54. Anak BARU

998 Words
Kehidupan anak sekolahan memang tidak jauh dari belajar, bermain, dan melakukan banyak eksperimen sebelum menempuh kehidupan pra-kuliah. Tidak sedikit anak kelas 12 berlomba-lomba memperluas koneksi agar hidup lebih damai sekaligus sejahtera. Lain halnya dengan anak kelas 11 IPA 2 yang tampak lebih berisik dibandingkan biasanya. Ternyata mereka sedang membicarakan masalah anak baru yang akan memasuki kelas 11 IPS 2. Tentu saja anak baru yang digadang-gadang seorang perempuan itu menggemparkan seluruh murid SMA Catur Wulan akibat kecantikannya. Semua bermula dari salah satu anak kelas 10 yang berada di lantai berdekatan dengan ruang guru itu tidak sengaja menabrak salah satu siswi berseragam sangat mencolok. “Ma … maaf, Kak!” sesal siswi perempuan berkuncir kuda dengan kacamata tipis bertengger di pangkal hidungnya. Siswi kelas 10 itu tampak membawa lima buah prakarya yang hampir jadi membuat seluruh benda tersebut jatuh berantakan di bawah. Untung saja tidak ada yang rusak, mungkin ia akan mendapat masalah. Kemudian, siswi tersebut langsung memunguti prakarya yang terjatuh dengan dibantu oleh seorang murid baru bertangan mulus nan putih. Membuat siswi itu tercenung sesaat dan kembali menunduk singkat, lalu berlari pergi. Semua drama pagi itu benar-benar membuat heboh seluruh kalangan murid SMA Catur Wulan yang sama sekali tidak menyangka akan ada murid baru di pertengahan tahun ajaran baru. Namun, sayang sekali semua itu masih menjadi misteri yang belum bisa diperlihatkan secara fakta. Karena mereka semua harus memulai pembelajaran pertama yang cukup membosankan. Sementara itu, di sisi lain tepatnya kelas 11 IPS 2 tampak menatap seorang gadis yang berada di depan tengah memperkenalkan diri. Banyak dari mereka terpaku pada kecantikan gadis tersebut sampai tidak sedikit para lelaki mulai bersiul menggoda. “Silakan perkenalkan diri kamu!” titah Bu Liane tersenyum ramah ke arah gadis berseragam putih abu-abu di sampingnya. Siswi cantik itu pun mengulas senyum manis, lalu berkata, “Perkenalkan nama saya Aliza Chandani dari Osaka, Jepang. Senang bertemu kalian dan semoga kita berteman dengan baik.” “Baik, perkenalannya ditunda dulu. Silakan duduk, Aliza,” balas Bu Liane mengangguk singkat. “Di mana, Bu?” tanya Aliza bingung, sebab di hadapannya terdapat empat kursi kosong yang salah satu di dekat Zafran. Sebenarnya lelaki itu duduk bersama Reyhan, tetapi hari ini Zafran memilih untuk sendiri. Sedangkan sahabatnya tampak duduk bersama Dara untuk memberikan banyak catatan dan tugas sebagai ketua kelas yang baik. “Di samping … Zafran, tolong angkat tanganmu.” Bu Liane menunjuk ke arah seorang lelaki berpakaian acak yang merebahkan kepalanya di atas meja. Sontak perkataan itu pun membuat Zafran mengernyit bingung, lalu mengangkat tangannya protes, “Bu, saya ‘kan duduk sama Reyhan!” Bu Liane menoleh ke arah seorang lelaki yang masih sibuk mengarahkan siswi di sampingnya. “Reyhan, kamu duduk bersama Dara selama beberapa hari, biar Zafran duduk sama Aliza untuk memberikan banyak pengarahan.” “Baik, Bu!” pungkas Reyhan patuh. Sedangkan Zafran melebarkan matanya tidak percaya. Lelaki itu pun menatap ke arah sahabatnya yang terlihat mengangkat bahunya acuh tak acuh, kemudian kembali menatap ke arah buku besar di hadapannya. Aliza yang melihat wajah protes Zafran pun tersenyum tipis, lalu melenggang santai menghampiri seorang lelaki yang terlihat sangat tampan. Membuat beberapa siswi tampak tidak suka dengan wajah Aliza yang seakan mencerminkan sesuatu. Sesampainya di bangku, Aliza tampak tersenyum manis dan mengulurkan tangannya ke arah Zafran. Lelaki tampan yang acuh tak acuh akan kehadiran seorang gadis cantik di sampingnya. Bahkan Zafran tampak tidak bergeming sama sekali, selain tetap memperhatikan buku di hadapannya. “Hai, gue Aliza!” sapa gadis itu dengan ramah. Zafran berdeham pelan sembari mengangguk singkat. Melihat respon dingin itu, Aliza menarik tangannya kembali dan mulai mengeluarkan buku baru dari dalam tasnya. Kemudian, mendengarkan seluruh penjelasan dari Bu Liane meski sedikit kesulitan akibat Aliza belum memiliki buku paket. Zafran lama-kelamaan tidak tega mengabaikan gadis yang ada di sampingnya. Karena ia menjadi teringat akan kehadiran Evelina yang selalu ingin diperhatikan membuat lelaki itu terbiasa, sehingga sulit mengacuhkan gadis mana pun. Dengan gerakan malas, Zafran menggeser bukunya tanpa mengatakan apa pun. Sebab, ia masih sibuk mencatat banyak penjelasan rumit yang dibicarakan oleh Bu Liane sampai istirahat tiba. Keduanya memang tidak memulai perbincangan apa pun sampai bel istirahat berbunyi, selain Zafran bergegas keluar bersama Reyhan untuk mendatangi kelas Evelina dan Jordan. Tentu saja salah satu tindakan rutin yang sering dilakukan antara keduanya, tidak menutup kemungkinan terkadang Evelina memilih untuk berada di perpustakaan dibandingkan bersama ketiga lelaki tampan tersebut. “Evelina!!!” seru Zafran menggelegar memanggil seorang gadis yang hendak berbelok ke arah toilet. Mendengar hal tersebut, Evelina pun membalikkan tubuhnya kembali. Kemudian, melebarkan matanya tidak percaya melihat Zafran begitu berani memanggil dengan suara lantang seperti itu. “Mau ke mana lo?” tanya Zafran tidak suka. “Gue mau ke toilet, Zaf. Astaga, lo enggak perlu teriak-teriak juga kali,” jawab Evelina mengembuskan napasnya kesal, lalu menoleh ke arah sekitar yang memberikan banyak pandangan sinis. Zafran tersenyum jenaka dan mengacak rambut sahabatnya dengan gemas. “Gue kira lo mau kabur lagi dari pandangan Jo. ‘kan gue jadi sedih.” Evelina memutar bola matanya malas, lalu melenggang pergi begitu saja karena sudah sangat tidak tahan. Ia benar-benar ingin ke toilet akibat ulah Jordan yang memberikan minuman dingin di tengah pelajaran. Untung saja tidak sampai bocor, mungkin Evelina akan sangat menyalahkan lelaki tersebut. Selesai melakukan setoran di dalam bilik, Evelina pun keluar dan masih mendapati The Handsome Guy menggemarkan bilik toilet perempuan. Tidak sedikit para siswi mencari perhatian dengan bolak-balik melintas membuat Evelina meringis pelan. “Astaga, kalian bisa langsung ke kantin duluan!” keluh Evelina tertahankan menatap betapa miskinnya tiga lelaki itu ternyata meminta beberapa makanan milik siswi yang baru saja dari kantin. Reyhan asyik menikmati kripik kentang di tangannya pun menoleh, lalu membalas, “Enggak apa-apa, Ve. Memanfaatkan ketampanan Zafran dan popularitasnya buat nunggu lo selesai.” Evelina menggeleng malas, lalu melenggang pergi begitu saja membuat ketiga lelaki itu pun mengikuti dari belakang. Sesekali Reyhan menyapa beberapa siswi yang melintas berlawanan arah dengan mereka. “Reyhan, gue tunggu di parkiran!” celetuk salah satu siswi membuat langkah Evelina dan The Handsome Guy spontan berhenti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD