Arsen melirik ke arah pintu kamar yang masih tertutup rapat. Sejak sarapan dan mencuci piring tadi, Nana langsung kembali ke kamar dan tak keluar lagi hingga sekarang. Wanita itu tampak masih lemah. Sarapannya pun tidak ia habiskan tadi. Namun, Arsen terlalu gengsi untuk melihat keadaaannya meski ia penasaran. “Bodo amatlah dia mau menilaiku seperti apa nanti. Daripada aku terus-terusan khawatir kayak orang gila di sini, kan,” ujarnya. Lelaki itu lantas bangkit dari sofa nyaman yang ia duduki. Ia berjalan menuju ke pintu kamar mereka. Namun, saat pintu itu tiba-tiba mulai terbuka dari dalam, dengan segera Arsen memutar tubuhnya dan kembali membanting tubuhnya di sofa serta bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Arsen hendak berpura-pura tidak melihat ke arah Nana yang baru saja keluar