39. Lebih Perhatian

1001 Words
Selesai melakukan kegiatan sekolah yang melelahkan, seluruh murid SMA Catur Wulan pun berbondong-bondong menuju parkiran untuk mengambil kendaraan pribadi. Tentu saja kebanyakan dari mereka membawa mobil, tetapi tidak menutup kemungkinan pula menggunakan motor untuk menghindari kemacetan sekaligus melakukan tebar pesona kepada adik kelas maupun kakak kelas. Memang tidak sedikit siswi SMA Catur Wulan melakukkan kegiatannya, sedangkan Evelina hanya monoton sejak kedatangan hari pertama sekolah bersama supir pribadi. Namun, gadis itu memilih untuk turun jauh dari gerbang sekolah. Kali ini The Handsome Guy mengendarai motor besarnya. Mereka bertiga tampak berkumpul sejenak di parkiran sembari membicarakan masalah hiking yang kelihatan aneh sekaligus menyapa beberapa adik kelas melintas dengan sopan dan mencari perhatian. “Lo masih curiga kalau dari salah satu kita yang melakukan kesalahan, Zaf?” celetuk Reyhan membuka pembicaraan di antara kedua sahabatnya. Mereka bertiga tampak duduk di bangku panjang milik penjaga parkir yang sekarang sibuk membereskan motor akibat seluruh murid SMA Catur Wulan mulai kembali ke rumahnya masing-masing. Jordan yang sejak tadi terlihat kalem. Lelaki itu meluruskan kedua kakinya sembari melipat kedua tangan di depan d**a. Menatap tenang pada keadaan yang terjadi di sekitarnya. Sedangkan Zafran masih tetap asyik menikmati siomay bakar yang dibeli ketika mereka melewati kantin. Terkadang memang bisa dikatakan Zafran sangat menyukai makanan. Lelaki tidak akan pernah kenyan, walaupun telah mengonsumsi banyak makanan. Zafran menghentikan kegiatan makannya sesaat, lalu mengangguk pelan. “Gue pikir, mereka enggak akan ganggu kalau enggak diganggu juga. Karena selama ini gue hampir enggak pernah ngelihat Eve berperilaku aneh. Walaupun beberapa kali sempat gue lihat kalau Eve bertindak sedikit membingungkan. Apalagi perubahan mood dia ketika bertemu hantu. Sangat-sangat menyeramkan.” “Menurut lo, Jo?” Reyhan menoleh ke arah sahabatnya yang terbiasa diam. Jordan mengangguk pelan seakan mengiakan perkataan Zafran. Akan tetapi, lelaki itu masih belum bersuara padahal sudah diajak berbincang oleh Reyhan. Melihat respon yang terlalu singkat, Reyhan pun mendengkus pelan. Lelaki itu benar-benar tidak mempercayai bahwa Jordan kembali pada mode dingin. Memang tidak dapat dipungkiri lelaki itu akan lebih banyak diam, meskipun sesekali berbincang. Namun, respon kali ini membuat Reyhan merasa kapok untu mengajak lelaki itu berbincang. Apalagi melihat ekspresi dari Zafran yang benar-benar menjengkelkan. Saat Reyhan hendak bangkit dari tempat duduknya, tiba-tiba Syafa mendekat membuat lelaki itu mengernyit bingung. Ia memang mengenal gadis bergaya centil di hadapannya. “Rey, lo lihat Eve?” tanya Syafa membuat dua lelaki lainnya menoleh, terlebih Jordan tampak menatap gadis itu penuh. Tentu saja ditatap oleh The Handsome Guy membuat siapa pun merasa gugup. Sebab, ketampanan mereka yang tiada tara jelas menjadi satu-satunya kelebihan sekaligus kekurangan untuk menghindari banyak gadis. “Ngapain lo nanyain Eve?” sahut Zafran tidak suka. Sebenarnya memang tidak dapat dipungkiri Evelina benar-benar sendirian di dalam kelas. Meskipun masih ada Jordan, tetapi tetap saja lelaki itu lebih banyak diam. Sehingga Evelina terkadang merasa bosan. “Pak Han mau minta kesaksiannya waktu malam itu,” jawab Syafa sekenanya. Sontak hal tersebut membuat Jordan yang awalnya merasa acuh tak acuh mulai menark perhatian. Lelaki itu menatap serius ke arah Syafa. Walaupun gadis bergaya centil itu tidak pernah mencari perhatian, tetapi tetap saja Jordan bisa mengenali teman sekelasnya dengan baik. “Baru bilang sekarang?” tanya Jordan terdengar tidak mempercayai perkataan gadis tersebut. Syafa mengangguk pelan, lalu menjawab, “Kalau lo enggak percaya lihat grup chat. Gue ngasih tahu ini karena Eve belum baca grup sama sekali, jadi takutnya dia udah pulang.” Mendengar hal tersebut, Reyhan dan Zafran pun kompak menoleh ke arah Jordan yang mulai mengeluarkan ponselnya, lalu mencari pesan dibicarakan oleh Syafa. Sejenak The Handsome Guy saling berpandangan ketika membaca pesan yang baru saja dibicarakan oleh Syafa. Mereka tampak bingung sekaligus tidak percaya, karena Evelina jelas sudah berada di dalam bus. “Eve, biasa megang ponsel enggak, sih?” tanya Reyhan pada Zafran yang menegakkan tubuhnya kembali. Zafran mengangguk singkat, lalu menjawab, “Biar gue aja yang nelepon dia. Karena kartu kita berdua ada gratisan nelepon banyak.” “Anjir, gratisan!” seru Syafa spontan. Sontak ekspresi tersenyum paksa dari Zafran benar-benar membuat gadis itu menggeleng tidak percaya. Nyatanya Evelina dan Zafran memiliki kartu yang sama untuk menghindari tagihan panggilan kalau keduanya saling menghubungi satu sama lain. Zafran mulai memanggil sebuah nomor privat yang hanya dimiliki orang-orang terdekatnya saja. Tak lama kemudian, panggilan Zafran pun tersambung dengan suara berisik layaknya berada di pinggir jalan. “Ve, lo di mana?” tanya Zafran tepat panggilannya tersambung. “Gue lagi di bubble,” jawab Evelina sembari menatap deretan menu minuman berbola hitam yang kenyal. “Lo buka grup sekolah sekarang!” titah Zafran sembari menatap kedua sahabatnya yang mengangguk pelan. “Hah? Ada apa?” tanya Evelina bingung. “Ini masalah Pak Han, jadi gue bakalan jemput lo di sana. Jangan ke mana-mana,” jawab Zafran tegas. Evelina terdiam sesaat, lalu berkata, “Ya udah. Gue juga lagi nunggu bubble.” Tepat mengatakan hal tersebut, panggilan pun terputus dengan Zafran mulai bangkit dari tempat duduknya. Membuat tatapan kedua lelaki tampan itu mengikuti pergerakan Zafran. “Gue mau ke tempat biasa Eve nongkrong dulu, mungkin hampir sampai di rumah. Jadi, kalau kalian mau balik, balik aja. Gue yang nemenin Eve di sini,” ungkap Zafran merapikan jaket kulitnya yang terpasang rapi. “Tapi, kita udah ada jadwal buat sparing futsal, Zaf!” imbuh Reyhan melebarkan matanya terkejut. Tentu saja lelaki itu hampir tidak mempercayai bahwa sahabatnya dengan mudah membatalkan janji mereka dengan tim sekolah lain. Sedikit tidak merelakan kepergian Zafran untuk membantu Evelina. “Santai aja. Nanti selesai ngantar Eve, gue langsung ke lapangan futsal yang biasa,” balas Zafran mengangguk meyakinkan. Setelah itu, Zafran pun mengenakan helm full face, tak lupa pula mengancingkannya agar tidak lepas begitu saja saat lelaki tampan itu menaikkan kecepatan sepeda motor besarnya. “Gue pergi dulu!” pamit Zafran memencet klakson singkat, lalu mengangguk pelan sebelum akhirnya pergi meninggalkan kedua sahabatnya yang mengembuskan napas panjang. Jelas kepergian Zafran kali ini benar-benar membawa kesialan tersendiri. Sebab, bisa dikatakan lelaki itu menjadi pemain yang sangat diandalkan oleh seluruh timnya. Ditambah pertandingan kecil kali ini menggunakan nama sekolah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD