ADEGAN menegangkan seperti di film-film aksi yang biasa ditonton oleh Dad sewaktu usiaku belum sebesar ini pada akhirnya tidak terjadi. Seorang penyusup yang mengendap-ngendap di balik dinding, berusaha menemukan jalan keluar kemudian tertangkap oleh pihak musuh versi diriku akhirnya berhasil digagalkan oleh munculnya Louis di waktu yang tepat.
Tiba-tiba saja tubuh pria itu menopang tubuhku yang hampir limbung karena hilang keseimbangan sewaktu mengintip ke dalam. Membuatku memiliki alasan lain untuk menghindari pertanyaan yang mungkin saja akan datang bertubi-tubi dari Dr. Lili.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Louis memastikan.
Namun aku tidak langsung melepaskan kedua tangan Louis yang masih memegangi lenganku tadi. Karena tak berselang lama, atau bisa dikatakan hanya beberapa detik saja, wanita paruh baya yang selama ini menemaniku selama sesi konseling dilakukan, mendadak muncul dari balik pintu dengan ekspresi cemas sekaligus penasaran. "Astaga!" Ia kemudian berlari menghampiriku dengan panik. Suara dan gesturnya yang khawatir tampil sangat jelas. "Kau tidak apa-apa, Ivana?"
Aku pun memaksakan tawaku. Tawa canggung yang dibuat-buat. "Aha, ya, tentu saja. Aku hanya tidak melihat jalanan di depanku dan hampir jatuh." Kubiarkan pandanganku beralih kepada Louis yang mulai menurunkan kedua tangannya dariku. Ekspresi cemas itu berangsur menghilang dari wajahnya. "Untung saja ada Louis. Dia datang seperti pahlawan omong-omong."
"Apa kau datang untuk melakukan sesi terapimu, Ivana?"
Dan akupun mengangguk. Setidaknya arah pembicaraan di antara kami sudah berubah. Kemudian aku berjinjit, sedikit kakiku, berpura-pura mengintip ke dalam ruangan yang juga terhalang oleh tirai berwarna putih, sebelum kemudian membenarkan posisi berdiri dan kembali menatap Dr. Lili. "Tapi sepertinya ada seseorang di dalam."
"Tidak. Tidak ada siapa-siapa di dalam," kata Dr. Lili.
Yang sontak saja membuatku terkejut. Aku mengatup bibirku, melihat Louis meminta penjelasan, tetapi aku lupa bahwa aku tak bisa menanyakan hal tersebut kepadanya. Sehingga satu-satunya jalan yang kulakukan adalah dengan menutup mulutku rapat-rapat sembari memperhatikan kedua orang di dekatku bergantian.
"Apa kau mendengar atau melihat sesuatu lagi, Ivana?"
Pertanyaan itu terdengar seperti jebakan di telingaku. Aku seperti pernah mengalami rentetan adegan ini. Dejavu, mungkin saja. Namun kali ini, aku tak akan terjebak lagi. Catatan medis yang disebut-sebut Dante tidak meyakinkan, membuatku jadi ragu untuk berbicara terus terang kepada satu, atau dua dari orang di hadapanku. Sehingga memilih jalan aman adalah opsi yang terbaik untukku.
"Tidak. Hanya perasaanku saja," kataku berbohong.
Meski aku sangat yakin mendengar semuanya. Ada seseorang di dalam sana. Duduk membelakangi jendela, tempat dimana aku dapat berdiri dan melihat wajahnya. Ia menggunakan jaket kulit yang tipis. Tubuhnya kurus, kemungkinan besar seorang perempuan. Suaranya juga samar dan teredam oleh sesuatu. Apakah dia menggunakan masker mulut?
"Sayangnya, perasaanmu salah kali ini." Dr. Lili mendekat dan merangkul kedua pundakku, lalu mendekapnya. Senyum terlukis di bibirnya yang dipoles lipstik berwarna merah terang. Sedikit mencolok, tapi aku tahu wanita itu memiliki lipstik dengan warna lain yang lebih mentereng. "Kau bisa langsung masuk karena ruanganku sedang kosong."
"Baiklah."
"Sampai bertemu nanti, Ivana," kata Louis, saat aku masuk ke dalam ruangan.
Aku tak sempat membalas kata-katanya. Lagipula, pria dengan parfumnya yang masih sama, khas buah-buahan segar dan kayu yang basah, terlihat sudah meninggalkan koridor di ruangan ini. Ia sepertinya kembali untuk memeriksa Nyonya Jill. Atau untuk melakukan hal penting lainnya, entahlah, aku tak tahu.
"Jadi, bagaimana dengan harimu, Ivana?"
Dr. Lili memulai sesi terapi dengan hal-hal umum yang membuatku merasa biasa saja. Beberapa pertanyaan seputar kesehatan, keseharian, kenangan dan trauma diangkat dalam pertemuan kali ini. Namun aku memang merasa lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya. Lagipula dalam sesi terapi kali ini, Dr. Lili tak banyak mengungkit hal menyedihkan yang terjadi di masa lalu. Ia tak banyak mengulas memori-memori menyakitkan. Membuat suasana terapi menjadi lebih santai kali ini. Mungkin ia sedang tidak ingin membuatku merasa berat atau sebaliknya, mungkin Dr. Lili sedang mengalami sesuatu yang sulit. Ia harus memastikan bahwa penyakitku tidak membaik misalnya.
Semoga saja semua yang kudengar memang salah. Maksudku, semoga saja Dr. Lili tidak berada di pihak manapun dan tetap pada jalan netral untuk membantu orang-orang sepertiku. Bukankah memang sudah kewajiban seorang psikiater untuk membantu kami, orang-orang dengan masalah mental ini, untuk kembali sembuh dan memiliki kehidupan yang lebih baik?
"Kau melewati sesi terapi dan konsultasimu dengan sangat baik," ucap Dr. Lili memuji. Ia bahkan tak berhenti menurunkan senyum dari kedua sudut bibirnya yang tampak dihiasi sedikit keriput dan memandangku dengan ekspresi bangga. Bukankah aku terlihat seperti anak baik yang sedang dipuji oleh ibunya sekarang? "Kita akan bertemu dua pekan lagi."
Namun sebelum aku beranjak, aku memilih untuk diam sejenak dan menggumam. "Dr. Lily, bisakah aku menanyaimu sesuatu?"
Dan tanpa ragu wanita itu mengangguk mengiyakan. "Ada apa, Ivana?"
"Menurutmu, kenapa aku bisa mengalami depresi?"
Ada jeda di sana. Dr. Lily tampak diam dan berpikir. Namun urat-urat di wajahnya tak banyak menunjukkan pergerakan. Ia berusaha bersikap setenang dan sedatar mungkin. Atau dengan kata lain, wanita ini sedang menjalankan kewajibannya untuk tidak menunjukkan simpati yang terlalu dalam kepada pasiennya. Kemudian ia mengakhiri jedanya dengan berkata, "Kau mengalami masa-masa sulit dalam hidupmu. Dan tidak mudah bagi sebagian orang untuk menerima hal sulit dalam hidup mereka. Kesabaran dan kekuatan mental setiap orang akan berbeda-beda, kita tidak bisa menyamaratakan perasaan semua orang dengan sudut pandang kita, Ivana."
"Apa menurutmu ... aku memiliki mental yang lemah?"
"Mentalmu tidak lemah, masalahmu saja yang terlalu berat untuk kau pikul sendiri," tukas Dr. Lili tanpa keraguan sedikitpun. Ia kembali tersenyum setelah sebelumnya kedua sudut bibirnya menurun tadi. Meninggalkan jejak sendu dan iba yang berusaha ditutupinya dengan sangat keras. "Lagipula, faktor lain seperti lingkungan, orang-orang terdekat dan hal lainnya, bisa memperparah kondisimu. Inilah sebabnya kita harus mencari kebahagiaan kita sendiri tanpa memikirkan orang lain. Orang lain tak sepenuhnya peduli pada masalah yang sedang kau hadapi dan sebagian hanya penasaran saja."
Dia benar. Semua yang dikatakannya memang benar. Namun kenapa kau membicarakanku dengan seseorang, Dr. Lili? Aku sangat mempercayaimu, bisakah kau tetap berada di pihak yang netral seperti ini? Bisakah kau tak memihak Ethan?
"Bicaramu sangat bijak. Senang mendengar hal baik itu darimu, Dokter."
Dr. Lili mengulurkan tangannya, menyentuh punggung tanganku yang sejak tadi kusembunyikan di atas paha dan membawanya ke atas meja. Ia menepuk-nepuknya perlahan dan berkata, "Kau tidak sendirian di dunia ini. Akan selalu ada, ya, kurasa setidaknya seseorang, yang bersedia mendengarkan setiap masalahmu dan tidak bosan untuk mendengarkannya lagi dan lagi. Akan selalu ada seseorang yang membuatmu merasa lebih baik dari hari kemarin dan kau hanya perlu menemukannya."
***
Misteri Time.
Hallo, fellas.
Hari ini aku mau kasih sedikit info tentang beberapa makhluk mitologi yang cukup terkenal untuk menghibur kamu semua ya.
Burung raksasa pemangsa dengan kekuatan menakutkan hingga makhluk berbadan manusia tanpa kepala yang memiliki mata di dadanya. Berikut 6 legenda tentang makhluk mitologi mengerikan dari zaman kuno, seperti dilansir dari History:
1. Kraken
Makhluk raksasa berbentuk gurita atau cumi-cumi ini banyak diceritakan oleh para pelaut zaman kuno. Makhluk mitologi itu disebut Kraken. Kraken pertama kali diceritakan poelh nelayan lepas pantai Norwegia dan Greeland.
Salah satu catatan abad ke-18 oleh Uskup Erik Pontoppidan menggambarkannya sebagai binatang seperti cumi-cumi yang begitu besar, sehingga ketika ada bagian tubuhnya yang keluar dari air, itu menyerupai pulau terapung. Kraken diduga menggunakan banyak tentakelnya untuk menjerat tiang kapal dan menyeretnya ke kedalaman es, tetapi ia juga bisa menciptakan pusaran air yang mematikan hanya dengan menenggelamkan dirinya di bawah air.
Dongeng tentang kemarahan kraken mungkin bisa dibumbui, tapi dikatakan bahwa makhluk itu sendiri tidak sepenuhnya khayalan.
2. Griffin
Griffin dikatakan memiliki tubuh dan kaki belakang singa serta sayap, paruh, dan cakar elang. Kisah tentang makhluk raksasa terbang diperkirakan besar berasal dari Timur Tengah, tetapi kemudian menjadi populer dalam literatur Yunani kuno. Legenda griffin kemudian diambil pada abad ke-14 dari sebuah perjalanan yang dibuat oleh Sir John Mandeville yang sebagian besar fiksi. Mandeville menggambarkan makhluk itu "lebih kuat dari delapan singa" dan "seratus elang."
Griffins disebut-sebut memiliki kecerdasan dan dia merupakan makhluk monogami. Hewan-hewan itu mencabik daging dengan cakar mereka yang tajam, dan mereka juga dikenal sering menerbangkan korbannya ke tempat yang sangat tinggi sebelum menjatuhkannya hingga mati. Menurut peneliti Adrienne Mayor, legenda griffin bisa jadi terinspirasi oleh pertemuan awal dengan fosil dinosaurus. Pengembara Scythian di Asia Tengah mungkin telah menemukan tulang protoceratop dan mengira mereka makhluk mirip burung. Sehingga, menghasilkan mitos binatang terbang yang menakutkan.
3. Manticore
Salah satu makhluk mitologi yang paling mengerikan, manticore. Ia disebut-sebut memiliki wujud dengan kepala pria bermata biru, tubuh cokelat kemerahan, dan ekor kalajengking yang menyengat. Ia adalah makhluk berkaki empat yang haus darah. Cerita makhluk mitologi hibrida yang mematikan ini pertama kali dimulai oleh penulis Yunani, di antaranya Ctesias, yang mencatatnya dalam sebuah buku tentang India.
Ctesias dan yang lainnya menggambarkan manticore memiliki 3 baris gigi seperti hiu dan teriakan merdu yang terdengar seperti terompet. Yang paling menakutkan dari semuanya adalah ia memiliki nafsu makan yang tak terpuaskan akan daging manusia. Setelah menggunakan kecepatan untuk mengejar mangsanya, binatang itu dikatakan akan menebas mereka dengan cakarnya atau menusuk mereka dengan ekornya sebelum melahap tulang dan semuanya, menurut cerita Ctesias.
4. Basilisk
Kisah basilisk yang menakutkan berasal dari penulis Romawi abad I, Pliny the Elder, "Natural History". Pliny menggambarkan basilisk sebagai hewan mirip ular dengan tanda di kepalanya yang menyerupai mahkota. Basilisk dikatakan memiliki gigitan mematikan dan nafas berbisa, tetapi juga bisa membunuh seseorang hanya dengan melihatnya.
Calon pemburu basilisk membalas tatapan maut ini dengan membawa cermin dengan harapan makhluk itu akan bertemu dengan pandangannya sendiri dan mati. Namun, mereka juga meminta bantuan musang, yang diyakini kebal terhadap racunnya. Basilisk diduga berasal dari Afrika Utara, tetapi kisah pertemuan orang Eropa dengannya ditemukan sepanjang Abad Pertengahan. Satu catatan yang sangat meragukan pada 1587 di Polandia menggambarkan bagaimana seorang pria yang mengenakan setelan kulit tertutup cermin berburu dan menangkap basilisk setelah membunuh dua gadis kecil dan seorang pengasuh.
5. Blemmyae
Bersama dengan legenda monster dan makhluk laut yang aneh, para penjelajah kuno pada abad pertengahan sering kembali ke Eropa dengan cerita tentang apa yang disebut "manusia liar" yang hidup di wilayah Asia dan Afrika yang belum dipetakan. Salah satu kelompok yang paling tidak biasa adalah Blemmyae, ras primitif berbulu yang tidak memiliki kepala, tetapi memiliki wajah yang terletak di tubuh bagian atas mereka
Suku ini pertama kali muncul dalam "The Histories" karya Herodotus, di mana mereka dideskripsikan sebagai spesies "pria tanpa kepala" dari Afrika Utara "yang memiliki mata di dada". Referensi tentang Blemmyae atau makhluk seperti mereka kemudian muncul dalam tulisan Pliny the Elder, menurut laporan Sir Walter Raleigh dan bahkan dalam "Othello" karya Shakespeare. Penampilan eksotis mereka menjadi objek daya tarik dan jijik bagi orang Eropa, dan mereka menjadi motif umum dalam cerita rakyat dan seni di era pra-Pencerahan. Selain "orang liar", ada bangsa manusia lainnya yang diceritakan dalam legenda sebagai makhluk aneh atau mengerikan. Sciopodes, digambarkan sebagai manusia yang memiliki satu kaki yang begitu besar, sehingga bisa berfungsi ganda sebagai pelindung matahari. Anthropophagi, manusia kanibal. Ada juga, Cynocephali, makhluk dengan tubuh manusia dan kepala anjing.
6. Roc
Cerita mitologis populer di kalangan penjelajah kuno dan pedagang, menceritakan bahwa ada makhluk yang disebut roc. Ia adalah burung pemangsa raksasa yang dikabarkan sangat kuat, sehingga bisa merebut gajah dari tanah. Kisah unggas raksasa berasal dari dongeng dan mitologi Arab sebelum menyebar ke Barat, menurut para penjelajah seperti Marco Polo, yang mencatat bahwa metode berburu yang disukai roc adalah menjatuhkan korbannya dari ketinggian yang mematikan dan kemudian “memangsa bangkainya”.
Pengembara Maroko, Ibn Batutta, kemudian menulis bahwa dia pernah bingung ada gunung melayang, yang kemudian itu dikatakan adalah roc. Di memiliki ukuran besar layaknya gunung. Legenda lain menyatakan bahwa lebar sayapnya, biasanya digambarkan sekitar 50 kaki (15,24 meter). Begitu besar sehingga bisa menutupi matahari. Para peneliti sejak itu menyarankan bahwa legenda roc mungkin sebagian terinspirasi oleh penampakan yang disebut "burung gajah", spesies yang sangat besar
Hayoh, dari beberapa makhluk mitologi di atas, mana nih yang menurutmu bisa saja nyata di dunia atau mana yang benar-benar hanya fantasi dan khayalan saja?
Jangan lupa tap love ceritaku ini ya teman-teman.
Terima kasih :))