56. Sok Pemberani

1001 Words
Selesai dari kantin, Evelina dan The Handsome Guy pun benar-benar menuju kelas 11 IPA 2 meninggalkan Azalia yang ternyata memutuskan untuk berpisah. Gadis itu tampak melangkah bersebarangan menuju kelas 11 IPS 2 untuk melakukan kegiatan membaca demi mengejar ketertinggalannya dengan murid lain. Di sela langkah kaki menuju kelas yang isinya hampir orang-orang ambisius, Evelina pun menghadang ketiga lelaki tersebut dengan merentangkan tangannya dan menatap serius. “Kalian berdua itu kenapa, sih? Teruntuk Rey sama Zafran yang sekelas sama Azalia,” tanya Evelina bingung sekaligus kesal. Sedangkan Jordan yang merasa keberadaannya aman hanya menyandarkan tubuh pada tiang sekolah. Lelaki itu melipat kedua tangannya di depan d**a sembari memperhatikan Evelina yang mulai kesal akan tindakan kedua lelaki tersebut. Zafran menukik alis pongah, lalu menjawab, “Gue kenapa? Tadi dia ngomong gue jawab kok. Si Rey itu yang enggak jawab sama sekali.” “Eh! Gue ngerasa dia agak aneh, makanya gue malas ngeladenin. Apalagi tadi! Cih, rasanya mau gue usir aja dari kelas,” sahut Reyhan tidak suka. Evelina menganga tidak percaya melihat kedua lelaki di hadapannya yang bisa dikatakan hampir tidak pernah membicarakan siapa pun. Kini benar-benar membicarakan murid baru yang belum dikenal selama 24 jam. “Astaga, kalian itu jangan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu, karena jatuhnya bisa jadi fitnah. Ini sama orang baru yang belum dikenal selama 24 jam. Enggak bisa mencap sebagai gadis aneh,” bela Evelina menggeleng tidak percaya menatap kedua lelaki itu yang terlihat acuh tak acuh. Melihat Evelina yang mendadak marah, ketiga lelaki itu pun kompak panik. Mereka langsung menghalangi langkah kaki gadis tersebut dengan membatasi pergerakannya membentuk lingkaran. Kemudian, satu sama lain mulai melontarkan candaan hingga Evelina tanpa sadar ikut tertawa gemas membuat beberapa siswi yang berada di sekitar menatap sinis. Namun, mereka tidak ada yang berani berbuat lebih, akibat sesuatu telah terjadi pada anak kelas 12. Sedangkan Azalia diam-diam melihat kedekatan Evelina dan keempat sahabatnya. Wajah gadis cantik itu tampak tidak suka. Padahal ia cukup populer untuk kalangan anak baru yang langsung dikenal oleh satu sekolah. Akan tetapi, semua itu tidak akan sebanding jika Azalia memanfaatkan popularitas sebagai kekasih dari salah satu ketiga lelaki tampan tersebut. Membuat gadis itu mulai berkeinginan untuk mengincar salah satu dari mereka, lebih tepatnya pada Zafran. “Lo yang murid baru namanya Azalia itu, ‘kan?” celetuk sekumpulan para siswi nakal menatap dengan mata menantang. Azalia membalikkan tubuhnya santai, lalu menukik alis pongah. Ia sudah kebal melawan para siswi yang memiliki gaya selangit untuk mencari kekuatan. “Kenapa?” tanya Azalia melipat kedua tangannya di depan d**a dengan wajah menantang, seakan tidak ada takut-takutnya melihat sekumpulan geng kakak kelas sebelah yang selalu mencari masalah dengan Evelina. Tentu saja salah satu dari ketiga kakak kelas itu sempat memiliki permasalahan dengan Evelina, tetapi ia memilih untuk berdamai dengan sekolah agar posisinya tetap aman. Namun, siapa sangka gadis itu malah tetap melakukan kebiasaannya dengan menerror Evelina kembali. “Lo enggak kenal sama gue?” sinis gadis itu menukik alis tidak percaya, lalu menoleh ke arah dua dayang di sampingnya. “Kasih dia pengertian!” “Azalia Chandania, siswi baru cukup populer kelas 11 IPS 2 yang menjadi cucu pewaris kerajaan bisnis dari Candra Group. Benar, bukan?” ungkap Talitha tersenyum miring, lalu menoleh ke arah Sabiya yang masih terdiam. “Cepat lo ngomong!” Sabiya mengembuskan napas panjang, lalu berkata, “Kenalin ini ketua geng kita, Daneen Fairuz Irbah kelas 12 IPS 3 yang menjadi ahli waris dari I Entertaiment. Perusahaan musik yang berbasis di Korea Selatan dan menjebolkan banyak idol grup sempurna.” Azalia tampak biasa saja mendengar penjelasan dari dua dayang di hadapannya. Gadis itu hanya mengangguk-angguk malas, lalu menyibak rambutnya ke belakang. “Oke, jadi lo mau apa?” tanya Azalia menegakkan tubuhnya menatap Daneen serius. Tentu saja untuk ukuran ketua geng kakak kelas nakal, Daneen sama sekali tidak memiliki bibit tersebut. Gadis itu tampak sangat manis, walaupun wajahnya ber-make up tebal ala wonder woman seakan untuk memberikan kesan mengintimidasi. Namun, anehnya dua dayang itu tampak sangat patuh di bawah kendali Daneen seakan ada sesuatu yang membuat mereka terpaksa melakukannya. “Gue mau lo gabung sama kita!” jawab Daneen tegas membuat dua dayang itu pun mundur. “Gabung?” Azalia tertawa pelan. “Lo bercanda sama gue? Mana ada seorang senior ngajak junior-nya gabung? Ngaco lo! Kekurangan orang atau popularitas?” Perkataan penuh ejekan itu membuat Daneen benar-benar sakit hati. Gadis itu mengepalkan tangannya kuat, melayangkan sebuah tamparan cukup kuat. Sontak beberapa murid yang berada di sekitar mereka langsung menganga terkejut. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Daneen akan sangat menyeramkan ketika marah. “Perkataan lo benar-benar buat gue marah, Azalia. Jangan sombong sebagai anak baru punya popularitas, karena lo enggak ada apa-apanya dibandingkan gue. Jadi, jangan terlalu sok kalau masih ingin ada di sini,” ucap Daneen menatap tajam, sebelum akhirnya melenggang pergi dengan sengaja menabrak bahu gadis itu keras. Sedangkan Sabiya dan Talitha yang melihat tindakan berani Azalia hanya menggeleng pelan. Keduanya tampak menatap prihatin ke arah anak baru yang mungkin akan memiliki banyak musuh. Akan tetapi, mereka sama sekali tidak ingin mengatakan apa pun, selain menyusul kepergian Daneen yang melangkahkan kakinya menuju kelas 12 tepat di atas gedung kelas 11. Untung saja kelas mereka dibagi bersadarkan subjek induk dari pembagian tersebut, sehingga tidak perlu merasa kesulitan untuk mencari kelas. Sepeninggalnya Daneen beserta dayang-dayang, Azalia menatap acuh tak acuh. Gadis itu terlihat sama sekali tidak bergeming dengan ancaman yang dilontarkan oleh Daneen. Memang bisa saja terjadi, tetapi gadis itu memilih untuk mengabaikannya begitu saja. Sedangkan beberapa siswi yang melihat perbincangan itu pun hanya menatap sekilas, lalu melenggang pergi begitu saja. Seakan tidak pernah terjadi apa pun sebelumnya. Karena hal ini menyangkut dengan Daneen, sehingga mereka memilih untuk mencari aman dibandingkan masalah yang mungkin berkepanjangan. Akan tetapi, tidak sedikit para siswi saling berbisik satu sama lain membicarakan nyali besar Azalia yang menantang Daneen. Gadis itu bahkan tidak merasa takut sama sekali terhadap tatapan mematikan Daneen, seakan sudah biasa menghadapi orang-orang seperti itu. Namun, tetap saja banyak yang menyayangkan tindakan berani Azalia untuk ketenangan di masa depan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD