangkir dan duduk di sampingku, pada bangku taman yang selalu kami duduki bersama. Aku menerima cangkir teh tersebut dan tersenyum sopan. "Terima kasih." Karena semua yang dibuat oleh Louis, entah itu makanan atau minuman, rasanya selalu pas. Ia seolah memang diciptakan untuk menghibur orang-orang sakit sepertiku dan semua pasien yang ada di sini. Namun jika dipikir-pikir, ada sesuatu yang membuatku sangat penasaran dengan pria berambut pendek ini. "Kau tidak pergi untuk makan siang di luar?" tanyaku, kepada Louis yang juga menyesap permukaan cangkirnya dengan hati-hati. Ia sepertinya sengaja membuat dua teh panas sekaligus agar kami bisa duduk dan meminumnya bersama. "Kau tampak sibuk, Lou." Louis menoleh setelah selesai menyesap sedikit dari banyaknya teh dalam cangkir. Ia tersenyum kecil dan meletakkan benda berwarna putih itu di atas bangku, tepat di tengah-tengah kami. Pada jarak kosong di bangku taman yang kami gunakan. "Aku sudah menggunakan jam istirahatku beberapa jam sebelumnya." "Kau keluar?" Dan pria muda itu menganggukkan kepalanya. "Ya. Aku menemui Mom. Hanya beberapa saat karena aku sedang memiliki banyak pasien hari ini." Dan aku pun meletakkan cangkir teh milikku di tempat yang sama dengan Louis. Membiarkan uap-uap panas itu keluar dengan sendirinya, membaur bersama udara dingin yang menyelimuti atmosfer kami di hari yang cukup terik. Posisi bangku kayu panjang yang kami gunakan untuk duduk berada tepat di bawah pohon cemara besar yang teduh. Kami bahkan tak sedikitpun merasa silau karena cahaya matahari yang mulai naik ke atas kepala kami karena kehadiran pohon-pohon ini. "Apa kabar ibumu baik?" Louis menatapku untuk kemudian menganggukkan kepalanya. "Dia cukup baik. Tapi dia akan kembali ke Milan untuk beberapa pekerjaan." Aku tersenyum kagum dan menyenggol lengan Louis dengan lenganku sendiri. "Kau pasti bosan karena selalu jauh dari ibumu." Membuat Louis yang usianya hanya terpaut tiga tahun lebih tua dariku tertawa di tempatnya. Ia kembali mengangkat cangkir teh miliknya, meminumnya sedikit, lalu mengalihkan pandangannya ke arah kebun bunga mawar di sudut taman. Tidak cukup jauh dari pandangan kami, tetapi aku tahu Louis sedang memandangi titik itu. Ia tampak sangat menikmati pemandangan di rumah sakit. Seolah tak pernah merasa lelah dengan semua pekerjaannya di sini. Apakah dia memang terlahir sebagai dewa penolong untuk orang-orang dengan gangguan jiwa yang di rawat di tempat ini? Atau karena Louis terlalu baik untuk semua orang? "Lou," kataku dengan berhati-hati. Membuatnya menoleh dan menatapku dengan ekspresi penasaran. Ia mengangkat kedua alisnya sesaat, sebelum kemudian menyimpan cangkir tehnya kembali ke posisi semula. "Ya, ada apa, Ivana? Apa ada sesuatu yang mengganggumu?" "Ada sesuatu yang sedikit membuatku penasaran." "Baiklah." Louis menganggukkan kepalanya. "Dan apakah itu kalau aku boleh tahu?" "Apa kau tahu seseorang yang mungkin masuk ke tempat ini, seseorang yang ... sedikit mencurigakan, atau, atau mungkin-" "Ivana." Louis tiba-tiba menyela kalimatku dan membuatku menjadi lebih gugup. "Sebenarnya apa yang sedang coba kau katakan?" Aku pun terkekeh pelan dan menggaruk tengkuk leherku yang sama sekali tidak gatal. Gerakan refleks ini biasa muncul setiap kali aku merasa gugup dan panik di saat bersamaan dan sepertinya saat ini, aku sedang merasakan kedua hal mengerikan tersebut. Aku pun berusaha sebisa mungkin untuk terlihat baik-baik saja dan terus tersenyum kepada Louis. Namun pria itu masih saja menatapku dengan ekspresi serius dan dingin. "Aku hanya sedikit penasaran tentang seseorang. Apakah kau menerima pasien baru setelah aku keluar?" Kedua alis Louis pun mengernyit. Ia tampak menimbang-nimbang sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya dan menatapku. "Tidak ada pasien baru di sini." Dan itu pun membuat suasana hanya semakin canggung saja. Dengan cepat kuangkat cangkir tehku dan kupaksakan untuk meminumnya agar Louis tidak menyadari reaksiku yang tampak salah tingkah. Ia pun mengalihkan pandangannya dan kembali kepada jajaran bunga warna-warni di seberang sana. Kali ini ia tampak sedang memikirkan sesuatu alih-alih menikmati kebun bunganya. "Ivana, bolehkah aku bertanya kepadamu?" Aku mengatup kedua bibirku dan menoleh ke arahnya. Memasang raut wajah penasaran dan ingin tahu yang mungkin terkesan dipaksakan di kedua matanya. "Ya. Silakan." "Soal detektif itu ...," Sepertinya aku tahu kemana arah pembicaraan ini, tetapi aku memilih untuk diam. Kubiarkan Louis melanjutkan kalimatnya yang terjeda begitu saja. Ia tampaknya cukup ragu-ragu untuk menanyakan hal ini. "Apa kau sekarang dekat dengannya?" Louis mengedikkan kedua bahu dan balas menatapku. Ekspresi wajahnya tak lagi seceria sebelumnya, tetapi masih dapat dikatakan sebagai reaksi yang biasa saja. "Kudengar kalian melakukan penyelidikan ulang bersama." "Penyelidikan ulang itu diminta oleh keluarga Ethan, kau pasti tahu," kataku menjelaskan. Apakah aku terdengar seperti seorang kekasih yang sedang mencoba menjelaskan aksi perselingkuhanku atau bagaimana? "Kupikir ini adalah kesempatan yang baik untukku memperbaiki segalanya. Terutama hidup dan masa depanku." "Mungkin kau sebaiknya berhenti, Ivana." Kalimat Louis justru membuatku tak mengerti. Ia tampak menundukkan kepalanya sesaat sebelum kemudian kembali mendongakkan kepalanya dan menatapku. Mata kami beradu pandang dalam diam. Aku yang penasaran dengan maksud ucapan Louis, sementara Louis tampak menahan semua yang mengganggu benaknya di hadapanku. "Kau bahkan baru mengenalnya selama beberapa hari. Kupikir kau harus berhati-hati," sambung Louis. Nada suaranya cukup tenang, jadi kupikir, Louis memang mengatakan hal itu untuk tujuan yang baik. "Kudengar dia dipindahkan dari California karena beberapa kekerasan yang dilakukan selama bekerja. Mungkin dia akan bertindak impulsif dan agresif pada siapapun yang menghalangi jalannya." "Dan ... bagaimana kau bisa mengetahui semua itu, Lou?" "Karena aku mencari tahu sendiri untukmu." Louis lagi-lagi mengangkat kedua bahunya dengan acuh dan menatap kedua mataku lurus-lurus. "Aku hanya ingin segalanya menjadi baik untukmu. Detektif itu ... sepertinya berbahaya untukmu." "Berbahaya? Hm...," *** It's misteri and information time. Departemen Kepolisian Kota New York (bahasa Inggris: City of New York Police Department atau lebih dikenal sebagai New York Police Department, disingkat NYPD) adalah lembaga penegak hukum dan investigasi utama yang bertempat di Kota New York, New York, Amerika Serikat. Didirikan pada tanggal 23 May 1845, NYPD adalah satuan kepolisian tertua sekaligus terbesar di AS.[6] Markas besar NYPD berada di Gedung 1 Police Plaza, yang berlokasi di Park Row, Lower Manhattan, berseberangan dengan balai kota.[7] Misi NYPD tersebut adalah "menegakkan hukum, menjaga perdamaian, mengurangi rasa takut, dan menyediakan lingkungan yang aman." Regulasi yang mengatur tentang NYPD tertuang di dalam Pasal 38 Peraturan Kota New York. Polisi Transit Kota New York dan Departemen Kepolisian Otoritas Perumahan Kota New York sepenuhnya diintegrasikan ke dalam NYPD pada tahun 1995 `oleh Wali Kota New York Rudolph W. Giuliani.[8] Pada bulan Juni 2004, NYPD memiliki sekitar 45.000 petugas polisi yang telah bersumpah ditambah beberapa ribu karyawan sipil yang bertugas; Pada bulan Juni 2005, jumlah anggota polisi menurun menjadi 35.000. Pada bulan Desember 2011, angka tersebut sedikit meningkat menjadi 36.600, yang terbantu dengan kelulusan 1.500 anggota baru dari Akademi Polisi Kota New York. Pada tahun anggaran 2018, jumlah polisi yang tergabung dalam NYPD berjumlah 38.422.[9] Selain itu, NYPD juga memiliki sekitar 4.500 polisi perbantuan, 5.000 agen keamanan sekolah, 2.300 agen penegakan lalu lintas, dan 370 pengawas penegakan lalu lintas. Asosiasi Kebajikan Petugas Polisi Kota New York (NYC PBA), yang merupakan serikat polisi perkotaan terbesar di Amerika Serikat, mewakili lebih dari 50.000 polisi Kota New York yang aktif dan pensiun. NYPD memiliki pelbagai layanan kepolisian khusus, termasuk unit layanan darurat, K9, dan banyak divisi bagian kejahatan khusus lainnya. Divisi Intelijen dan Biro Antiterorisme NYPD memiliki agen-agen yang ditempatkan di 11 kota di seluruh dunia.[10][11] Pada tahun 1990-an NYPD mengembangkan sistem manajemen CompStat yang juga dibentuk di kota-kota lain. NYPD memiliki sumber daya dalam hal laboratorium dan penyelidikan TKP yang sangat luas, serta unit yang membantu penyelidikan kejahatan dunia maya. NYPD menjalankan suatu sistem Real Time Crime Center, yang pada dasarnya merupakan sebuah sistem mesin pencari dan gudang data yang sangat besar yang difungsikan oleh para detektif polisi untuk membantu petugas lapangan dalam penyelidikannya.[12] Domain Awareness System, proyek kerja sama Microsoft dan NYPD, menghubungkan 6,000 CCTV, pembaca pelat nomor, dan perangkat pengawasan lainnya menjadi sebuah sistem yang terintegrasi.[13] Karena lokasinya yang terkenal berada di kota terbesar dan pusat media di Amerika Serikat, versi fiksi dari NYPD dan para polisinya sering digambarkan dalam novel, radio, televisi, film, dan video game. Akademi Militer Amerika Serikat (bahasa Inggris: The United States Military Academy), terkenal sebagai West Point atau USMA, adalah akademi militer tertua di Amerika Serikat, yang dalam masa yang singkat pernah dipimpin oleh Benedict Arnold V. Akademi ini terletak di kota West Point, Orange County di barat Sungai Hudson, sekitar 35 km di utara New York. Mencakup tanah seluas 16.000 hektare (65 km²), institusi yang didirikan pada tahun 1802 ini merupakan kampus sekolah terluas di dunia. Di sana telah banyak melahirkan perwira-perwira AS. Anda mungkin berpikir Anda sudah memenuhi semua persyaratan untuk masuk ke universitas-universitas paling terkenal di Amerika. Tetapi kita tidak bicara tentang Ivy League. Mungkin lebih mudah masuk ke Universitas Cornell, Universitas Brown atau Darmouth College dibanding akademi-akademi militer Amerika. Akademi militer di AS masuk dalam segelintir sekolah yang sangat kompetitif. Biaya yang harus dikeluarkan untuk seorang siswa di Akademi Militer West Point sekitar $56 ribu atau sekitar 813 juta rupiah Akademi-akademi militer tidak saja gratis, tetapi mereka bahkan membayar siswa untuk bersekolah di tempat itu. Akademi militer tersebut adalah universitas yang didanai oleh anggaran federal, yang melatih siswa untuk menjadi perwira di Angkatan Bersenjata Amerika. Setelah lulus, siswa Amerika harus berdinas selama lima tahun di angkatan terkait. Sementara siswa asing kembali ke tanah air mereka untuk mengabdi. “Kami melatih siswa untuk kehidupan militer dan mendidik mereka, tetapi kemudian mereka pulang ke tanah airnya dan mengabdi di sana untuk waktu tertentu,” ujar Brent Matthews, pembantu dekan urusan siswa internasional. Setiap tahun Akademi Militer di West Point di New York, Akademi Angkatan Laut AS (USNA) di Annapolis, Maryland, Akademi Angkatan Udara (USAFA) di Colorado Springs, Colorado; Akademi Penjaga Pantai (USCGA) di New London, Connecticut; dan US Merchant Marine Academy (USMMA) di Kings Point, New York – menerima siswa dari luar Amerika. Anda mungkin berpikir Anda sudah memenuhi semua persyaratan untuk masuk ke universitas-universitas paling terkenal di Amerika. Tetapi kita tidak bicara tentang Ivy League. Mungkin lebih mudah masuk ke Universitas Cornell, Universitas Brown atau Darmouth College dibanding akademi-akademi militer Amerika. Akademi militer di AS masuk dalam segelintir sekolah yang sangat kompetitif. Biaya yang harus dikeluarkan untuk seorang siswa di Akademi Militer West Point sekitar $56 ribu atau sekitar 813 juta rupiah Akademi-akademi militer tidak saja gratis, tetapi mereka bahkan membayar siswa untuk bersekolah di tempat itu. Akademi militer tersebut adalah universitas yang didanai oleh anggaran federal, yang melatih siswa untuk menjadi perwira di Angkatan Bersenjata Amerika. Setelah lulus, siswa Amerika harus berdinas selama lima tahun di angkatan terkait. Sementara siswa asing kembali ke tanah air mereka untuk mengabdi. “Kami melatih siswa untuk kehidupan militer dan mendidik mereka, tetapi kemudian mereka pulang ke tanah airnya dan mengabdi di sana untuk waktu tertentu,” ujar Brent Matthews, pembantu dekan urusan siswa internasional. Setiap tahun Akademi Militer di West Point di New York, Akademi Angkatan Laut AS (USNA) di Annapolis, Maryland, Akademi Angkatan Udara (USAFA) di Colorado Springs, Colorado; Akademi Penjaga Pantai (USCGA) di New London, Connecticut; dan US Merchant Marine Academy (USMMA) di Kings Point, New York – menerima siswa dari luar Amerika.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD