82. Hantu Tidak Selalu Menakutkan

1000 Words
Setelah memantapkan diri untuk berangkat menuju pos yang dinyatakan memiliki banyak penghuni, akhirnya Zafran pun meninggalkan rumah menggunakan motor besarnya seorang diri. Lelaki tampan yang mengenakan jaket kulit berwarna hitam dipadukan dengan kaus putih dan celana jeans berwarna biru denim itu pun menancapkan gas motornya penuh. Langit malam serta suasana sepi khas komplek perumahan elit membuat Zafran bisa dengan leluasan mengendarai motor tanpa merasa cemas ada siapa pun yang keluar. Sesampainya di pos yang pernah dikatakan oleh Evelina memiliki penunggu itu pun membuat Zafran berhenti dengan menatap suasana gelap di hadapannya. Lelaki tampan yang sekarang berusaha mengusir rasa takut itu tampak sesekali memperhatikan sekitar. Entah kenapa perasaannya mendadak sangat takut melihat aura gelap yang semakin menengangkan, terlebih sekarang sudah larut malam. Tentu saja aktivitas malam sudah tidak seramai biasanya, tetapi tetap saja menegangkan. Mungkin kalau sekarang ada di luar negeri, Zafran tidak akan takut karena rata-rata mereka yang bekerja akan pulang lebih larut malam. Sehingga masih memiliki banyak aktivitas. Akan tetapi, lain halnya di Indonesia yang selalu sepi ketika larut malam tiba. Tentu yang memiliki aktivitas hanya beberapa orang, itu pun akibat pekerjaannya di malam hari pergantian shift. Sejenak Zafran memberanikan diri untuk mendekati pos ronda yang dipercaya banyak sekali penghuninya. Lelaki tampan dengan wajah yang mulai pucat itu pun melangkah secara perlahan mencari seorang pemburu hantu untuk dijadikan b***k. “Astaga, gue jadi nyesel sendiri nerima permintaan ini,” gumam Zafran pelan merutuki perkataannya yang begitu percaya diri. Saat lelaki itu asyik mencari sang pemburu tiba-tiba matanya terhenti pada sebuah botol yang berada di pinggir jalan setapak dekat pos. Membuat Zafran mengernyitkan keningnya penasaran, lalu berjongkok mengambil benda tersebut. Dan benar saja di dalam samar-samar terlihat sekelebat bayangan putih yang bergerak meminta keluar membuat Zafran mengernyit penasaran dan menarik penutup botol kaca dengan kayu yang membentuk bulat memanjang. Sebuah tarikan energi keluar membuat Zafran sedikit terhuyun, lalu menatap sesosok besar berwarna putih yang sangat menakutkan. Membuat lelaki itu mendadak terdiam di tempat dengan kedua kakinya yang terasa sangat berat untuk digerakkan. Namun, dugaan Zafran yang mengira hantu tersebut akan marah ternyata salah. Sesosok kuntilanak besar yang sempat dipanggil oleh Evelina secara perlahan berubah menjadi wanita sangat cantik membuat Zafran mengernyit penasaran. Tentu saja ini kali pertama dirinya bisa melihat hantu yang berubah wujud sesuai dengan keinginannya. Membuat lelaki itu benar-benar merasa penasaran sekaligus tidak percaya. “Terima kasih, Zafran,” ucap wanita jadi-jadian itu dengan tersenyum tulus. “Lo … kenal sama gue?” tanya Zafran ragu-ragu. Wanita jadi-jadian yang sebenarnya adalah ratu kuntilanak itu mengangguk pelan, lalu menjawab, “Iya. Aku pernah berbincang dengan Eve. Dan panggil namaku Gadis.” “Gadis?” beo Zafran memastikan penderangannya tidak salah. “Iya, Gadis,” balas wanita itu mengangguk senang sembari tersenyum lebar. Sejenak Zafran melonggarkan ketakutannya melihat paras Gadis yang terlihat seperti manusia dengan memiliki kedua kaki menapak sempurna di tanah. Walaupun ketakutannya masih sangat jelas ketika melihat Gadis yang kemungkinan berubah menjadi hantu kembali. “Di mana orang yang memburu kalian?” tanya Zafran kembali terfokus pada tujuannya datang ke pos yang sedikit menakutkan. Siapa sangka pertanyaan itu membuat Gadis mendadak berubah menjadi sangat menyeramkan. Wajah manusianya berubah menjadi hantu dengan samar-samar terlihat. “Tenang aja, gue datang ke sini mau nyelamatin kalian. Jangan emosi dulu,” lanjut Zafran menenangkan hantu di hadapannya yang ternyata sangat pemarah. Mendengar perkataan yang memberikan secercah harapan, akhirnya Gadis kembali tenang dengan wajah tersenyum manis. Diam-diam perubahan itu membuat Zafran tidak percaya bahwa hantu memiliki tingkat emosi yang sama seperti perempuan lainnya. “Orang yang memburu kita sudah pergi,” ungkap Gadis dengan menundukkan kepalanya lesu. “Hah? Bagaimana bisa?” tanya Zafran melebarkan matanya terkejut. “Tepat anak buahku memberi kabar dengan Eve, dia langsung melarikan diri seperti pengecut.” Gadis menatap penuh berapi-api memikirkan pemburu yang menjarah wilayah kekuasaannya. “Mengapa lo bisa ada di sini dan terjebak di dalam botol tadi?” tanya Zafran lagi. Gadis menatap nanar ke arah botol yang hampir saja dibawa oleh sang pemburu, lalu menjawab, “Aku sempat memberontak saat hendak dimasukkan ke dalam kantung.” Mendengar hal tersebut, Zafran mengangguk beberapa kali. Kemudian, lelaki itu menatap sekitar berusaha mencari petunjuk lainnya yang bisa digunakan untuk melepaskan para hantu dari jeratan orang tersebut. “Jangan mencari apa pun. Dia tidak bodoh meninggalkan petunjuk yang bisa menjerumuskannya ke dalam penjara,” sindir Gadis mendesis pelan, lalu melenggang pergi begitu saja. Sedangkan Zafran yang mendengar sindiran keras itu pun mengembuskan napasnya kasar, kemudian mengikuti langkah seorang wanita entah mengarah ke mana. Ia hanya mengikuti sesuai permintaan Evelina. Sejenak keduanya berhenti tepat di bawah pohon dengan rumah besar di belakangnya memperlihatkan cahaya begitu terang. Padahal untuk ukuran rumah yang memasuki tengah malam akan menjadi gelap, tetapi lain halnya rumah tersebut membuat Zafran mengernyit bingung. “Kenapa kita ke sini?” tanya Zafran membuat Gadis membalikkan tubuhnya. “Dia sempat masuk ke dalam,” jawab Gadis menunjuk ke arah gerbang hitam dengan rumah yang baru saja menarik perhatian Zafran. “Ngapain di dalam?” tanya Zafran santai. Gadis menggeleng pelan. “Aku tidak tahu, tapi yang jelas dia masuk ke dalam sebelum mengambil kita semua.” “Lo sama teman-teman nakal mungkin. Makanya diambil secara paksa buat dibuang,” ungkap Zafran santai seakan apa yang dikatakannya memang benar. “Tolong jangan bercanda, apa yang aku katakan memang benar. Percaya atau tidak bisa kamu pastikan sendiri,” sinis Gadis mendadak penuh emosi melihat tanggapan acuh tak acuh dari lelaki tampan di hadapannya. Zafran mengembuskan napas panjang, lalu menatap ke arah rumah besar dengan perasaan banyak tanya. Ia memang bisa merasakan aura perbedaan yang begitu kuat dan mengintimidasi. “Gue ngerasa di sini agak sedikit … menyeramkan. Benar, ‘kan?” ungkap Zafran menatap serius sekaligus takut. “Benar. Dia memiliki banyak b***k seperti kami yang digerakkan untuk mengambil kekayaan,” balas Gadis mengangguk mantap. Sontak jawaban itu sukses membuat Zafran melebarkan matanya tidak percaya, kemudian menggeleng pelan menepis kenyataan tidak terduga dari rumah besar di hadapannya. Memang tidak sedikit orang menggunakan kekayaan jalur instan, seperti apa yang Zafran dengar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD