FJ - 03

3422 Words
Selang air yang ditarik penuh emosi ke kanan dan kekiri, menandakan ada sebuah kegiatan dipagi hari yang akan membuat tagihan air bertambah. Bukan hanya menambah tagihan, nampaknya makanan didapur juga akan segera habis. Bagaimana tidak, seorang gadis yang mengumpat sambil menyirami sebuah mobil Jazz berwarna hitam keluaran paling terbaru itu mengeluarkan segenap tenaganya untuk bangun jam 3 pagi dan sekarang harus mencuci mobil kakaknya. Jangan tanya mengapa, ini disebabkan oleh kecerobohanya sendiri yang tidak mengambil kembalian ongkos taksi. Ghea mengumpat, ia berjanji akan memotong apapun yang tersisa dari sang supir taksi songong itu. Memotong apapun! Untung saja Dammi hanya menyuruhnya mencuci mobil, karena sebelum ini lebih parah. Pernah, Seluruh novel yang Ghea kumpulan semenjak SD diancam akan berujung diperapian, alias akan Dammi bakar sampai hangus. s***s, bukan? Jadi, daripada novel-novel berharganya menjadi abu, Ghea lebih memilih mengorbankan waktu tidurnya yang tak kalah berharga untuk mencuci mobil. Tidak tanggung-tanggung, mobil Dammi benar-benar kotor. Nampaknya kakaknya itu sengaja menjadikannya buruh cuci mobil. "Woy! Udah belum?" "Sabar, keledai! Gue kempesin juga ban-nya." "gue bakar juga novel-novel alay lo itu!" Ghea mengarahkan selang air itu pada Dammi sehingga sekarang kemeja putih dan celana jeans hitam Dammi basah kuyup. "wah, lu emang bener-bener minta di sate!" Ghea menendang ban mobil Dammi kemudian melenggang dengan santainya memasuki rumah. Ia menutup telinganya karena suara melengking milik Dammi sangat-sangat mengganggu. Ghea berpikir dalam hati, mengapa seorang Dammi, yang menurutnya i***t dan sangat alay, bisa jadi bintang dikampusnya? Karena menurut Ghea, Dammi tidak lebih dari titisan topeng monyet yang sangat menyebalkan. Lebih menyebalkan lagi karena si topeng monyet ini berstatus kakak kandungnya. "Kak, mau nebeng gue, gak?" Ghea memperhatikan Arianna yang tengah mengunyah sereal dengan kaki diangkat ke atas layaknya preman pasar yang sedang sarapan di warteg. "biar gue tebak, lo belum mandi?" "belum, lah. Masih jam setengah enem. Ngapain mandi cepet-cepet? Bikin gue lulus UN gak?" Ghea mengambil kotak makan yang sudah disiapkan mamanya kemudian memasukannya ke dalam tas. "kalau lo kaya gini terus, gimana mau masuk MIS?" Arianna mendengus. "kak Dammi aja sering telat tapi alumni MIS. Gue bisa kok masuk MIS." Ghea tidak menjawab ucapan adiknya yang pemalas itu. Ia lebih memilih berangkat kesekolah karena ia tidak mau mengulang keterlambatannya seperti kemarin. Hari ini ia meminta dijempul oleh Alen karena masih trauma jika harus naik taksi. Suara teriakan Dammi dari luar menandakan bahwa Alen sudah datang. Ghea langsung berlari menuju pintu dan mendapati kakaknya dan Alen sedang berbincang-bincang. Dengan santainya Dammi merangkul bahu Alen. Padahal Ghea yakin, saat ini Alen si gay pasti sangat gugup. "Lo racunin apaan sahabat gue?" "Woah...Santai!" Dammi menepuk-nepuk bahu Alen. "Cuma ngajakin nonton Bokep. Soalnya selama Alen sama lo sahabatan, gue gak pernah liat Alen bawa cewek." Itu karena Alen suka sama lo, i***t! Ghea menarik lengan Alen lalu menggiringnya menuju mobil Alen yang sudah terparkir rapi didepan rumahnya. "Alen! Inget, jam 3 ke rumah gue! Bokep menunggu!" Ghea menggeleng pada Alen. "jangan didengerin. Si Dammi emang gilak." Alen hanya mengangguk sambil menahan senyum. "Masih gugup kalau ketemu Dammi?" tanya Ghea setelah Alen melajukan mobilnya menuju sekolah. Alen tak menjawab dan Ghea tahu apa yang dirasakan sahabatnya itu. "Lo kayanya harus nyoba kencan sama cewek." "Gue baik-baik aja." "terserah." "iya..." Ghea tak berkomentar lagi. Suasana dimobil menjadi sangat hening dan itu berlanjut sampai mereka memasuki area sekolah. Ghea membuka pintu kemudian berterima kasih pada Alen. "Ghea!" "Hai, kak." Ghea tersenyum pada Reyhan yang sedang berlari kearahnya membawa sesuatu. "lo apain Jason kemaren?" tanya Reyhan tanpa ba-bi-bu. "lo cekek leher Jason?" Ghea berdehem. "Oh, itu..." Dari mana Kak Rey tahu?? "Ghea, parah banget. Gue tahu Jason selalu jailin lo, tapi jangan lo celakain juga." Ghea menggeleng. "enggak. Gue gak maksud nyelakain. Gue---" "entah lo udah frustasi di jalinin Jason, entah lo emang dendam kesumat sama dia. Intinya, ini surat tuntutan dari nyokapnya Jason." Reyhan memberikan sebuah amplop putih pada Ghea. "Jason masuk rumah sakit. Lo terancam di DO." "Huh?!" Kepala Ghea pusing. Ini pasti mimpi. Ia tidak akan dikeluarkan kan? Harusnya cowok nyebelin itu yang dikeluarkan! "Gue, ya ampun, kak. Masa gitu doang gue diancam DO? Sedangkan dia hampir jailin gue satu tahun penuh gak pernah ada peringatan. Gak adil." "Jason emang selalu jailin lo, tapi dia gak bikin lo celaka kan sejauh ini? Sedangkan, apa yang lo lakuin kemaren, itu udah masuk ke kategori pembunuhan." Ghea menggigit bibir bawahnya. "lo disuruh ke rumah sakit buat ketemu sama nyokapnya Jason. Dia pengen ketemu sama orang yang udah nyelakain anaknya." Ghea menatap Reyhan dengan melas. Sungguh ia tidak pernah berniat membunuh Jason kemarin. Ghea hanya ingin Jason kapok. Mengapa jadi panjang urusannya? "selain nyebelin, dia ternyata anak mami. Ngadu-ngadu!" umpat Ghea dengan kesal. "gue belum kasih surat ini ke kepsek. Mending lo temuin dulu nyokapnya Jason. Kali aja bisa diomongin dengan kepala dingin." "..." "Ghe, lo gak papa?" Alen menyentuh bahu Ghea, dan gadis itu hanya terdiam dengan wajah bingung bercampur takut. "kalau gue dikeluarin gimana, Len?" "Belum tentu. Lo jelasin aja sama nyokapnya Jason kalau selama ini anaknya itu jailin lo terus. Ngerti kok pasti." Ghea menggeleng. "gue takut." "Ghe, mau nemuin nyokap Jason atau suratnya langsung gue kasih kepsek?" Ghea menatap Reyhan dengan wajah sedih. "Gue, tapi, gue... bolos dong?" "gue ijinin. Anggap aja lo perwakilan MIS buat jenguk Jason. Murid-murid dan guru-guru belum tahu kok perihal kejadian kemaren." Ucap Reyhan. "yaudah. Gue coba mau jelasin ke nyokapnya dia." "gue temenin?" tawar Alen. "jangan, ini masalah gue. Gue harus bisa selesain sendiri. Titip catetan pelajaran ya, Len." (*) Tubuh Ghea terasa bergetar ketika ia berdiri mendekap sekeranjang buah didepan ruang rawat inap bernomor 261. Ia menghela nafas beberapa kali dan tidak bisa berpikir positif. Ghea bisa membayangkan bahwa nyokap Jason pasti tipe yang posesif dan galak sehingga tidak rela jika anak laki-lakinya dilukai sedikit saja. Sedikit? Ghea memikirkan kembali apa luka Jason sedikit atau tidak. Karena kemarin, ia benar-benar mencekik Jason seperti orang kesetanan. Bagaimana kalau cowok tengil itu geger otak? Tapi Ghea langsung menggelengkan kepalanya. Ia masih ingat persis bahwa ia mencekik leher, bukan otak Jason. Ghea mengambil nafas sekali lagi kemudian mencoba membuka pintu rawat inap itu dengan perlahan dan tenang. "Ma, ganti chanel-nya! Spongebob, ma!" "Diem, ah. Orang lagi nonton gossip." "Ma! Pe'a banget ih gak mau ngalah sama anak sendiri." "diem lu! Ini Ayu ting-ting ama Raffi lagi hot beritanya." Ghea terdiam ditempatnya ketika melihat pemandangan ruang rawat inap yang lebih pantas disebut gudang. Box pizza dan kaleng minumam soda berserakan dimana-mana, serta kolor dan boxer yang diumpuk didekat jendela. Yakin, diruangan ini dirawat orang sakit? Ghea memperhatikan Jason yang duduk ditempat tidur mengenakan baju khusus pasien sambil memakan roti dan beberapa kotak s**u mengelilingi area kasurnya. Dilengan kirinya terdapat selang infus tetapi wajahnya tidak seperti orang sakit. Disebelahnya, dikursi pendek, duduk seorang wanita yang tidak bisa dibilang muda dan tidak bisa juga dibilang tua, tengah sibuk dengan pop corn sambil terfokus pada TV LCD yang dipasang ditembok. "Tuh kan! Mama sih yakin si Ting-ting emang Cuma nyari sensasi doang!" "bodo teuing!! Aing hayang Spongebob!!" Wanita itu menepuk kepala Jason dengan remot. "kamu tuh blasteran Thailand-Inggris, bukan sunda!" "Main pen rai krap (*Udahlah, bodo amat*)" ucap Jason sambil memimun s**u kotaknya. "makan tuh bahasa t*i, eh Thai." "khun ba mak! (*dasar gila lu!*)" balas sang mama tak mau kalah. "Permisi..." Ghea mengetuk pintu yang sebenarnya sudah ia buka. Ibu dan anak yang tengah berdebat menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh Ghea itu akhirnya melirik padanya dengan wajah bingung. Tetapi tak lama kemudian mamanya Jason berteriak heboh dan langsung berlari menghampiri Ghea. "ah! Ini si Bi-Bi, itu bukan, Jason?!!" Sejak kapan nama gue jadi bibi? Tanya Ghea dalam hati. "Ayo-ayo, masuk. Anggep aja rumah sakit sendiri." Ghea tersenyum kikuk. "ma-makasih." Kaya banget ya gue sampe punya rumah sakit. Ghea duduk disofa pojok ruangan kemudian memberikan keranjang buah yang ia bawa pada Mamanya Jason. "sedikit, tante." "ah.. pake repot-repot segala sama calon mertua." Calon mertua siapa? Ghea mengerutkan dahinya kemudian berdehem. "Tante, maaf... saya gak sengaja bikin anak tante jadi," "Panggil aja tante Ines." Ghea hanya tersenyum kecil. "Malah, tante bersyukur kamu cekik si Jason! Kenapa gak sekalin di innalilahi 'in aja? lebih bagus." Jason melemparkan bekas s**u kotaknya pada sang Mama. "parah. Anaknya di do'ain mati." "siapa ya? Apa kita kenal?" "wah... songong lu, Nes!" Ghea merasa bingung pada ke-akraban tidak biasa antara ibu dan anak dihadapannya ini. Ia jadi meragukan tentang surat gugatan dari mama Jason. Karena tante Ines tidak terlihat seperti orang yang suka mengancam. Jangan-Jangan... "Tante, maaf, soal surat," "oh..." Ines menepuk bahu Ghea. "kerjaan si Jason. Dia pengen kamu nemenin dia dirumah sakit. Tapi kata dia, pasti kamu bakal nolak. Jadi tante bikin surat-surat ancaman gitu. Eh, iya kamu beneran dateng." Sudah Ghea duga... Ghea langsung melirik Jason dengan tajam seolah berkata, "harusnya kemaren gue putusin aja leher lu! Biar ko'it sekalian!" "Ma, liat, ma! Si Bi ngeliatin Jason dengan penuh cinta. Sampe gak ngedip gitu. Liat, deh." Ghea meremas ujung seragamnya menahan kesal. Cowok tengil itu benar-benar! "Bi ini cantik banget ya. Jason gak salah pilih. Gini dong, J. Kalau nyari cewek tuh kaya Bi-Bi. Cantik terus sopan. Jangan kaya kemaren-kemaren. Cewek-cewek aneh pada dateng ke rumah terus minta dinikahin kamu. Boro-boro nafkahin anak orang, cupang kamu aja masih mama yang kasih makan." "iya, ini yang terakhir, Ma. Si Bi bakal jadi ibu untuk anak-anak Jason kelak." Jason terkekeh pelan tanpa dosa. Ghea mendoakan Jason supaya otak cowok itu tidak makin parah gilanya. Dasar playboy recehan! "Bi, di makan ya buahnya?" "panggil Ghea aja, Tante." Ghea mencoba tersenyum pada Ines yang mengangguk-anggukan kepalanya. "Jason mau gak?" tanya Ines sambil membuka plastik penutup di keranjang. "mau mangga apa jeruk, J?" "mau mangga disuapin Ghea." Ghea melirik Jason tidak suka. Apa-apan? Emangnya gue baby sitter? "Nah, sayang. Suapin Jason-nya ya. Tante mau lanjut nonton gosip." "eh," Ghea menggaruk kepalanya. Ia melirik pelan pada Jason dan langsung melihat senyum kemenangan dari bibir Jason. Sial! Ghea membawa buah mangga yang sudah dikupas Ines menuju tempat tidur Jason. Cowok itu terus memamerkan senyum idiotnya dengan penuh rasa tidak tahu malu sama sekali. "Aaaa..." Jason membuka mulutnya lebar-lebar. Dengan penuh kekesalan, Ghea memasukan buah mangga dengan ukuran yang cukup besar pada mulut Jason. Bukannya tersedak, Jason malah tertawa girang. "lagi, Bi." "makan sendiri kenapa, sih!" Jason melipatkan kedua tangannya didepan d**a kemudian mendekatkan wajahnya pada Ghea yang tengah berdiri kesal disebelah ranjangnya. "Bi, lupa ya? Surat dari nyokap gue bisa jadi beneran lho. Lo bisa di DO." Ghea meremas buah mangga itu kemudian memasukannya ke mulut Jason dengan emosi. "makan nih sampe muntah!" sindirnya dengan ketus. "seriusan, Bi." Jason tertawa. "kalau lo gak mau di DO, lo harus mempertanggung jawabkan perbuatan percobaan pembunuhan terhadap gue." "dramatis, lo. Gue gak ngelakuin hal yang lo tuduhin barusan!" "gue gak nuduh. Gue ada bukti, Bi. CCTV." Ghea langsung terdiam dan mencoba tidak terpancing omongan Jason. "terserah lo. Gue gak salah. Kemaren gue gak sengaja." "tapi gue sengaja bikin surat itu. Bayangin kalau surat itu sampe ke tangan kepsek." Ghea mengambil nafas dengan pelan. "mau lo apa? Permintaan maaf? Oke, gue minta maaf." "permintaan maaf diterima." "udah 'kan? beres." Ucap Ghea dengan malas. "belum, lah." Jason menggeleng. "leher gue hampir putus dan sampe sekarang masih sakit. Gue juga harus masuk rumah sakit, nih." "lo mau apa lagi? biaya? Sebutin." "uwooh...sabar," Jason mengambil satu kotak s**u kemudian meminumnya. "biaya gak penting. Duit gue masih banyak. Kemaren cupang gue menang balapan." Ghea memutar kedua bola matanya ke atas. "jangan bertele-tele, lo mau apa? Mau bales nyekek gue?" "enggaklah. Gue gak suka maen k*******n sama cewek. Cupu." Lo emang cupu! Sindir Ghea dalam hati. "Apa?sebut!" Jason melemparkan kembali kotak kosong s**u pada mamanya. "Woy, Ma! mau nemuin nenek di Bangkok berapa lama?" "seminggu. Bisa lebih bisa kurang. Kenapa?" "Bi acah sama mang Oman suruh liburan aja, Ma. Jason punya pengganti mereka." "maksudnya?" Jason melirik Ghea sambil menyeringai. "selama mama pergi dan Bi acah sama mang Oman liburan, Ghea yang bakalan bikinin Jason bekal, plus jemput Jason ke sekolah." "apa?!!!" "gak usah excited gitu, Bi. Sama-sama. gue seneng kalau lo seneng." Ghea menaruh piring berisi buah mangga itu diatas ranjang Jason dengan cukup keras. "apa-apaan lo? Gue gak mau!" "oh... gak mau." Jason mengangguk pelan. "Ma, bilang Rey kalau Jason setuju jelasin peristiwa kemaren sama kepsek ya." Ghea membekap mulut Jason dengan wajah panik. "oke! Oke gue mau. Tapi Cuma bikinin lo bekal dan jemput." Jason menurunkan lengan mungil Ghea kemudian ia taruh diatas kepalanya. "of course." "Gilak!" Ghea langsung menarik lengannya dan kembali menyuapi Jason dengan penuh kekesalan. Tuhan, kenapa kau tidak jauhkan saja hamba dari cowok nyebelin ini?!!!! (*) "Bi, rumah lo ke beli!" pekik Jason dengan girang. "lo gak ada bakat main monopoli ya?" "bakat gue poligami." Jason tertawa kencang mendengar jawaban jutek dari Ghea. "ngapain lo ketawa? Lo pikir, keren?" "iya. Gue ganteng. Kenapa?" Ghea memilih menahan amarahnya dan sabar daripada harus berdebat dengan Jason. "ganteng kok alay. Korban bully, apa gimana?" Jason melirik Ghea dengan tatapan 'menyebalkan'-nya. "Bi, barusan lo... ngakuin kalau gue ganteng." "i'm out!" Ghea mengangkat kedua tangannya ke udara lalu melemparkan kartu-kartu s****n yang harus ia mainkan kurang lebih dua jam lamanya bersama cowok nyebelin sepanjang masa. "Jason, Bro!!!" Teriakan cempreng dari pintu membuat Ghea mengalihkan pandangannya. Saat itu juga Ghea merasa kalau hidupnya memang s**l. Satu cowok menyebalkan seperti Jason saja membuat ia pusing, sekarang bertambah lagi dengan tiga cowok berandalan yang memakai seragam khas anak SMA Garuda. "Remond, Bro!!" jason merentangkan kedua tangannya seolah-olah ia dan Remond sudah lama tidak berjumpa. "gimana keadaan lo, J?" Zaky menepuk bahu Jason dengan pelan. Jason hanya menunjuk lehernya yang masih sedikit ngilu. "Eh, si penyebab My Bro Jason tertidur lemah diranjang rumah sakit ternyata disini? Hai, Ghea. Apa kabar, cantik?" Ghea tersenyum datar pada sapaan Remond. "gue Cuma nemenin sebentar. Soalnya tante Ines beli makan. Gue baik." "gue juga baik." Remond terkekeh. "Eh, udah kenal sama tante Ines? Aduh.. sejak kapan seorang Jason ngenalin cewek ke mamanya? wajib belah duren gak? Tapi gue gak bawa k*ndom." "b**o!" Aris menepuk kepala Remond. "sorry. Jangan didengerin ucapan si Rem-bemo. Agak gila." Ghea mengangguk pelan. Diantara ketiga teman Jason, nampaknya Aris yang sedikit lebih benar. Meski begitu, Ghea tetap tidak suka. Ia lebih tidak suka karena sekarang harus bertemu lagi dengan mereka semua. Ghea masih kesal karena pertemuan pertama mereka kurang menyenangkan. Di permalukan ikan cupang, ingat? "leher lo gak perlu di amputasi 'kan?" tanya Aris. Jason langsung menepuk-nepuk dadanya seolah-olah ia adalah cowok tahan banting. "gue kuat. Begini doang cetek." "masa ah? Kemaren siapa yang nangis-nangis pas tahu harus dirawat di RS?" Ledek Zaky. "macem artis ** yang lagi nge-hits aja, lo. Bedanya, dia nangis-nangis di youtube karena putus sama pacarnya. Kalau lo, nangis-nangis ditelepon karena leher lo hampir putus." "mental lu cap k****g sih!" ledek Remond. Jason hanya pura-pura mengangkat bahu tidak peduli. "eh, Ghea? Suka main kasar ya? Saking sayang-nya ke Jason sampe cekek-cekek gitu ya?" Remond langsung duduk disebelah Ghea walaupun gadis itu terlihat risih. "anak orang jangan dibikit takut, ngapa!" Zaky memperingati. "nanya ini nanya. Nakutin dari mananya?" "dia risih gitu, Mon." Aris menambahkan. "kenapa sih selalu Remond yang salah? Remond selalu di hina-hina. Sakit hati ini." "K*ntol!!" Zaky dan Aris langsung menoyor kepala Remond sehingga tubuhnya tidak sengaja hampir mendorong Ghea jatuh dari sofa. "Mon! Jangan main-main!" ucap Jason. Ghea melirik lengan yang menahannya agar tidak jatuh ke lantai. Ia langsung menyentuh lengan itu karena dari infusannya keluar darah. "lo bedarah!" Jason terkekeh. "oh, gak papa sih. Stok darah gue masih banyak." "stok rasa malu lo banyak juga gak? Kita bertiga serasa jadi obat nyamuk yang lagi ngeliatin kalian asyik pegang-pegangan tangan." Mendengar sindiran halus Remond, Ghea langsung menepis lengan Jason lalu bangkit berdiri. "dasar modus! Pegang-pegang gue!" bentaknya. "gitu tuh kalau salah tingkah. Gak papa, gak papa." Jason kembali naik ke ranjangnya kemudian menepuk-nepuk tangannya seperti sedang memanggil bebek. Melihat hal itu, Zaky langsung tertawa. "couple macem apa kalian ini?" tanyanya. "siapa yang lo maksud couple?!" Ghea bertanya dengan kilat marah. Zaky menggeleng pelan kemudian menunjuk Remond. "dia yang ngomong nih, dia! Beneran!" "sok we aing salah keun. Aing we aing!" Zaky tertawa. "kan Remond selalu salah, Zaky selalu ganteng." "aing mah apa atuh!" Remond berlari ke arah toilet dengan langkah manja. "inget, ya. Dunia itu berputar. Aku benci kamu, tapi kamu adalah patah hati terbaikku, Zaky. Hiks..." Remond mempraktekan adegan plus qoutes yang sedang heboh disosial media. Zaky berlari menghampiri Remond kemudian memeluknya dari belakang. "maafkan aku...." Ghea mencoba mencerna perbuatan yang menurutnya membuang-buang waktu. Benar-benar tidak pernah terpikir ada sekumpulan manusia seperti ini. Se alay-alaynya, Dammi, kakaknya itu tidak pernah bertingkah seperti Remond dan Zaky. "Heh, gay! Cari tempat sana!" jason melemparkan remot TV ke arah dua sobatnya yang malah dengan sengaja berpelukan mesra. Soal ucapan Jason yang memanggil Remond dan Zaky gay, itu hanya bercandaan. Mereka semua kekar. Apanya? Ghea melirik darah yang tidak berhenti keluar dari lengan Jason. Ia pura-pura melangkah dengan pelan kemudian membuka pintu. Ia hendak berjalan mencari suster. "sus, pasien ruangan 261 infusannya berdarah. Banyak gerak soalnya temen-temennya ngajak bercanda." "oh, iya. Saya lihat dulu ya." "terima kasih, sus. Eh, bilang saja suster kebetulan cek-ya. Jangan bilang ada yang nyuruh." "baik." Ghea tersenyum pada suster kemudian melangkah menuju kantin rumah sakit terlebih dahulu sebelum kembali ke ruangan Jason. Ia membeli minuman dingin untuk sekedar menenangkan kepalanya yang pusing karena harus berhadapan dengan empat cowok kurang waras. Ghea membuka pelan pintu ruangan dan melihat tangan Jason yang sedang ditangani oleh suster. Ternyata diruangan ini juga sudah ada Denis dan Khairul. Ghea masih berdiri didepan pintu lalu dengan tidak sengaja melihat Jason yang tengah menatap ke arahnya dengan senyuman jahil sambil bergumam, "terima kasih." tanpa suara. Ghea memalingkan wajahnya pura-pura tidak lihat. "jangan GR, lo! Gue Cuma kasian sama tante Ines kalau sampe lengan anaknya infeksi terus diamputasi." Ucap Ghea dalam hatinya. Tapi sepertinya Jason mengerti tatapan judes Ghea, karena sekarang ia malah tertawa sehingga mampu membuat gadis itu benar-benar membencinya seratus persen! "J, ini rencana lo yang kemaren? Bikin Ghea takluk?" Denis berbisik pelan pada Jason yang mengangkat bahunya sambil terus tertawa. *** Ghea merebahkan tubuh lelahnya pada kasur empuk yang ia rindukan. Ia benar-benar membenci Jason karena sudah menahannya seharian dirumah sakit. Cowok itu nampaknya memang senang membuatnya susah. Ghea meraba-raba tas-nya untuk mengambil sebuah benda tipis yang terus bergetar. Ternyata itu pesan dari Alen yang memberi tahu bahwa hari ini sekolahnya pulang cepat karena ada rapat guru. Ghea menghela napas lega. Sepertinya Tuhan masih memberikannya berkah. "kak Ghea!!" Ghea langsung menutup telinganya dengan bantal. "kak Ghea!!" "Berisik!" "kak Ghea, ih! Buka dulu!" Ghea melemparkan bantalnya pada pintu. "pergi sono! Gue mau istirahat." "ih.. ini ada kiriman buat lo." "buang aja!" Arianna terdengar mengetuk pintu lagi. "kayanya penting. Disini tertulis : untuk Abighea, tolong dibaca. Karena ini daftar semua makanan yang harus lo masak. Gak ada nama pengirimnya tapi kayanya lo butuh ini." Ghea menggeram kemudian membuka pintu dengan kasar. "mana?!" Arianna memberikan amplop yang ia pegang pada Ghea. "lo ikutan master chef?" Ghea memasang wajah tidak mau diganggu sehingga Arianna langsung berlari meninggalkan kakaknya yang sepertinya sedang sindrom datang bulan. "lo pikir, gue bakal nurutin elu, cowok caper? Jangan harap!" tanpa membuka apa isi dari amplop itu, Ghea langsung meremasnya kemudian ia lempar ke tempat sampah. "andai orangnya sama gampang kaya kertasnya. Udah gue lempar ke tempat sampah, kali!" Ghea menepuk-nepuk kedua tangannya dan setelah itu langsung loncat ketempat tidur. Drrtt.... "apaan lagi sih?!!" Ghea mengambil ponselnya dengan kesal kemudian membaca satu chat yang baru saja masuk. Jason : udah dibaca? Jason : masak menu bekalnya sesuai nomor ya Bi. Itu ada 7 nomor. Jan salah Ghea mendengus dan tidak memperdulikan peringatan Jason. Jason : gue dpn rmh kepsek mau ngejelasin pristiwa kmren. Foto surat yg gue kasih ke lo skrg dan send ke gue. klo lo gk mu berakhir di DO ya :) "SIAAAAL!!" Ghea bangkit dari tempat tidurnya dan langsung mengacak-acak tempat sampah dikamarnya. "kenapa gue nurut sih?!" Ghea terus menggerutu tetapi tidak berhenti mencari kertas s****n yang tadi sudah ia remas. "gara-gara lo, gue jadi budaknya si cowok i***t!" Ghea memarahi kertas itu sambil memfotonya dengan kamera ponsel. Ghea mengirimkan foto kertas itu pada Jason dengan penuh amarah. Abighea : makan neh kertas!! Abighea : Lu pelototin dah sampe mata lu keluar bersyukur gua! Mati lu sekalian! Jason : my little Devil yang penurut. Coop! "Devil?" Ghea menggeram. "gue dipanggil Devil?!" Abighea : DEVIL TERIAK DEVIL. GAK MALU LO SETAAAAN?!! Jason : jan mrah2. Btw gue lg dirumh skit nonton upin ipin. Kesian deh gue boongin. Mampus lu bebyyyy Jason : eh typo. Maksudnya mampus lu Bi :v Abighea : MATI AJA LU SETAAAN Jason : 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD