1. Sang Cassanova Sekolah
“Siapa lagi dari kalian yang mau ngasih minuman buat Reyhan!!!” teriak Zafran dengan sangat lantang sembari mengitari sekumpulan siswi yang memadati lapangan indoor SMA Catur Wulan.
Sontak teriakan tersebut disambung antusias pada banyak sekali siswi centil yang berlomba-lomba mencari perhatian seorang lelaki tampan dengan keringat membasahi tubuhnya. Reyhan Aditama adalah seorang siswa kelas 11 IPS 2 yang sudah tidak lagi asing di telinga. Bahkan namanya sering kali terpampang di mading sekolah memperlihatkan seluruh kebanggaan dalam bidang non-akademik.
Sedangkan Jordan Rowinski terlihat menatap tanpa minat pada sekumpulan siswi yang sering kali mencari perhatian, tetapi sayangnya sama sekali tidak ditanggapi oleh sahabatnya. Namun, anehnya siswi tersebut malah semakin gencar seakan tidak ada jeranya.
Bahkan tidak dapat dipungkiri dari sekumpulan siswi tersebut ada beberapa di antaranya yang berasal dari sekolah lain untuk menyempatkan diri melihat The Handsome Guy berisikan Jordan Rowinsi, Reyhan Aditama, dan Zafran Marauder melakukan duel one by one.
Tidak sedikit dari kumpulan siswi itu menyukai Zafran sehingga sekalian memanfaatkan kesempatan dengan meminta gorengan bumbu kacang khas Bu Ulis yang menjadi maskot utama makanan di kantin SMA Catur Wulan sekaligus kesukaan banyak orang.
“Zaf, udah jangan malak anak orang lagi,” ucap Reyhan menggeleng tidak percaya, lalu tatapan matanya mengarah pada gadis pendiam yang tanpa sengaja melewati pintu lapangan indoor dengan kepala menunduk menghidari tatapan orang-orang di sekitarnya.
Melihat hal tersebut, Reyhan pun bangkit dan berlari keluar gelanggangan olahraga kecil milik SMA Catur Wulan. Jordan yang menyadari sahabatnya telah pergi lebih dulu pun menggeleng beberapa kali, lalu kembali menatap ke arah Zafran yang sibuk menerima banyak sekali makanan dan minuman. Bahkan lelaki itu terlihat kesusahan membuatnya menatap ke arah Jordan yang lantas disambut dengan datar.
Sementara itu, Reyhan terlihat sibuk mengejar seorang gadis pendiam yang selama ini menutup diri dari dunia luar pun mencekal pergelangan tangannya terasa begitu kecil.
“Mau ke mana?” tanya Reyhan menatap penuh pada siswi mungil yang menaikkan alis kanannya pertanda bertanya.
Evelina Keith menjawab dengan sangat pelan, “Kelas.”
“Gue ikut!” ajak Reyhan tersenyum lebar.
Sejenak Evelina menatap sekitar yang mulai memperhatikan mereka berdua. Entah kenapa ia mendadak tidak nyaman, lalu melepaskan cekalan tersebut dan melenggang pergi begitu saja.
Reyhan yang mengetahui gadis di hadapannya tidak menjawab apa pun langsung mengikuti dari belakang dan mulai mensejajarkan langkah untuk berjalan beriringan.
Sebenarnya, sudah tidak menjadi rahasia lagi kalau The Handsome Guy sangat mengenal Evelina yang berteman dengan Zafran sejak bangku sekolah dasar. Hanya saja mereka berdua sudah tidak lagi sekelas akibat masuk SMA yang ternyata Evelina jauh lebih pintar daripada Zafran. Sehingga lelaki itu memutuskan masuk dalam jurusan yang berbeda.
“Gimana sama Jordan kalau di kelas?” tanya Reyhan di sela-sela langkah kakinya mengantarkan seorang gadis manis yang berada di samping.
“Biasa aja,” jawab Evelina dengan kepala yang terus menunduk seakan gadis itu tidak berani mengangkat kepalanya.
“Eve, lo kenapa nunduk terus? Bukannya beberapa hari belakangan ini lo udah enggak ada yang ganggu lagi, ya?” Reyhan mengernyitkan keningnya penasaran melihat gadis yang selama ini dijaga dengan Zafran dengan baik mendadak kembali seperti dulu.
Evelina menggeleng pelan. “Enggak apa-apa.”
Namun, Reyna tidak mengatakan apa pun lagi. Gadis yang ada di sampingnya benar-benar menutup diri dari dunia luar. Bahkan tatapan tidak menyenangkan dari beberapa siswi SMA Catur Wulan pun sama sekali tidak mengusik Evelina.
Sesampainya di depan kelas 11 IPA 2, Evelina menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Reyhan yang terlihat ingin masuk ke dalam. Lelaki itu benar-benar ingin membuat hidup Evelina semakin resah dengan terus-menerus berdekatan The Handsome Guy.
“Apa lagi, Rey? Jordan keluar kelas sebelum pelajaran berakhir, jadi gue enggak tahu dia ada di mana. Tapi, yang pasti bukan di sini,” ujar Evelina memberanikan diri menatap remaja lelaki tampan di hadapannya yang tersenyum lebar.
“Gue mau pastiin aja kalau lo udah enggak ada yang ngusik lagi,” balas Reyhan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku sembari menatap manis pada gadis manis di hadapannya.
“Astaga, Rey, gue udah enggak ada yang ngusik lagi kok. Lo tenang aja,” keluh Evelina mengembuskan napasnya panjang.
“Lo yakin?” Reyhan menatap penuh memperhatikan bola mata cokelat terang milik gadis manis di hadapannya untuk mencari kebohongan.
“Yakin, Rey. Lo tenang aja,” pungkas Evelina mengangguk mantap, lalu berusaha mendorong tubuh remaja lelaki yang ada di hadapannya untuk segera hengkang dari kelas sebentar lagi akan menjadi heboh. Karena kedatangan Reyhan benar-benar meresahkan.
Akhirnya, mau tak mau Reyhan pun tersenyum kecut. Ia sudah kebal sekali dengan permintaan dari gadis yang ada di hadapannya. Padahal kalau perempuan lain akan sangat bahagia mendapat perhatian penuh dari The Handsome Guy.
Pada saat mereka berdua sibuk berdebat, datanglah dua remaja lelaki yang menyampirkan seragam putihnya di pundak. Menyisakan kaus polos yang terlihat basah akibat keringat. Namun, aroma parfum mewah tetap menguar kuat meskipun keduanya habis berolahraga.
Pemandangan jijik tercetak dari Evelina yang secara terang-terangan menutupi tubuhnya pada punggung lebar milik Reyhan. Sebab, hanya lelaki itu satu-satunya yang sudah tidak lagi berkeringat. Membuat ia tanpa ragu bersembunyi.
“Kenapa ngumpet, Ve? Gue kangen banget sama lo. Udah berapa hari kita enggak bertemu, ya?” celetuk Zafran merentangkan tangannya hendak memeluk gadis manis yang selama ini menjadi sahabatnya.
“Jauh-jauh lo, Zafran! Enggak sudi gue dekat sama lo,” protes Evelina mendelik tidak suka. Kini gadis itu bisa berubah menjadi dirinya sendiri tanpa menutup diri lagi, seperti yang dirinya lakukan saat bertemu dengan Reyhan. Agak sedikit canggung. Selama apa pun Evelina berteman, kalau gadis itu belum bisa menganggap nyaman, ia tidak akan bersikap santai seperti yang dilakukan pada Zafran.
“Ah, elah! Biasanya juga lo langsung peluk gue, Ve,” sungut Zafran melenggang masuk membuat semua siswi yang terlihat sibuk berbincang itu pun menahan napas melihat kedatangan The Handsome Guy.
“Zafran!!!” teriak salah satu siswi kegirangan membuat remaja lelaki berkaus putih polos yang mencetak tubuh kekarnya itu pun mengangguk singkat.
“Iya, santai aja. Kalian lagi ngapain?”
“Gue dengar katanya akan ada hiking, tapi tempatnya kita yang nentuin,” jawab salah satu siswi yang memegang kipas lipat sembari menatap Zafran dengan senyuman manis agar terlihat cantik.
Sejenak Zafran mengernyitkan keningnya menatap Jorban yang melenggang masuk menuju tempat duduk yang berdampingan dengan Evelina. Sayang sekali gadis itu memilih untuk duduk seorang diri tanpa ada siapa pun membuat Jordan berlapang d**a mengalah. Karena hanya Jordan yang bisa melindungi Evelina dari sikap tidak suka para siswi yang menyukai The Handsome Guy. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa Jordan masuk ke dalam salah satu jajaran tersebut, meski terkadang para siswi mundur secara perlahan akibat sikap tidak ramahnya.