55. Sarkas Untuk Anak Caper

1000 Words
“Yeoso?” Seorang gadis yang sempat mereka kenal dengan baik itu muncul secara tidak terduga di balik tembok tepat mengarah pada kantin dalam. Gadis itu tampak mengurai rambut sepunggungnya yang lurus lembut. Reyhan mengangguk kaku, lalu diam-diam memegangi tangan Jordan untuk menahan kegugupannya berhadapan langsung dengan Yeoso. Padahal mereka sudah sering kali bertemu, tetapi perasaan gugupnya masih tetap sama seperti dulu. “Eve, ini buat lo! Oleh-oleh dari Oma gue yang balik dari Korea,” ucap Yeoso memberikan sebuah paper bag ke arah gadis cantik tersebut membuat Zafran menatap penasaran. “Wah, kue beras atau ramyeon?” tanya Evelina antusias, lalu menerima paper bag tersebut dengan tersenyum lebar. Spontan Yeoso tertawa pelan, lalu mengangguk beberapa kali sembari menjawab, “Bisa dicoba di rumah.” “Buat gue enggak ada?” sahut Zafran mencebikkan bibirnya kesal. “Uhm … kalau lo ada, sih. Cuma gue lupa enggak bawa, nanti deh kalau Oma gue balik lagi dari Korea gue bawain,” balas Yeoso mengangguk pelan sembari menatap tidak ikhlas. Zafran mendecih pelan. “Tahu gitu enggak udah ngasih.” Sejenak Evelina menggeleng tidak percaya melihat Yeoso dan Zafran masih saja sering bertengkar seperti ketika mereka berkenalan waktu itu. Memang tidak dapat dipungkiri keduanya sangat tidak ramah ketika melakukan penyelamatan, walaupun Zafran sudah berusaha dengan sangat baik. Kemudian, Evelina dan The Handsome Guy pun melenggang kembali menuju kantin yang terlihat jauh lebih ramai. Keempatnya membagi tugas untuk memesan makanan sekaligus mencari meja kosong. Tentu saja pilihan pencari meja kosong jatuh pada Jordan yang tidak ingin banyak berbicara. Lelaki itu cukup menunjuk salah satu meja yang masih tersisa, lalu mendudukkan diri di sana tanpa mengatakan apa pun. Sedangkan Evelina mendapat giliran memesan minuman yang tidak terlalu ramai. Gadis itu memilih empat jenis minuman yang berbeda sesuai pesanan masing-masing, kemudian membawanya lebih dulu menuju meja yang telah disediakan oleh Jordan. Reyhan dan Zafran yang selalu kebagian tugas memesan makanan itu pun tampak mengantri lebih panjang. Keduanya mengembuskan napas berat, walaupun mereka bisa saja menerobos sangat tidak diizinkan. Hal tersebut petuah dari Evelina yang selalu mengedepankan budaya untuk mengantri. Tidak peduli seberapa mepet waktu istirahat yang tersisa, jelas mereka harus melakukan kebiasaan untuk mentertibkan lingkungan umum. Tak lama kemudian, pesanan keduanya pun selesai dibuat dengan dua nampan berbeda warna itu pun mulai diangkat oleh Reyhan dan Zafran membelah jejeran siswi yang seakan dikomando. “Lama banget, Zaf!” keluh Evelina mulai membagi satu per satu pesanan dari mereka semua. Evelina yang sejak kemarin menginginkan bakso pun akhirnya tercapai. Sedangkan Jordan tampak memesan siomay, Reyhan memilih mie ayam, dan Zafran selalu pada kecintaannya ketoprak. Apa pun situasinya lelaki itu akan memilih salah satu jenis makanan yang hampir tidak pernah ditemui di tempat mana pun. “Bukannya lo sendiri yang selalu bilang budayakan mengantri?” sinis Zafran mendudukkan diri, lalu meraih segelas teh manis yang telah dipesankan oleh sahabatnya. Evelina meringis pelan, lalu membalas, “Terkadang ekspetasi memang tidak seindah realita. Tahu gitu lo lebih balik menggunakan ketampanan, Zaf.” “Tuh ‘kan! Dasar perempuan sama aja,” keluh Zafran berpura-pura merajuk membuat Evelina mengernyit tidak percaya, lalu mulai menikmati makanannya dengan begitu nikmat. Kehadiran Evelina dan The Handsome Guy benar-benar membuat kantin semakin ramai. Tentu saja kebanyakan dari mereka ingin melihat The Handsome Guy makan bersama di kantin, karena sebelumnya ketiga lelaki tampan itu selalu menghabiskan waktu istirahat dengan melakukan olahraga singkat. Saat keempatnya asyik menikmati makanan, tiba-tiba kedatangan seseorang membuat Evelina yang pertama kali mengangkat kepalanya dengan kening berkerut bingung. “Siapa dia?” tanya Evelina pada Zafran yang berada tepat di sampingnya dan sesekali mengambil bakso milik gadis tersebut. Lelaki itu mengangkat kepala, lalu kembali menatap sepiring ketoprak yang ada di piring. Seakan tidak menganggap kedatangan seseorang tersebut sama sekali. Sedangkan Reyhan tampak menoleh dengan kening yang berkerut bingung, lalu menjawab, “Oh itu murid baru yang ada di kelas, namanya Azalia.” Jordan menatap sesaat, lalu kembali memakan makanannya dan mengacuhkan gadis tersebut. Nyatanya hanya Evelina yang memperhatikan kedatangan Azalia mencari meja kosong. Padahal gadis itu ditawari banyak lelaki, tetapi tidak ada satu pun yang diterima oleh Azalia. Namun, gadis itu malah menghampiri ke arah Evelina dan The Handsome Guy berada. “Gue … boleh duduk di sini?” tanya Azalia menatap satu per satu dari ketiga lelaki tampan itu, lalu berhenti menatap Evelina dengan sorot mata meminta. Evelina meringis pelan, lalu mengangguk kaku. “Meja masih banyak kok, tapi kalau lo mau di sini enggak apa-apa.” Aliza tersenyum tipis dan mendudukkan diri di kursi kosong tepat di samping Zafran. Membuat tatapan Reyhan terangkat sesaat, lalu kembali fokus pada makanannya. Ternyata yang merasa aneh bukan hanya Reyhan, melainkan Jordan pun ikut diam-diam memperhatikan kedatangan Azalia yang terkesan pemberani. Gadis itu bukan menarik untuk dilihat, tetapi diselidiki seakan ada maksud terselubung. “Maaf, Zaf. Gue di samping lo lagi, ya. Karena gue di sini benar-benar belum punya teman,” celetuk Azalia di selingi senyuman manis membuat Evelina mengangkat alis kanannya, lalu mengendikkan bahunya acuh tak acuh. “Oke,” balas Zafran singkat. Entah kenapa sejak kedatangan Azalia, suasana meja tampak sangat hambar tidak ada yang membuka percakapan sama sekali. Padahal awalnya mereka semua biasa saja sampai kehadiran orang asing yang bermaksud untuk lebih akrab. Selesai makan, Jordan dan Reyhan pun tampak saling diam satu sama lain. Jika biasanya, mungkin mereka akan membawa lelucon garing yang menyenangkan sampai perut Evelina tergelitik. Akan tetapi, kali ini benar-benar terasa aneh sampai Evelina mendadak merasakan aura dingin di sekitarnya. “Habis ini kalian mau ke mana?” celetuk salah satu dari dua gadis yang berada di meja tersebut. Namun, yang bertanya bukanlah Evelina, melainkan Azalia. Gadis itu baru saja menyelesaikan kegiatan makan siomay sama seperti Jordan. Evelina mengangkat alisnya bingung melihat tidak ada yang mau menjawab gadis itu lagi, sampai ia kembali bersuara. “Langsung ke kelas. Lo juga?” “Uhm … bareng deh. Gue juga agak enggak nyaman sama murid lain,” jawab Azalia terdengar santai. “Maksudnya bukan kelas 11 IPS 2, tapi kelas gue. Kelas 11 IPA 2,” ralat Evelina cepat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD