FJ - 02

3809 Words
Ghea masih kesal. Ghea masih dendam dan sekarang ia makin dongkol karena ia telat bangun! Ghea memang tidur malam karena sibuk menangis sambil curhat pada mamanya bahwa ada cowok tengil yang sudah mempermainkannya kemarin. Ghea mengadu pada mamanya bahwa Jason membawanya bertemu dengan cowok-cowok berandal lalu ia dipermalukan didepan ikan cupang. Jadilah, sekarang ia harus kesiangan. Dan kesiangan tidak pernah ada dalam kamus kehidupannya. Ghea memakai baju seragam secepat kilat lalu mengikat rambutnya asal rapi. Ia berlari menuju kamar Arianna---adiknya--- yang sepertinya masih berlayar di alam mimpi. Jika Ghea sangat rajin, maka adik dan kakaknya kebalikannya. "Rianna! Gue nebeng lo!! Cepet bangun!!" Ghea menggedor-gedor pintu kamar adiknya beberapa kali tetapi tetap tidak ada sahutan. "Punya adek ngebo banget!" merasa sia-sia, Ghea langsung saja turun. Ia sangat bersyukur karena mendapati Dammi yang sedang sarapan sambil menyaksikan acara gosip ditelevisi. "Bang, anterin gue, bang!" "Lah? Lo masih disini? Gue kira udah berangkat." "Iya gue kesiangan. Makanya anterin ke sekolah, ya." "Rianna emang kenapa?" "dia mana bangun jam segini! Anterin dong..." "Gue gak bisa nganterin, kan harus jemput cewek gue, dek." Ghea memelas. "sebentar doang, elah." "enggak, ah. Nanti gue telat ngampus." "lo kan emang langganan telat! Ayo, napa.. please. Gue nangis nih." Dammi menggeleng. "gue bawa cewek masa telat? Gengsi lah." "Bang, ah!!" "Gini, aja." Dammi mengeluarkan selembar uang seratus ribu dari celananya. "gue kasih ongkos. Naik taksi aja, oke?" Ghea langsung mengambil uang dari kakaknya lalu berniat kabur. "Eh, gue tahu tarif ke MIS. Cuma Rp. 28500! Jadi, kembaliannya harus lo balikin ke gue. No kurang ya. Tapi, lebih boleh." Ghea mendengus. "perhitungan banget sama adek sendiri." "Anak kecil diem aja. gak tahu gimana susahnya nyari duit 'kan?" "Yaudah, makasih!" Ghea berlari keluar rumah dan langsung memberhentikan taksi. Sebenarnya ia masih punya waktu 30 menit, tetapi menurutnya, saat ini terlalu kesiangan. "MIS ya, Pak." "Baik, neng." Ghea menghela nafasnya tenang karena sudah berada didalam taksi. Ia berkomat-kamit melapalkan do'a supaya tidak macet. Tetapi, ketika Ghea memperhatikan jalan, nampaknya ini... salah. "Pak, saya bilang kan MIS." "Iya, sebentar lagi sampai. Nah, sampai." Ghea membaca sebuah tulisan "Medical Internasional Center" didepannya. ia langsung melongok karena bingung. Mampus! Jangan bilang, kalau supir taksi ini budeg? "saya bilang kan MIS, pak. Bukan MIC." "Tadi bilangnya MIC." "MIS, Pak." "Labil banget sih, neng. Niat naik taksi gak?" Lah, ngapa lu yang nyolot, pir? "Yaudah, anterin saya ke MIS sekarang. Jangan salah lagi." Supir taksi itu kembali menjalankan taksinya dan Ghea mencoba tidak marah-marah. Ia melirik jam ditangannya,  itu membuatnya panik. 10 menit lagi bel! "Cepetan dong, pak." "Idih, suruh siapa ngasih alamat yang salah. Dasar anak zaman sekarang." Ghea berjanji, akan mengingat wajah si supir taksi songong ini dan tidak akan naik taksi ini lagi. "Nih, nyampe, neng. Turun lah cepet." Songong! Ghea memberikan selembar uang pada Sup-tak, lalu ia langsung berlari menuju gerbang yang sebentar lagi akan ditutup oleh pak Joko. "Neng! Kembaliannya!" Ghea seperti mendengar sesuatu, tetapi ia lebih memilih berlari untuk memperjuangkan kedisiplinannya. "Pak Joko, jangan ditutup dulu!" teriak Ghea sambil ngos-ngosan. s****n karena supir taksi itu terlalu jauh memberhentikan mobilnya. Ditengah-tengah berlari, Ghea melihat Jason yang berjalan santai menuju gerbang. cowok itu memakai seragam yang tidak dimasukan kedalam celana serta rambut yang sengaja tidak disisir sehingga aura badboy-nya sangat terlihat. Terlihat menyebalkan dimata Ghea. "J! Suruh pak Joko jangan tutup gerbang dulu!" Mendengar seperti ada suara familiar yang memanggilnya, Jason langsung melirik kemudian melambaikan tangannya pada Ghea. "Bi!! 1 menit lagi bel lhooo," Gue tahu,i***t! Bentak Ghea dalam hati. Saat ini, ia tidak butuh lambaian tangan Jason, tetapi ia butuh gerbang yang terbuka! "Pak, udah jam 07.30. waktunya tutup gerbang." Jason menepuk bahu pak Joko. "ayo atuh ditutup." "Den Jason gak mau masuk? Lagian, neng Ghea gimana?" "saya bosen masuk dari gerbang. mau manjat tembok aja nanti. Tenang, Ghea urusan saya." "benar ya? Jadi, gak papa saya tutup?" "gak papa banget." Ghea sudah sampai didepan gerbang ketika pak Joko sudah menutup gerbangnya dengan sempurna. Melihat hal itu, Ia langsung panik. "Pak... saya bilang kan jangan dulu ditutup." "A-anu, Neng..." "Bi? Kok gitu sih? Lo sendiri yang selalu ngomong kalau udah setengah delapan itu gerbang harus ditutup apapun alasannya." Ghea tak mendengarkan ocehan Jason karena ia lebih memilih berbicara pada pak Joko. "Cuma telat satu menit, Pak. Bukain dong." "itu udah peraturan, Bi." Ghea langsung melirik Jason dengan penuh emosi. "ini gara-gara lo! Dasar pembawa s**l!" "Yang telat siapa, yang disalahin siapa." Jason mengangkat bahunya kemudian mengemut es batu yang baru saja ia keluarkan dari tas-nya. Ghea yang melihat kegiatan Jason yang i***t karena makan es pagi-pagi, mencoba tak peduli dan lebih memilih membujuk pak Joko agar mau membukakan gerbang. "Pak, buka dong..." "Bi, liat tuh siapa." Jason menepuk bahu Ghea dengan pelan. Gadis itu melirik pada arah yang dimaksud Jason, dan... "Pak koko! Mampus gue!" Ghea langsung berjongkok supaya tubuhnya tidak terlihat oleh sang guru BP. "aduh, gimana dong?! mampus, gue mampus!" Jason menyimpan kembali es batunya kedalam tas. "Ayo, ikut gue." Lalu ia menarik tangan Ghea dengan cepat menuju tembok belakang yang tidak terlalu tinggi. Merasa ditarik-tarik, Ghea langsung menepis tangan Jason darinya. "jangan pegang-pegang gue!" "Sensi banget sih sama gue, Bi." "lo ngapain bawa gue kesini? Gue mau masuk!" "gue bawa lo kesini supaya lo bisa masuk tanpa ketahuan pak Koko." Ghea mendengus tidak percaya. "Bisa manjat 'kan? Ayo, cepet." "Gila, lo. Lo nyuruh gue manjat tembok?!" Jason melemparkan tas-nya melewati tembok kemudian bersiap memanjat. "terserah, lo. Gue sih mau masuk, lagi bosen dihukum pak koko." Saat orang lain takut dihukum, Jason malah bosan dihukum. Kurang ajaib apa si badboy ini? Ghea memperhatikan Jason yang mulai memanjat, dan ia merasa bimbang. Disatu sisi, Ghea tidak mungkin melakukan penyelundupan ilegal, tetapi disisi lain, ia harus masuk kedalam lingkungan sekolah. "O-oke!" ucap Ghea akhirnya. Jason menyeringai kemudian meminta tas Ghea dan dengan cepat melemparkannya ke atas tembok. "Tas gue isinya kaca mata! Kok, lo lempar sembarangan?!" "cepet, Bi. Waktu kita gak banyak." Jason berjongkok dihadapan Ghea. "injek paha gue." "Ya-yang, bener?" "Iya, Yang." Ghea melotot. "gue gak manggil lo sayang, i***t!" "Terserah. Tapi, 60 detik lagi pak koko sampe ke halaman belakang buat patroli. Cepet naek, Bi." "kalau lo ngintipin rok gue, gimana?" "Insya Allah, enggak." Ghea kembali melotot. "gue gak mau, ah!" "iya gue gak akan ngintip, mudah-mudahan. Sekarang ayo naik. Waktu kita tinggal 40 detik." Dengan dibantu Jason, akhirnya Ghea bisa menaiki tembok dengan selamat walau sedikit deg-deg-gan karena ini pengalaman pertamanya masuk sekolah dengan cara menaiki tembok. Setelah membantu Ghea, Jason langsung naik tembok dengan cepat dan tidak terlihat kesusahan sama sekali. "lo, sering ya?" Jason mengangguk santai sambil memungut tasnya dan tas milik Ghea. "nanti Denis kesini." "ngapain?" tanya Ghea. Bukannya menjawab, Jason malah sibuk dengan ponselnya. Tak lama, Denis datang sambil ngos-ngosan. "bawa tas Ghea ke kelas, Den." "O-oke." Denis mengambil tas gendong berwarna biru milik Ghea kemudian berlari begitu saja. melihat hal itu, Ghea langsung meminta penjelasan. "ngapain si Denis bawa-bawa tas gue?!" "Biar lo aman, lah. Apa lagi?" "Aman?" Belum sempat Jason menjelaskan, suara langkah dari pak Koko terdengar mendekat. Tak lupa suara cempreng melengking yang sangat khas dari bapak gendut itu. Ghea langsung beku ditempat, karena ia pasti akan dihukum. Belum lagi, predikat murid teladannya akan musnah. "Kamu lagi, kamu lagi, Jason!" pak Koko datang sambil membawa penggaris panjang kebanggaannya. "Bosan saya sama kamu, Jason!" "saya juga bosen sama bapak." Jawab Jason dengan tenang. "Kamu ini! Das---eh? Ghea? Kamu ngapain? Telat juga?" "Saya..." "kamu telat, Ghea?" tanya pak Koko sekali lagi. Ghea hanya diam membeku. "Masa murid teladan kesayangan bapak telat sih, pak? Ghea gak telat, pak. Tuh, dia aja gak bawa tas. Malahan, dia yang nemuin saya manjat tembok. Aduh...saya yang ganteng ini ketahuan telat deh." Ghea melirik Jason karena bingung pada ucapan cowok itu. "Jadi kamu ngaku kalau selama ini sering manjat tembok?! Dasar bandel!" pak Koko langsung menjewer telinga Jason sehingga cowok itu meringis. "Ghea, Terima kasih karena sudah menemukan titisan medusa ini, ya." "saya ganteng gini kok titisan medusa, pak?" Pak Koko makin menjewer telinga Jason. "kamu kalau salah itu diam! Jangan alasan terus!" "aduh, Pitt! Sakit!" "pat-pit-pat-pit! Kamu pikir saya pitri karlina!" "pake F, pak. Bapak sekolah gak sih? Masa gak tahu cuma tulisan 'Fitri' doang?" Pak Koko kembali menjewer telinga Jason. "kamu jangan nyeramahin saya, Jason!" Ghea meringis melihat telinga Jason yang sudah memerah akibat jeweran maut pak Koko. Bukannya diam, cowok itu malah makin berkicau layaknya menantang. Jelas saja pak Koko makin emosi dibuatnya. "Ghea? Kenapa masih disini? Kamu boleh kekelas." "Cih, sama cewek aja lemah lembut. Sama saya kok nge-gas terus ngomongnya, pak?" "Diam kamu, Jason!" Jika melihat seperti ini, Ghea sedikit kasian pada Jason karena cowok itu makin mengaduh kesakitan. Bagaimanapun juga, ia bisa masuk karena dibantu Jason 'kan? Dibantu? "silahkan ke kelas, Ghea. Si Berandal ini akan saya kasih hukuman dulu." "Ba-baik, pak." Ghea membungkukan tubuhnya tanda sopan kemudian dengan tidak sengaja melirik pada Jason yang tengah mengedipkan sebelah matanya pada Ghea. Ghea merasa menyesal karena tadi sempat kasian. Lihatlah, sekali menjengkelkan tetap saja menjengkelkan! Ghea membalikan badannya untuk berjalan menuju kelas sambil memikirkan apa yang barusan terjadi. Jadi, Jason menyuruh Denis membawa tas-nya ke kelas supaya Ghea tidak ketahuan kalau telat? Mengapa bukan tas Jason saja yang diberikan pada Denis? Apa Jason tadi menolongnya? Tetapi pikiran itu langsung Ghea hilangkan. Ia telat gara-gara Jason yang tidak menahan pak Joko! Ia juga bangun kesiangan gara-gara curhat pada mamanya karena perlaku Jason yang menjengkelkan! Ini semua salah Jason! DASAR PEMBAWA s**l! Menurut Ghea, jika Jason dihukum pak Koko, rasakan saja! itu salah Jason dan bukan salahnya. Ghea mencoba melupakan masalah telatnya lalu mengetuk pintu kelas. Disana, teman-temannya tampak ramai dan sepertinya belum ada guru yang masuk. Syukurlah... Ghea langsung bejalan kearah tempat duduknya dan ia melihat tas gendongnya selamat sampai tujuan. Ia melirik pada Denis yang duduk dibangku belakang sambil mendengarkan musik memakai headset dan dengan santainya memakan kuaci. Apa Ghea harus berterima kasih? Ia masih merasa bingung kenapa tadi Jason menyuruh Denis membawakan tasnya ke-kelas. "kenapa tas lo ada di Denis?" Ghea terkejut karena pertanyaan Alen. "I-tu, Gue telat..." jawabnya dengan pelan. "gue kira lo dipanggil ke BP lagi sama Jason, terus tas lo dititip ke Denis." Ghea menggeleng pelan. "jangan bilang-bilang anak kelas kalau gue telat, ya." Alen hanya megangguk. Tak lama, terdengarlah suara cempreng dari Adina memasuki kelas. Gadis dengan style anak kekinian itu langsung duduk disebelah Ghea sambil membawa satu piring siomay yang Ghea yakini pasti sangat pedas. "lo gak telat hari ini, Di?" Adina menggeleng. "Enggak, dong. Kan gue rajin." "lo gak telat bisa di itung jari." Adina menjitak kepala Alen dengan sendok. "jaga omongan anda, tuan muda!" Ghea menggeleng pelan karena dua sahabatnya ini tidak pernah akur. Nampaknya mereka berdua memang mempunyai motto hidup, "Tiada hari tanpa perang saudara." Atau, "Perang lah dengan sahabat sebelum perang itu dilarang." Ya, kurang lebih seperti itu. "Gue tadi liat si Jason keliling lapangan. telat lagi kayanya tuh anak." Ucap Adina sambil menyuapkan siomay-nya kedalam mulut. "iya dia telat." "lo tahu, Ghe?" "iya. Karena Ghea telat." Jawab Alen dengan tenang. Adina terbatuk. "APA, GHE? LO TELAT?!" Ghea menutup wajahnya dengan kedua tangan. Bagus, si wajah kalem Alen yang menyebalkan, ditambah Adina si mulut cempreng telah berhasil membuat seisi kelas tahu bahwa Ghea telat. "lo gak usah teriak, bisa?" Ghea menahan suaranya supaya tidak membentak Adina yang sekarang malah tertawa dengan hebohnya. "temen-temen! Ghea telat masuk sekolah!!" Ya, ini lah yang Ghea takutkan. 'Ujang si biang gosip' telah mendengar kabar ke-telatannya. "Wah, jangan-jangan... Telat bareng Jason ya?" ucapan spontan dari Ujang langsung menuai kontrovensi panas dari teman-temannya. "Wow, telat bareng??" "Gak nyangka, jangan-jangan..." "Ghea pura-pura jutek ternyata selama ini..." "iya.. buktinya sampe telat bareng gitu..." Merasa berita ke-telatannya langsung hits mengalahkan berita Justin Bieber yang menghapus akun **-nya, Ghea langsung melirik tajam pada Ujang. "Ujang, bacot lo!" ia menggebrak mejanya dengan kesal. "dasar mulut ember!" "YEY, BUKAN SALAH UJANG KALI, GHE!" Ghea beralih untuk melirik pada Olin yang mempunya predikat 'soulmate sejati' Ujang. Jika sang ketua kelas dan bendahara ini telah bersatu membentuk persatuan mulut ember, jangan harap gosipnya akan segera padam. Karena, pasti malah membesar! "Heh... kalian salah paham!" Adina bangkit dari duduknya. "Maksud gue itu, Ghea telat datang bulan. Bukan telat masuk sekolah." "Ah, masa sih. Telat ya telat. Jangan ditutupin." Suara menjengkelkan dari Olin membuat Alen juga angkat bicara. "telat gak telat, urusan lo, emang? Lap dulu tuh congek." Olin langsung terdiam sambil mendengus. "Apaan masih bisik-bisik?! Ghea itu telat datang bulan! Masih mau nyebar gosip juga?! Gue sumpel mulut lo semua pake s*ftek, Mau?!" Mendengar teriakan macan betina seperti Adina, Mereka semua langsung geleng kepala dan terdiam. Jika Adina sudah mengamuk, semua orang memang dibuat takluk olehnya. Ghea menarik-narik ujung rok Adina supaya gadis itu kembali duduk. "Udah, Di." "seriusan lo telat? Ada angin apaan?" bisik Adina sangaaaat pelan. "Angin tornado! Gak ada apa-apaan. Gue gak sengaja telat. Gak sengaja!" "Uhh..."Adina menaik-turunkan alisnya. "Jangan-jangan, lo beneran telat bareng Jason?" "Enggak, t*i!" enggak salah lagi. Adina tertawa terbahak-bahak. "sekali lagi lo ngetawain gue, gue masukin piring siomay ini kemulut lo!" "Ampun, kakahh..." Adina langsung menutup mulutnya walaupun ia masih ingin tertawa. Sedangkan Ghea memilih tidak melayani Adina lagi karena ada chat yang masuk ke ponselnya. Jason : Oiiii Jason : dah dikelas? Jason : gue lg dihukum dong. Lari dilapangan 5 kali sambil shirtless dan disuruh ga ikut mapel Kimia. Mantep kan?? :p Ghea memutar kedua bola matanya. Dihukum kok bangga sih, tong? Si idot ini memang aneh. Jason : mo liat gue ga pke apa2 ga Bi? Abighea : GA Abighea : dsr i***t! Jason : OKEY! Jason : (Jason send a picture) sebelum lari neh Jason : (Jason send a picture) jan ngiler ya bi Ghea melepaskan ikatan dirambutnya seakan-akan ia baru bangun tidur kemudian mengambil selfie dengan wajah 'jelek bodo amat'-nya. Abighea : GUE GAK PEDULI, SETAN!!! Jason : gilak! Cantik bgt si. Duck face-nya terbaeeekk!! Gue save ahhhh Ghea melupakan satu hal. Jason itu, i***t. *** "Pak, saya udah enggak kuat." "cemen sekali kamu ini, Jason. Satu putaran terakhir lagi!" "Maksud saya, saya udah gak kuat diliatin satu sekolahan." Jason menunjuk sekeliling lapangan yang sudah dipenuhi murid-murid cewek. "saya merasa ternodai, pak. Tubuh saya di intip-intip. Kalau saya lari satu puteran lagi, terus pas udahannya langsung digrepe-grepe mereka, gimana?" Pak Koko menaruh teh manis hangatnya dikursi panjang kemudian berjalan ke arah Jason. "Yasudah, hukumannya selesai. Tapi, kalau kamu besok telat lagi, saya hukum kamu lari dilapangan pake sarung!" Jason mengangkat kedua tangannya membentuk huruf V. Tentu saja Jason hanya ngibul. Ia malah merasa tertantang jika berlari mengelilingi lapangan hanya dengan menggunakan sarung. Shirtless saja bikin cewek teriak-teriak, bagaimana kalau tidak pakai celana? Jason menyeringai memikirkan ide bodohnya. "pakai seragam kamu lalu masuk ke kelas! jangan bikin masalah lagi!" "Iya, Pitt. bawel banget kaya orok." Pak Koko siap menjewer Jason, tetapi dengan keren-nya Jason berhasil menghindar dan langsung berlari menuju kelasnya dilantai dua. Ia mengancingkan seragamnya tetapi tidak merapikannya. Sebelum masuk kelas, ia mengontrol wajahnya menjadi 'anak baik-baik' karena hari ini pelajaran bu Susan, guru satu-satunya yang dihormati Jason. Bukan karena bu Susan galak, tetapi karena ibu guru super baik yang sudah mempunyai dua anak ini adalah wali kelasnya. "Nak, telat lagi?" "Eh, Umi." Bu Susan menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian menyuruh Jason duduk ditempatnya. Sambil mengucapkan terimakasih dengan tulus, Jason berjalan santai mengabaikan tatapan-tatapan jengkel dari anak cowok teman sekelasnya. "Sup, man ?!" Sapa Jason pada Khairul, teman satu bangkunya. Jika kalian bayangkan Khairul ini mirip Jason, kalian salah. Karena cowok baik-baik yang Jason panggil Ilul ini, adalah murid paling teladan dikelasnya. "Sup apa, J? Sup ayam?" Jason hanya terkekeh mendengar kepolosan temannya. Sebenarnya, Jason mendekati Khairul karena ia sering telat dan bolos. Khairul dengan segala kerendahan hatinya, selalu ikhlas membuatkan tugas atau menjadi tumbal karena membela Jason jika ia akan dihukum oleh guru. "Lul, ada tugas gak?" "kalau ada, gue udah bikinin 'kan?" Jason menepuk bahu Khairul. "paling the best, dah! Nanti gue ajak ke BY, ya!" Khairul hanya mengangguk karena ia tahu, itu hanya ocehan sesaat Jason. Memang benar, mungkin sudah puluhan kali Jason mengatakan pada Khairul akan mengajaknya ke BY, tetapi tidak pernah terjadi. Malah, Khairul yang selalu memberikan Jason separuh uang jajannya jika ban motor Jason bocor ataupun Jason minta dibelikan es batu dikantin. "Nanti istirahat ikut gue, ya!" "kemana?" "gue mau ajarin lo malak lah, Lul. Biar ganteng." Khairul menaikan sebelah alisnya. "jangan yang aneh-aneh. Terakhir lo ngajak gue bandel, asma gue kumat." Jason tertawa mengingat hal itu. Waktu itu Jason menyuruh Khairul menghajar adik kelas songong yang sudah menumpahkan minumannya. Tetapi Khairul langsung asma ditempat karena adik kelas itu malah balik membentaknya. Dan ketika Khairul diajak merokok oleh Jason, cowok baik itu langsung masuk UGD. Besoknya, Jason diskors dua hari. "hari ini kita malak. Ada DVD Mickey mouse inceran gue ditoko mang Ucok. Gue gak bisa tidur kalau belum beli." "gue beliin." "gue mau usaha sendiri dapetin uangnya. Demi kekasih gue. DVD mickey mouse gue." Khairul memutar kedua bola matanya. "gue ngeliatin aja, ya?" "iya liatin dulu deh step by step-nya. kalau lo udah jago, kita malak ke sekolah tetangga juga bisa." Khairul menatap Jason dengan horror. Ada-ada saja ide bodoh Jason. Mana mungkin mereka memalak disekolah tetangga?! Mereka bukan masuk BP lagi, tetapi masuk liang kubur. "Eh, Lul. pohon mangga dideket gudang belakang udah pada mateng, ya? Manjat yuk?" *** Ghea melepaskan kaca mata bacanya untuk ia bersihkan menggunakan tisu. Rasanya matanya sangat pegal karena berlama-lama didepan laptop untuk menjelaskan pada anggota eskulnya tentang tema mading yang akan mereka angkat untuk minggu ini. "kak Ghea, kita gak bisa nyelipin quotes cinta lagi ya, Kak?" Julian, salah satu anggota eskul mading mengangkat tangannya. Ghea hanya mengangguk karena ucapan adik kelasnya itu benar adanya. "kenapa sih, Ghe?" kali ini Ajof yang bertanya. Ghea memijat pelipisnya. "kalian tahu pak Umu 'kan? Beliau gak mau kita nulis hal yang gak berguna kaya gitu. Katanya, quotes cinta Cuma bikin murid-muridnya mabok dan teridentifikasi penyakit hati, alias galau, alias baper. Pak Umu gak mau murid-murid MIS terpengaruh dengan kalimat-kalimat yang menjerumuskan." Ya, guru agama di MIS itu menentang keras tentang hal yang berbau cinta. Bahkan, disela-sela jam pelajarannya, beliau selalu memasukan tema 'bahaya cinta remaja' ketika menjelaskan. Beliau mengingatkan bahwa masa muda itu waktunya mendekatkan diri pada tuhan, bukan mendekatkan diri pada maksiat. Begitu katanya. "Jadi, kita mau bahas apa, kak?" "Gimana kalau tentang sehatnya buah bagi perkembangan hormon remaja? Bukannya pohon mangga digudang belakang lagi panen? Itung-itung kita ngirit biaya dan pak Umu juga senang." "Setuju, kak. Kak Ghea emang selalu kreatif." Ghea merasa terbang mendengarnya. Ia hanya tersenyum kemudian menutup rapatnya dan berterima kasih pada semua anggota yang telah meluangkan waktu sebelum pulang ke rumahnya masing-masing. "Ghea, mau pulang bareng gak?" Ghea memperhatikan Ajof yang sedang menurun-naikan ingus fenomenalnya. Ghea langsung menggeleng kuat-kuat karena ia akan muntah jika seangkot dengan Ajof. Bukannya Ghea memilih-milih teman, tetapi ia memikirkan kesehatan matanya. "Duluan aja deh, Jof. Gue mau lihat buah mangganya dulu. Sekalian testimoni." "oke, deh. Duluan ya, Ghe!" Ghea melambaikan tangannya pada Ajof yang sudah berlari menuju gerbang. ia langsung menghela nafas dengan lega kemudian langsung melangkah menuju gudang belakang. Sambil menyanyikan lagu dari Shawn Mendes yang berjudul Treat you better, ia berjalan dengan begitu santai. "Lul, manjatnya tinggian dikit, dong!" "gak bisa, J. Lo mau asma gue kumat?!" "Den, ambil galah sana. Pake sapu mana bener!" "Bacot ya, J. Ini gue lagi usaha!!" Mendengar teriakan-teriakan tersebut, Ghea langsung berlari menuju asal suara. Dan benar saja, Ketiga cowok itu tengah mencoba mengambil mangga-mangga berharganya! "Hei!! Jangan di ambilin!!" Ghea berteriak sambil menambah kecepatan berlarinya. "Aduh, J! Yang punyanya dateng!" Denis yang awalnya sibuk mengambil buah mangga menggunakan sapu, langsung berlari menuju toilet cowok. Sapu yang ia pegang langsung ia selipkan dikedua kakinya layaknya seorang penyihir yang sedang terbang. Tak terkecuali dengan Khairul, Ia juga langsung loncat dari pohon kemudian lari terbirit-b***t mengejar Denis. Karena ia tahu persis bahwa selama ini pohon Mangga yang tadi ia panjat dijaga ketat oleh anak-anak mading. Ghea berdiri dihadapan Jason yang tengah memakan mangga dengan santainya tanpa raut wajah bersalah sedikitpun. Ghea mengamati beberapa ranting yang patah serta dedaunan pohon yang berserakan. Dan jangan lupakan beberapa buah mangga yang tergeletak tak berdaya diatas tanah. "Mangga gue!!" Ghea berteriak sambil memunguti manga-mangganya. Ia melotot pada Jason kemudian melemparkan mangga-mangga itu pada Jason. Bukannya kena, lemparannya terus saja meleset. "jangan marah-marah, Bi." Ucap Jason yang mencoba menghindar dari lemparan mangga sambil memasang seringai menyebalkannya. "s****n, lo!! Sini kita berantem!" Ghea mengeplakan kedua tangannya dengan tatapan sangat emosi. Ia siap menghajar Jason tetepi cowok itu sudah berlari menuju koridor sekolah. Karena sudah muak dengan keusilan Jason, kali ini Ghea tidak bisa bersabar. Ia akan memberi pelajaran pada Jason karena sudah merenggut mangga-mangganya! "berhenti lo, i***t!!" Jason membalikan tubuhnya sehingga ia berlari sambil menghadap Ghea. "jangan lari-lari dikoridor, Bi. Nanti dimarahin pak Koko." "diem lo, i***t! Berhenti sekarang juga!!" "jangan marah-marah, Bi." Jason masih berlari dengan cara menghadap Ghea. Hal itu menambah kedongkolan dihati Ghea karena cowok itu tidak tersandung sama sekali padahal tidak memperhatikan jalan. Ghea berhenti sejenak untuk menetralkan nafasnya yang terputus-putus akibat terlalu lama berlari. Ia melirik Jason yang masih berlari dengan pelan, seolah-olah ia sedang mengejek Ghea yang sudah lelah duluan sebelum berhasil mendahuluinya. "Aduh, ulu hati gue sakit." Tubuh Ghea melemas dilantai. Ia memegangi ulu hatinya yang terasa berdenyut-denyut. Ketika Ghea sedang mencoba bernafas dengan tenang, suara langkah kaki yang berlari ke arahnya membuat ia mendongakan wajahnya. "lo kenapa, Bi?" Ghea tak menjawab dan lebih memilih mengontrol nafasnya agar ulu hatinya tidak terlalu sakit. "lo kenapa dah, Bi?" Setelah merasa tubuh Jason mulai berjongkok dihadapannya, saat itu juga Ghea mendorong tubuh Jason sehingga ambruk ke lantai. Ghea langsung naik ketubuh Jason dan dengan penuh emosi mencekik leher Jason sambil mengumpat. "A-ampun, Bi!!" Jason mencoba melepaskan kedua tangan Ghea yang makin menggila mencekiknya. "Dasar cowok caper usil! Mampus lo ditangan gue sekarang!" "Uhuk!" Jason terbatuk. "A-ampun, Bi..." Ghea makin mencekik Jason tanpa mendengarkan keluhan Jason yang sudah tidak bisa bernafas dengan benar. "Ghea! Astaga! Sadar!!" Denis berlari menhampiri Ghea kemudian mencoba melepaskan kedua tangan gadis itu dari leher Jason yang sudah memerah. "emosi sih, boleh. Tapi kawan gue jangan dijadiin mangsa psikopat lo, dong!" Ghea melotot pada Denis tanpa melepaskan cekikannya. Merasa serba salah, akhirnya Denis menarik tubuh Ghea supaya menyingkir dari tubuh Jason. Khairul yang baru saja datang, langsung membujuk Ghea supaya pulang dan membiarkan Jason yang sudah hampir sekarat kehabisan nafas akibat ulahnya. "Awas lo, Jason! Urusan kita belum selesai!" Ghea memberikan jari tengahnya pada Jason, lalu berjalan dengan cepat menuju gerbang sambil menghentak-hentakan kakinya. "Bro, Bro! Lo gak papa, Bro?" "Gak papa." Jason mengacungkan jempolnya pada Denis. Ia mencoba bangkit dengan dibantu kedua temannya. Jason mengatur nafasnya kemudian tersenyum dengan usil. "10 menit terbaik dalam hidup gue." "Gilak. 10 menit menuju kematian itu namanya!" Jason tertawa. Ia sama sekali tidak terlihat kesal walaupun dicekik hampir mati oleh Ghea. "Ayo balik. Soalnya besok gue mau bikin fenomena luar biasa." "Apa?" Jason mengangkat bahunya sambil menyeringai. "let's see tomorrow."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD