83. Sesuatu Yang Kemungkinan Direncanakan

2008 Words
Keesokkan paginya, Zafran yang semalaman penuh berbincang bersama Gadis pun mendadak malas untuk berangkat ke sekolah. Membuat Adzran berkali-kali mengingatkan sang adik untuk segera keluar dari kamar, tetapi lelaki itu benar-benar keras kepala. Kini Zafran tengah berlarian ke sana-kemari mencari barang sekolahnya yang belum sempat disiapkan sejak semalam. Selesai membereskan pelaratan sekolah, lelaki itu bergegas turun untuk sarapan. Namun, saat melihat arloji yang ada di tangan kirinya hampir menyentuh angkat 7, lelaki itu pun memilih untuk melewatkan sarapan. Membuat kedua orang tuanya berteriak mengingatkan untuk sarapan ketika sampai di sekolah. Akan tetapi, Zafran yang sudah telanjur kesiangan pun sama sekali tidak memikirkan hal tersebut, selain bergegas menuju gedung sekolah SMA Catur Wulan. Pada saat di perjalanan menuju sekolah, pandangan Zafran tanpa sengaja menangkap siluet seorang gadis berlarian di trotoar. Hal tersebut membuat Zafran merasa penasaran, sebab seragam yang dikenakan gadis itu sama persis seperti dirinya. “Lo telat juga?” celetuk Zafran yang jarang sekali memberikan tumpangan. Gadis yang awalnya berlari itu pun menolah, lalu melebarkan matanya terkejut. Keduanya pun sama-sama tidak percaya bertemu di pinggir jalan secara tidak terduga. “Azalia? Ke mana supir pribadi lo?” tanya Zafran menghentikan motornya. “Ah, mobil gue kejebak macet. Karena udah mau telat jadi gue mutusin lari,” jawab Azalia mengembuskan napasnya panjang. “Ya udah naik! Sebentar lagi pintu gerbang ditutup,” titah Zafran memberikan helm pada gadis yang berdiri di trotoar. Sejenak Azalia memikirkan rok pendeknya yang kemungkinan akan terbang ketika tertiup angin membuat Zafran mengembuskan napasnya panjang, lalu memberikan jaket denim miliknya pada Azalia. “Pakai jaket gue!” lanjut Zafran singkat. Melihat hal tersebut, Azalia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan dan langsung menaiki motor besar milik Zafran. Tak lupa gadis itu melingkarkan jaket tersebut untuk menutupi rok pendek miliknya, kemudian secara perlahan menaiki motor besar dengan sedikit berhati-hati. Setelah itu, Zafran langsung menancapkan gas motor besarnya. Mereka berdua benar-benar sampai sebelum pintu gerbang ditutup. Membuat Azalia mengembuskan napasnya lega dan turun dari motor besar milik lelaki di hadapannya. “Makasih, Zaf! Gue enggak tahu apa yang terjadi kalau enggak ketemu lo tadi,” ungkap Azalia tersenyum lebar sembari memberikan helm pada lelaki yang ada di hadapannya. “Ya udah masuk kelas!” balas Zafran mengangguk singkat. “Lo sendiri … mau masuk kelas, ‘kan?” Azalia tampak ingin bersama Zafran menuju kelasnya. “Enggak. Gue mau nyamperin Eve dulu minta sarapan.” Namun, sayang sekali Zafran tidak ingin langsung menuju kelasnya. Lelaki itu malah hendak pergi ke kelas lain terlebih dahulu membuat Azalia tersenyum miris. “Oh … gue ke kelas dulu!” pamit Azalia terasa sangat canggung, kemudian berbalik meninggalkan seorang lelaki yang terlihat kembali mengenakan jaketnya. Sepanjang perjalanan menuju kelas 11 IPA 2, Zafran menarik banyak perhatian. Terlebih lelaki itu belum menaruh tasnya sama sekali membuat banyak siswi memekik kegirangan melihat aura ketampanan dari lelaki di hadapannya memancar begitu kuat. Sesampainya di depan kelas 11 IPA 2, sejenak Zafran memastikan bahwa belum ada guru yang datang sebelum melenggang masuk menemui sahabatnya tengah menulis sesuatu di atas buku. “Evelina!!!” seru Zafran menghampiri sahabatnya dengan girang. Mendengar suara yang tidak asing memasuki kelas itu pun membuat banyak siswi memekik kegirangan. Hal tersebut menjadikan Zafran menaruh telunjuknya tepat di depan bibir. “Ssst … jangan berisik nanti yang lain keganggu!” bisik Zafran mengkode pada siswi di sana untuk tetap tenang. Seakan patuh mendengarkan lelaki tampan itu, mereka pun mengangguk beberapa kali. Kemudian, menatap Zafran dari kejauhan dan sesekali tersenyum penuh memuja. Selesai menenangkan siswi yang ada di kelas tersebut, Zafran menatap ke arah Evelina yang mengernyitkan keningnya bingung menatap kehadiran sahabat masa kecilnya selalu mengacaukan masa remajanya. “Eve, gue minta bekal sarapan lo dong!” ucap Zafran dengan wajah memelas. Evelina mengernyit bingung, lalu mengangguk beberapa kali. “Nih! Gue enggak bawa banyak, tadi udah sempat dimakan juga.” “Enggak apa-apa, yang penting gue bisa sarapan!” pungkas Zafran menggeleng santai, lalu membawa kotak bekal tersebut keluar dari kelas. “Nanti jam istirahat gue balikin!” Mendengar hal tersebut, Evelina hanya menggeleng pelan. Gadis itu tetap diam seakan sudah hafal dengan tingkah sahabatnya yang di luar dugaan. Karena Zafran memang sering kali meminta apa pun pada Evelina. Sepeninggalnya Zafran dari kelas, seluruh penghuni mengembuskan napas kecewa. Sebenarnya mereka ingin sekali menjadi Evelina diperhatikan oleh Zafran, tetapi sayang tidak ada yang bisa menyamai gadis itu. Yang ada mereka malah mendapat masalah jika sampai melukai Evelina. Ekspresi Zafran tampak sumringah berjalan menuju kelasnya sembari sesekali menikmati potongan sandwich dengan donat tabur gula halus yang begitu lembut. Seakan dibuat untuk memanjakan mulut. “Zafran, habis dari mana lo?” celetuk seorang lelaki yang menjadi teman kelasnya tengah bermain sesuatu di atas meja. “Kelas Eve,” jawab Zafran singkat, lalu melenggang santai menghampiri sahabatnya yang menyandarkan tubuh sembari menatap teman sekelas terlihat ricuh. Kedatangan Zafran membuat Reyhan mengernyit penasaran, terlebih di tangan lelaki itu terdapat sebuah kotak bekal milik perempuan. “Gue sama sekali enggak menyangka lo bakalan ngerampok di kelas Eve lagi,” sindir Reyhan tersenyum miring melihat sahabatnya tidak pernah berubah. “Maklum, Rey! Tadi gue kesiangan gara-gara berburu hantu,” balas Zafran mendesis pelan dan kembali memakan sarapan tersebut dengan lahap. “Berburu hantu?” Reyhan menegakkan punggungnya menatap Zafran yang terlihat lelah. “Lo berburu sama siapa?” “Siapa lagi kalau bukan Eve? Lo pikir gue punya orang lain yang bisa ngelihat gituan selain dia?” sinis Zafran menggeleng tidak percaya. Reyhan merangkul bahu sahabatnya, lalu menatap dengan penuh. “Yang sabar, Zaf. Memang terkadang sifat Eve menyebalkan, tapi gue yakin kalau dia itu baik. Makanya minta bantuan lo yang penakut biar enggak jadi takut.” Mendengar hal tersebut, ingatan Zafran langsung mengarah pada pertemuannya dengan Gadis yang ternyata sama sekali tidak menakutkan. Bahkan mereka berdua berbincang cukup lama, sebelum lelaki itu menyadari dirinya harus segera kembali sebelum larut malam. “Tapi, Rey, percaya enggak kalau gue ketemu sama hantu yang super baik? Maksud gue, wujudnya aja yang seram, tapi sebenarnya dia enggak seseram itu,” bisik Zafran dengan nada misterius. ** “Zafran, ke kantin yuk!” Sebuah ajakan tidak terduga itu membuat Zafran mengernyit bingung, kemudian menoleh ke arah Reyhan yang terlihat mengangkat bahunya acuh tak acuh. Tepat ketika bel istirahat berdering memecahkan keheningan, seluruh murid SMA Catur Wulan memang langsung bergegas menuju kantin. Kebanyakan dari mereka berlomba-lomba mencari tempat yang bisa digunakan untuk makan siang. Hal tersebut nyatanya sudah ditunggu-tunggu oleh Azalia yang sesekali memastikan arloji di tangan kirinya tidak melewatkan sesuatu. Bahkan tepat bel berbunyi, gadis itu langsung bangkit dan menghampiri Zafran dengan bersemangat. “Gimana?” tanya Azalia lagi. Ketika menyadari tidak ada jawaban apa pun dari lelaki di hadapannya. Zafran meringis pelan, lalu menatap ke arah wadah bekal milik seorang gadis yang kemungkinan besar tengah menunggu dirinya di dalam kelas. “Hari ini gue yang traktir!” sambung Azalia semakin membuat Zafran merasa bersalah. “Li … sepertinya gue ….” “Gue tahu kok lo mau nyamperin Eve, jadi gue sekalian ikut! Tenang aja,” pungkas Azalia terdengar gencar. Sedangkan Reyhan yang mendengar perkataan itu pun hanya menggeleng tidak percaya membuat Zafran mengangguk pelan. Jelas saja lelaki itu tidak bisa menolak Azalia yang benar-benar terdengar memaksa. Setelah selesai membereskan semua buku, akhirnya kedua lelaki tampan yang menjadi bagian dari The Handsome Guy pun melenggang keluar dari kelas bersama seorang gadis mengikuti dari belakang. Tentu saja tidak dapat dipungkiri banyak siswi mulai membicarakan Azalia yang begitu berani mendekati Zafran di saat seluruh orang segan kepadanya. Walaupun begitu, Azalia sama sekali tidak menganggap semua perkataan itu memasuki hatinya. Gadis itu bahkan terlihat acuh tak acuh meski banyak orang mulai membicarakan dirinya. Hal tersebut membuat Zafran yang menyadarinya hanya menatap tanpa ekspresi, lalu kembali melanjutkan langkah kaki menuju Evelina. Ternyata gadis itu baru saja turun bersama Jordan di sampingnya. “Mana kotak bekal gue!” pinta Evelina langsung menagih barang miliknya pada lelaki menyebalkan yang merampok pagi tadi. Zafran tertawa pelan, lalu memberikan sebuah kotak bekal kepada sahabatnya yang telah kosong. Membuat Evelina menggeleng pelan, lalu mengambil benda tersebut dengan ekspresi seakan lelah terhadap lelaki di hadapannya. Namun, sesaat Evelina menyadari kehadiran orang asing di belakang sahabatnya pun mengernyit bingung. Kemudian, gadis itu menarik lengan Zafran untuk menyingkir dan memperlihatkan seorang gadis yang melebarkan matanya terkejut. “Azalia?” Evelina mengernyit bingung, lalu menoleh ke arah sahabatnya yang meringis pelan. “Tadi Azalia minta bareng ke sini sekalian mau traktir gue yang udah bawa dia pas telat di jalan tadi,” ungkap Zafran berusaha memberikan penjelasan di balik ikutnya Azalia yang terlihat sedikit tidak disukai. “Oh, baguslah. Lebih ramai memang lebih baik,” balas Evelina mengangguk kaku. Setelah itu, kelima murid SMA Catur Wulan itu pun melenggang secara bersamaan membuat banyak tatapan iri dari banyak kalangan. Sebab, memasuki cirlce pertemanan tiga lelaki famous seantero sekolah bukanlah perkara yang mudah, terlebih di sana ada Evelina menjadi satu-satunya primadona bagi tiga lelaki tampan tersebut. Langkah kaki Evelina dan Zafran yang memimpin di depan membuat keduanya tampak sangat bersinar, terlebih gadis itu tanpa sengaja menangkap siluet seorang gadis hendak melangkah, tetapi diurungkannya kembali ketika melihat crush yang secara mendadak melintas. “Yeoso!” panggil Evelina tersenyum picik melihat gadis yang tampak ia kenali hendak melenggang pergi. Panggilan itu pun sukses membuat seorang gadis dengan simpul dasi yang kurang benar membalikkan tubuh, lalu tersenyum canggung melihat kekasihnya tampak terkejut. “Mau ke mana? Udah selesai istirahat?” tanya Evelina berlari kecil menghampiri Yeoso dengan memeluk lengannya antusias membuat Azalia yang berada di belakang menatap tidak suka. Tentu saja Azalia bersusah payah mendekati Evelina hanya untuk mengincar Zafran, tetapi dengan mudahnya gadis itu malah berteman dengan gadis lain yang terlihat sedikit menarik. “Baru selesai,” jawab Yeoso menatap tidak nyaman, terlebih sang kekasih yang terlihat memperhatikan begitu detil. Evelina mengangguk pelan, lalu berkata, “Kalau begitu, temani gue istirahat juga! Kebetulan hari ini Zafran ada latihan basket.” “Hah? Latihan?” tanya Zafran mendadak bingung. Sontak hal tersebut membuat Reyhan mengangguk mengerti, lalu menoleh ke arah sahabatnya yang mendadak bodoh. “Astaga, Zaf, jangan karena telat lo jadi pikun! Ayo, kita ke lapangan!” ajak Reyhan menyeret lengan Zafran secara paksa. Sedangkan Jordan yang melihat tindakan itu pun hanya mengembuskan napas panjang. Tentu saja lelaki itu tidak ingin terlibat dengan sandiwara kedua sahabatnya. Terlebih kali ini kode dari Evelina yng seakan-akan ingin memisahkan diri dari Azalia. Azalia mengernyit bingung melihat ketiga lelaki di hadapanya malah melenggang pergi ke arah lain. Lain halnya dengan Evelina terlihat senang-senang saja ditinggal oleh Zafran pergi. Akan tetapi, Yeoso masih belum menyadari bahwa keadaan semakin rumit tepat ketika ketiga lelaki tampan tu memisahkan diri, terlebih kehadirannya Azalia yang begitu canggung. Sesampainya di depan kantin, Evelina yang terbiasa dilayani tampak mengembuskan napas panjang menyadari betapa ramainya tempat penghilang lapar itu membuat Yeoso membaca situasi langsung menyeret Evelina paksa masuk. “Tenang aja, di sini ada gue yang berpengalaman!” celetik Yeoso percaya diri, lalu membawa Evelina menuju salah satu bangku yang kosong. “Ah, gue ngerti! Jadi, gue tunggu di sini pas lo sibuk pesan makanan, ‘kan?” tebak Evelina mengangguk paham. Yeoso tersenyum lebar, lalu menangkup wajah mungil Evelina dan berkata, “Astaga, enggak sia-sia selama ini lo pergi sama Zafran! Bagus, lo tunggu di sini. Biar gue sama Azalia mengambil pesanan.” Mendengar hal tersebut, Azalia yang dibawa-bawa mengambil pesanan hanya mengangguk kurang minat. Kemudian, kedua gadis itu pun mulai berburu dengan Azalia sama sekali tidak memperhatikan sekitar. Tanpa sengaja langkah kaki Azalia menyenggol dua kakak kelas siswi yang kebetulan tengah membawa bakso panas. Membuat drama mangkuk terjatuh dan pecah tidak terhindarkan. Bahkan Evelina yang melihatnya hanya menatap tanpa ekspresi seakan ia sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. “Azalia, lo buta ada gue di belakang tadi!?” bentak Daneen tidak terima. Sejenak Azalia yang terkejut pun hanya mematung melihat pecahan mangkuk di bawahnya. Gadis itu belum bereaksi sama sekali menjadikan beberapa murid SMA Catur Wulan langsung berbisik-bisik membicarakan Azalia yang pernah melawan senior-nya sendiri. “Ups, gue juga enggak sengaja!” sahut Talitha menuangkan segelas jus jambu tepat di kepala Azalia hingga gadis itu terbatuk sadar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD