Bab V Ghost of Memories

1121 Words
Hitam. Oliver terbangun dengan pandangan paling gelap yang pernah ia lihat. Kegelapan itu jauh lebih gelap dibandingkan malam dengan kelabu. Kepalanya menengok ke arah kanan dan kiri berkali-kali namun tetap sama. Hitam. Ia tak bisa melihat apapun. Kenapa pandanganku hitam seperti ini? Aku dimana? Tanya Oliver dalam pikirannya. “Anda sudah bangun Mr. Oliver”, saut seseorang. Oliver Kembali menengok ke arah kanan dan kiri dengan bingung. Ia tetap tidak bisa melihat apapun. “Anda siapa?”, tanya Oliver dengan suara parau. “Saya dr. Wilmar, Saya dokter yang bertugas merawat Anda. Saat ini Anda berada di ruang perawatan intensif rumah sakit St. Antonio”, jawab dokter bernama Wilmar tersebut. dr. Wilmar menatap tubuh Oliver dengan perban menutupi kedua mata pasiennya. Pria yang malang, pikirnya. “Saya… kenapa?”, tanya Oliver lamat-lamat. Perasaannya kalang kabut dipenuhi kecemasan. Ia ingin menampik fakta yang sepertinya mau tidak mau harus diterima. “Anda mengalami kebutaan akibat terkena pecahan kaca yang pecah dari tragedy kebakaran The Mansion satu bulan yang lalu”, ungkap dr. Wilmar. Seketika tubuh Oliver terasa luruh, lidahnya kelu tak mampu berkata-kata. Dunianya yang suram menjadi semakin gelap. Rasanya ia tak punya harapan sama sekali sejak dr. Wilmar menyatakan bahwa dirinya mengalami kebutaan. “Berarti, sudah tidak ada harapan untuk saya bisa melihat Kembali, Dok?”, tanya Oliver berusaha mencari secercah harapan. “beruntungnya, pecahan kaca tersebut tidak masuk terlalu dalam, sehingga Anda masih bisa memilliki harapan untuk dapat melihat Kembali jika Anda mendapatkan donor mata yang cocok untuk Anda, Tuan Oliver. Dan saat ini kami tengah mengupayakan pencarian donor mata untuk Anda”, jawab dr. Wilmar. Oliver diam tak bergeming mendengar jawaban dr. Wilmar. “Berarti, belum ada kepastian kapan saya bisa melihat dunia lagi, Dok?”, tanyanya. Dokter Wilmar tersenyum sedih menatap Oliver yang pucat bagaikan kertas. “Benar, Tuan Oliver”, jawab dr. Wilmar. Oliver tersenyum getir. “Lalu, jika saya mendapatkan donor mata yang cocok pun tidak akan mungkin bisa karena pasti biayanya sangatlah mahal. Saya tidak mampu untuk itu”, ujar Oliver. “Perihal tersebut, Anda tidak perlu khawatir, Tuan Oliver. Karena Anda mengalami kecelakan kerja, asuransi pekerja dari pemerintah dapat Anda gunakan untuk membiayai operasi mata Anda”, terang dr. Wilmar. “Saya sama sekali tidak merasa senang mendengarnya, Dok”, balas Oliver. dr. Wilmar menepuk bahu Oliver pelan, “Kami akan berusaha untuk segera mencarikan pendonor untuk Anda”, ucap dr. Wilmar. “Apakah jika saya mendapatkan seorang pendonor itu berarti seseorang yang mendonorkan matanya untuk saya akan buta?”, tanya Oliver. Dokter Wilmar Kembali menatap Oliver yang tidak bisa melihatnya. “Ada beberapa kemungkinan, yang pertama bisa terjadi seperti pertanyaan Anda barusan. Dan yang kedua, pendonor dari orang yang bersedia mendonorkan organ tubuhnya apabila terjadi suatu hal pada dirinya, seperti kematian”, jelas dr. Wilmar. Oliver terdiam sesaat. “Tolak apabila pendonor dengan opsi pertama seperti yang Dokter katakana”, ucap Oliver. “Boleh saya tau alasannya, Tuan Oliver?”, tanya dr. Wilmar. “Untuk apa saya Bahagia dan bisa melihat Kembali apabila saya harus merenggut dunia seseorang? Itu sama saja saya seorang kriminal, bukan?”, ucap Oliver. Dokter Wilmar tercenung mendengar jawaban Oliver yang benar-benar diluar dugaan. Pria didepannya lebih memilih tidak mampu melihat keindahan dunia dibandingkan dengan merenggut penglihatan orang lain. Dia pria yang baik, pikir dr. Wilmar. “Baiklah, saya akan sampaikan kepada tim perihal permohonan, Anda. Saya sudah mengabarkan pihak kepolisian mengenai Anda yang sudah siuman. Seorang petugas sedang dalam perjalanan kesini untuk berbicara dengan Anda, Tuan Oliver”, jelas dr. Wilmar. Oliver mengangguk mengerti. “Terima kasih, dan dimana toiletnya? Saya butuh ke toilet”, tanya Oliver. “Suster akan..” “Tidak perlu, Dok. Saya akan berusaha sendiri, saya harus berlatih”, sela Oliver. “Baiklah, toilet berada lurus di sisi kiri Anda saat ini. Kran air dingin diputar ke kanan dan air panas diputar ke kiri”, jelas dr. Wilmar. Oliver tersenyum tipis. Itu adalah senyum pertamanya hari ini. “Terima kasih, Dokter Wilmar”, ucap Oliver. Beberapa saat kemudian, Oliver mendengar pintu tertutup. Pria itu berusaha menurunkan kakinya satu per satu ke lantai. Terasa dingin. Perlahan ia berdiri dan berusaha membangkitkan instingnya. Tangannya mulai diarahkan ke depan dan melangkah perlahan. Brak! Ia berjengit ketika tubuhnya menabrak sesuatu. Tangannya mulai meraba. Ternyata meja, pikirnya. Ia Kembali berjalan perlahan hingga ia bertemu sebuah dinding. Tangannya meraba dinding untuk mencari letak pintu toilet. Tanpa Ia sadari, dokter Wilmar memperhatikannya dengan seksama, dokter itu hanya berpura-pura menutup pintu kamar. Ia ingin melihat dan memastikan bahwa pasiennya tidak menemui kendala saat akan ke toilet. Dilihatnya Oliver sedikit tersenyum ketika tangannya menggapai kenop pintu kamar mandi. “Gotcha!”, ujar Oliver pelan. Pria itu masuk ke dalam toilet dan menutupnya Kembali. dr. Wilmar tersenyum setelah melihat pasiennya baik-baik saja, akhirnya ia memilih untuk keluar dari ruang perawatan tersebut. Tentunya ia menugaskan seorang perawat untuk berjaga di depan pintu ruang perawatan Oliver. * “Kebakaran berasal dari sebuah punting rokok yang belum dimatikan dengan sempurna dan dibuang ke lantai ruang manajemen The Mansion. Puntung rokok tersebut membakar sebuah kabel yang menyebabkan konsleting listrik. Api terpecik dari sana, kemudian merambat keseluruh Gedung The Mansion, dan tragedi yang menimpa Anda karena api menyambar pipa gas dan seketika terjadi ledakan besar”, jelas Rodrigo, petugas kepolisian yang diutus untuk menemui Oliver. Oliver yang mendengar penyebab terjadinya kebakaran mengutuk keras orang yang telah sembarangan merokok di dalam ruangan sempit bawah tanah tersebut. “Penglihatan saya terenggut dengan konyol hanya karena seseorang melakukan perbuatan bodoh di ruangan bawah tanah tersebut”, saut Oliver. “Kami masih menyelidiki kasus ini lebih lanjut dan mencari tahu siapa pelaku yang merokok di dalam ruanga bebas asap rokok tersebut”, ujar Rodrigo. Oliver tersenyum miris. “Jika pelakunya tertangkap, apakah akan mengembalikan penglihatan saya Mr. Rodrigo?”, Rodrigo terdiam menatap Oliver. “Tidak, Tuan Oliver”, jawabnya. Oliver tersenyum pedih. Ia merasa kehidupan tidak pernah mendukungnya untuk berubah menjadi orang yang lebih baik. Kematian orang tuanya, kehidupan miskin menyedihkan, dan sekarang satu-satunya indera untuknya melihat keindahan dunia harus direnggut oleh sebuah tragedi kebakaran. Sudah pasti sejak ia dinyatakan tidak mampu melihat The Mansion sudah memecatnya. Tidak punya pekerjaan dan tidak punya penglihatan. Entah apa yang akan dilakukan Oliver setelah ini, dirinya yang buta dan tidak memiliki siapapun di dunia ini tidak tau harus hidup seperti apa setelah ini. Bagaimana ia bisa hidup dengan baik setelah ini? * Olivrr berteriak histeris. Semua alur di masa lalu kembali berputar setelah ia menerima buku pemberian Rodrigo si pria tua. Ia ingin terlepas dari mimpi buruk yang menghantui seelama beberapa hari belakangan. Ia harus menemui Rodrigo. Harus.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD