12. Menahan Diri

2946 Words
Naya POV. DARAYYAN NOAH SUMARIN TEDJA. Itu nama lengkap Noah yang aku janji ceritakan sebelumnya. Teman lelakiku yang lain setelah FABIENZ BIYAN SYAHREZA. Penampakan keduanya terlihat sekali blasteran, mama mereka memang keturunan bule. Noah yang aku tau, eyang utinya asli peranakan bule Belanda. Kalo Biyan aku kurang tau pasti, mungkin Jerman, kalo tidak salah. Yang aku tau, mama Biyan bermata biru macam tante Noni, istri om Nino. Dan dulu di sekolah, terutama saat kami sama sama SMA, Biyan dan Noah jadi idola karena mereka terkenal sebagai cowok baik baik karena termasuk dalam jajaran OSIS. Noah aktif di ekskul basket sampai akhirnya jadi kapten basket, dan Biyan aktif di OSIS sampai akhirnya jadi ketua OSIS. Sama sama tidak pernah terlihat tuntang tenteng cewek mana pun di sekolah atau di luar sekolah, selain yang aku kenal baik. Itu saat kami kelas 1 SMA. Berbeda dengan Ello dan teman akrabnya Zuriel atau di kenal dengan nama Iyel di sekolah. Ampun kalo mereka, cewek mana di sekolah yang belum mereka jadikan gebetan. Rasanya hampir cewek cantik di sekolah. Tapi ya gitu, tidak ada yang benar benar mereka jadikan pacar. Ello terlalu sibuk menggangguku di sekolah, sementara Iyel terlalu sibuk mengganggu Sarah, putra teman papaku juga dan satu angkatan dengan mereka berdua, dan satu lagi Kiera sepupuku, hanya karena alasan, mami Kiera pernah jadi mantan gebetan papa Iyel, om Marco namanya. Tapi aku tidak berniat juga menceritakan lebih lanjut soal Ello, Iyel atau Biyan. Biyan akhirnya pacaran dengan Maura, kembaran Kimmy, anak kembar om Nino. Di saat mereka semua pindah ke sekolah yang sama denganku saat Kimmy hampir di lecehkan kakak kelas di sekolah mereka sebelumnya lalu buat Kiera dan Maura melawan lelaki itu sampai masuk rumah sakit. Jadilah Maura dan Kiera di DO dan harus pindah sekolah, sampai kemudian di tahun ajaran baru, Bella dan Kimmy juga ikutan pindah. “Bie, gue kayanya suka Naya deh. Menurut elo gimana?, enak gak ya sama bang El” kata kata Noah yang tidak sengaja aku dengar saat bicara dengan Biyan di ruang OSIS. Aku yang wakil ketua ekskul tari atau dance waktu itu memang harus ke ruang OSIS, jadi aku tidak sengaja mendengar percakapan mereka berdua. “Ya maju aja, kenapa mesti gak enak sama bang El?. Memang Naya sama bang El pacaran” jawab Biyan. Terdengar decakan Noah waktu itu. “Rasanya semua orang juga tau Bie, kalo bang El suka sama Naya. Elo lihatkan mepet banget trus di sekolah?” bantah Noah. “Lah elo sendiri bukannya dekat banget juga sama bestie sepupu elo, yang emaknya teman emak elo?. Siapa deh namanya?, Bella. Elo kan sering cerita sama gue. Apa dengan begitu elo suka Bella?, gak kan?” jawab Biyan. “Bella mah gue anggap teman doang kaya gue anggap dia sepupu gue. Repotin gue mulu juga, terus centil banget. Gue gak suka cewek centil gitu, elo aja gak suka” jawab Noah. Terdengar tawa Biyan. “Habis cewek yang gampang akrab sama orang, bikin ribet jagainnya. Ya bukan artinya kecentilan juga sih menurut gue” jawab Biyan. “Elo emang cocok tuh suka sama sepupu gue, Maura. Sayang susah sih kenalin elo ke Maura. Ayah Nino galak kalo urusan anak kembarnya. Bang Timmy doang yang punya akses dekat sama anaknya, Kenzo sama gue. Elo taukan?” jawab Noah. Biyan terdengar tertawa lagi. “Keceh sih sepupu elo, matanya itu loh. Si Sleping beauty…” komen Biyan. Aku tau sih cerita kenapa Biyan panggil Maura dengan sebutan Sleping beauty. Kisah waktu kami masih kecil dan pernah ada pertunjukan dongeng putri tidur dengan Maura sebagai pemerannya. Noah yang berperan jadi pangeran waktu itu menolak mencium Maura yang ternyata tidur beneran, lalu gara gara kejahilan Ello yang bilang pada Biyan, kalo putrinya harus di cium supaya bangun, eh malah Biyan yang mencium Maura waktu itu. Ramai deh waktu itu om Nino ngamuk, sampai berusaha sekali menjauhkan Maura atau Kimmy dari anggota keluarga Syahreza. Jadi mirip kisah Romeo dan Juliet kalo semua orang bilang. Soalnya sejak awal om Nino dan papa Biyan itu seperti musuh abadi. Eh anak anaknya malah jatuh cinta dan pacaran. “Maura sama Kimmy kembar, kalo Maura elo bilang sleping beauty, terus Kimmy apaan?. Lebay aja elo mah” kata Noah. “Tetap di mata gue. Gue bisa bedain kok mana Maura, mana Kimmy” jawab Biyan. “Ketemu aja elo gak pernah dari terakhir di resepsi nikahan papa Eno, paling elo lihat di internet, gimana bisa elo bedain?” protes Noah. Biyan terdengar tertawa lagi. “Bisa aja, bang Timmy aja bisa bedain mana Kimmy dan Maura. Walaupun mata mereka sama sama hijau dan mereka berpenampilan sama” jawab Biyan. Noah tertawa saat itu. “Gue sih bilang elo gila, bisa suka sama cewek yang gak pernah elo temuin secara langsung kecuali masih kecil waktu itu. Cocok emang kayanya kalo elo sama Maura. Butuh orang sesakit jiwa elo buat hadapin ayah Nino yang sakit jiwa. Persis bang Timmy yang sakit jiwa banget, masa suka sama Kimmy dari orok” komen Noah. Biyan tertawa lagi. “Serah elo lah. Intinya buat apa layani cewek yang elo gak merasa klik, buang waktu doang. Mending focus sama yang elo ngerasa klik, elo seriusin, terus elo perjuangin. Bokap gue dulu gitu sama nyokap gue. Yang pasti pasti aja No, biar gak banyak drama” komen Biyan. “Jadi gak apa nih kalo gue deketin Naya, elo gak suka Nayakan?” tanya Noah. “Elo udah tau jawabannya, jadi gue gak harus jawab” jawab Biyan sebelum aku menjauh dari depan pintu masuk ruang OSIS, takut mereka tau kalo aku menguping. Itu pun dengan perasaan hatiku yang deg degan. Rasanya itu mungkin pertama kali aku merasakan suka pada seorang cowok. Siapa yang tidak baper coba?. Di sukai lelaki sekeceh Noah?, trus berprestasi dan tentu saja dari keluarga kaya. Semua cewek pasti baper, ya aku juga. Mendadak aku sering gelisah kalo Noah mulai memberikan aku perhatian, padahal hal yang biasa dia lakukan. Aku juga deg degan, kalo Noah akan marah atau kesal, tiap kali dekat aku lalu muncul Ello bergabung mendekat aku dengan jargonnya sejak kecil, Naya sayang aku. Ampun deh waktu itu situasinya. Noah sampai sempat antar aku pulang sekolah dan aku selalu mengiyakan. Tapikan aku cewek, masa aku yang bilang suka duluan, jadi aku nikmati saja diam diam perhatian Noah, sekalipun aku sering mendapati Noah chat atau mengangkat panggilan Bella. Aku menganggapnya seperti aku dan Ello yang sering ribut tapi tidak pernah bisa saling benci, karena seperti Ello yang aslinya baik, Bella juga baik sekali. “Kak Naya mau aku bilang mami aku supaya om dokter yang dekat mama kakak, jangan dekatin mama kakak lagi?. Aku bisa kok minta itu sama mami aku. Mami aku dokter pasti kenal sama om dokter yang dekatin mama kakak Naya” kata Bella waktu kami kecil dan aku kesal karena mamaku di dekati dokter yang ternyata sudah punya istri dan ternyata teman mamaku. Waktu om Rey terlihat dekati mamaku juga Bella jelas jelas minta om Rey menjauhi mamaku. Pemikiran kami yang waktu itu masih sederhana penyebabnya. Gara gara om Rey baik sekali pada Naka sewaktu kecil. Mama juga akrab dengan om Rey yang akhirnya nikah dengan sahabat baik mama, karena papanya tante Kalila adalah teman baik almarhum opaku sewaktu jadi tentara. “Om Rey jangan dekatin tante Sashi. Kasihan kak Naya, soalnya maunya tante Sashi nikahan lagi sama om Saga. Om Rey taukan om Saga?, yang suami tante Rara yang meninggal karena kanker?. Om Saga itu papa kandung kak Naya sama dede Naka. Om Rey cari lagi aja cewek lain buat jadi istri om Rey. Om kan ganteng, nanti aku minta deh sama mami aku, supaya kenalin om Rey sama dokter keceh anak buah mami aku” kata Bella waktu itu. Aku mana mungkin berani bicara pada om Rey yang baik sekali seperti abi Alif, yang jadi suami kedua mama dan dokter juga. Teman baik dokter Rey juga semasa hidup, makanya mama bisa kenal baik dengan om Rey. Ruwet deh pikiranku waktu kecil dulu, padahal masalahnya sederhana. Aku hanya mau papa dan mamaku bersatu lagi setelah papa kembali jadi duda karena bunda Rara meninggal, dan mama jadi janda lagi setelah abi Alif meninggal. Sebaik itu Bella dan terus baik sampai kami dewasa sekarang. Tapi karena Noah, hubunganku dengan Bella tidak seluwes hubungan pertemananku dengan Maura, Kimmy dan Kiera sepupuku. Juga kak Sarah dan kak Acha yang jadi kakak kelasku dan anak anak teman papaku. Hubunganku dengan Bella seperti ada jarak, dan seperti ada yang mengganjal. Aku yang merasa tidak enak terus, tiap kali ada di antara Noah dan Bella, dan Bella seperti tidak enak juga kalo tiba tiba muncul dii antara aku dan Noah. Seperti ada kata yang tidak bisa saling kami ungkapkan tentang perasaan kami masing masing kalo ada di waktu dan tempat yang sama. Aku yang biasanya mengalah atau menghindar, karena aku sadar betul kalo bersaing dengan Bella untuk urusan Bella tentu aku kalah. Bella itu seperti tau everthing about Noah. Bella tau gimana meredam emosi Noah, saat dia emosi. Bella tau gimana buat Noah ceria lagi. Bella tau gimana caranya mendukung Noah dengan caranya. Mau Noah marah, ngomel, sampai ngamuk karena sesuatu, hanya Bella yang berani mendekat dan tahan dengan sikap Noah yang meledak ledak, yang lain tidak akan sanggup, apalagi aku. Malesin aja menghadapi mulut Noah yang kadang kasar dan ceplas ceplos seenaknya. Mereka berdua seperti bang Timmy dan Kimmy yang punya story kenangan masa kecil yang membuat mereka sulit di lepaskan atau di memisahkan diri. Hanya bedanya bang Timmy sejak kecil selalu bilang pada kami semua kalo dia hanya sayang Kimmy lebih dari rasa sayang dan perdulinya pada yang lain. Termasuk padaku yang dulu sering berada di rumahnya kalo mamaku sibuk kerja dengan tante Noni. Papa dan mama bang Timmy suka anak perempuan karena adik perempuan bang Timmy meninggal saat kecil. “Abang sayang kamu, jadi abang mau bantuin kamu urus dede Naka, sama bantu kamu kalo kamu kesusahan. Tapi kalo Kimmy juga kesusahan, maaf ya Nay, abang pasti lebih milih Kimmy karena abang sayang Kimmy banget dari Kimmy kecil. Kamu jangan marah ya, nanti kalo abang gak bisa bantuin kamu, abang minta tolong sama yang lain supaya bantuin kamu. Ada Noah, Kenzo juga. Okey Nay?” kata bang Timmy waktu aku kecil. Dan dia bilang itu juga pada yang lain. Semua akhirnya mengerti, siapa yang selalu jadi prioritas bang Timmy sekalipun bang Timmy baik dan perhatian pada Maura, Kiera juga Bella. Pada Sarah dan kak Acha pun itu. Atau pada semua cewek. Tapi bang Timmy tau batas, seperti Biyan juga. Tidak seperti Noah, yang perhatian terus padaku, tapi tidak pernah bisa berhenti perduli pada Bella. Ya akhirnya aku ada di kondisi di mana Noah yang janjian mengantarku pulang selepas aku latihan tari di sekolah dan dia latihan basket. Aku tunggu dia di sekolah, karena aku pikir dia sedang mandi di ruang ganti anak lelaki, karena masih ada anak anak basket, teman dia latihan. Ternyata Noah sudah pulang duluan untuk menjemput Bella yang juga sendirian di sekolah, karena yang lain sudah pulang. Padahal kalo di lihat situasinya, dia bisa saja minta tolong bang Timmy menjemput Bella atau Kenzo, atau papinya Bella, dan bukan melupakan aku di sekolah. Sampai aku nangis karena bingung harus minta tolong siapa waktu itu. Papaku sedang di luar kota, dan mamaku sibuk mengurus Aline. Ada supir mama tapi aku yakin sudah pulang waktu itu, karena sudah hampir magrib, dan mama selalu mengizinkan pak supir pulang setiap jam 5 sore setelah mama tidak butuhkan lagi tenaganya. Jadi satu satunya orang yang aku pintail tolong, ya Ello. “Tunggu di situ!!!” jawabnya tergesa saat aku telpon sambil menangis karena aku bingung sudah sendirian di parkiran sekolahku. Dan aku tidak kepikiran untuk naik taksi atau mengorder taksi online. Gak tau ya, aku selalu merasa Ello selalu bersedia membantuku. “Kok bisa sih?, elo gak telpon Noah, terus tanya dia ada dimana?” omelnya saat akhirnya datang. “Malu…” jawabku masih menangis. “Sama gue elo gak malu. Tapi depan orang elo malu trus kalo gue deketin” omelnya membalas. “Ya udah sana pulang kalo elo gak ikhlas nolong gue!!” jadi kesal akunya. Malah tertawa. “Gue mau naik taksi aja” kataku berikutnya. “Kenapa gak tadi sebelum elo telpon gue, ngapa sekarang baru kepikiran naik taksi setelah gue datang ke sini. Aneh lo sih Nay” keluhnya. Cemberut dong aku. “Ya udah maaf, yuk pulang yuk, nanti keburu magrib” dia yang aku pintai tolong, dia yang minta maaf. Kadang aku merasa agak keterlaluan sih pada Ello. Kadang ya. Tapi kalo ingat atau lihat gimana dia wara wiri sama cewek cewek dan selalu berganti ganti, buat aku merasa perlu untuk selalu bersikap jutek padanya. Gak maulah aku nantinya malah dia menyepelekan aku. Aku harus tetap menjaga harga diriku sebagai perempuan. Jadi aku bersikap antipati trus pada Ello. Berharapnya sih dia mikir untuk menjaga jarak aman dengan cewek cewek yang selalu berusaha menarik perhatiannya, kalo memang dia suka aku. Yakan harusnya menghargai perasaanku kalo memang dia suka aku. Tapi tidak pernah dia lakukan. Saat dekat aku selalu bilang Naya sayang aku, tapi saat masih dekat aku lalu segerombolan cewek keceh di sekolah mendekat pun lalu aku di abaikan. Sampai aku memilih menyingkir, baru deh dia panik. Itu pun sebentar saja, setelah itu dia sibuk dengan cewek cewek itu. Buat malas bangetkan?. Dan kejadian bapernya aku dengan sikap Noah juga yang membuat aku semakin menjaga diriku dari perhatian dan bantuan yang selalu Ello berikan padaku. Benar Kiera sepupuku bilang deh, karena dia paling tahan kalo menghadapi cowok cowok yang mendekat dan berusaha menarik perhatiannya. “Kalo laki belum berani hadapin bokap kita kak, terus bilang mau lamar kita jadi istri, mau dia bilang sayang sama gue sampe mulut dia bebusa sekalipun, gue gak akan percaya. Jadi ngapain kita mesti baper dia kasih perhatian ke kita. Laki tuh omongannya sayang atau cintanya sama kita, baru bisa gue percaya kalo udah jadi suami gue, karena dia udah berani komitmen gak aja sama kita, tapi sama Tuhan, sama wali kita, juga di hadapan hukum dan agama. Kalo masih tibang baru kenalan atau dekat doang sama kita, ngapain di percaya. Tetap ada kemungkinan dia bohong terus jadi mantan” kata Kiera sekeras itu. Mungkin ada benarnya. Seperti bang Timmy atau Biyan yang berani jelas jelas bicara pada om Nino kalo akan menjadikan istri mereka di masa depan. Ya tetap ada kemungkinan putus sih, kalo tidak jodoh. Tapi setidaknya sudah berani mengambil sikap dan berkomitmen tidak hanya pada pasangan saja, tapi pada walinya juga. Ello sering sih bilang itu pada papaku, dari semenjak kecil. Andai dengan mode serius dan tidak bercanda seperti bang Timmy atau Biyan, lalu di buktikan dengan tindakannya, aku mungkin akan percaya. Tapi lihat sendiri kelakuan Ello saat jauh dari aku. Dari pada sakit hati lebih baik aku menahan diri supaya tidak baper dengan tetap menganggapnya teman terdekatku. “Iya nanti gue temuin Bella, sekalian minta temanin ke rumah om Nino. Gue harus antar oleh oleh dari Amrik buat tante Noni, dan antar titipan Biyan buat Maura” kata Ello saat aku memastikan dia menemui Bella karena aku kasihan melihat Bella di cueki Noah gara gara ada aku di yayasan waktu ada kegiatan cek kesehatan anak anak yang suka datang ke yayasan anak jalanan milik keluarga Sumarin. “Beneran ya El, gue gak enak sama Bella, walaupun ujungnya Noah antar pulang juga” kataku. “Iya, tenang aja. Udah elo mending focus sama urusan elo sama Noah. Kali nanti ada chemistry lagi, terus elo jadian deh sama Noah” jawabnya. “MAKSUD???” tanyaku hampir menjerit di telpon. Malah tertawa. “Biar jelas aja Nay. Noah kan sebenarnya suka elo, elo dulu juga suka Noah, jangan bantah, gue tau kok. Dan kayanya emang elo berdua cocok, karena sama sama jutek. Bella biar urusan gue, kasihan juga lama lama lihat Bella yang sering banget di cuekin Noah. Paling baper sebentar kalo tau elo sama Noah jadian, tar tapi enak lagi kok. Tar Bella gue ajak dangdutan aja, pasti ceria lagi. Dan Bella punya trio bestuy temannya, pasti bakalan baik baik aja” jawab Ello. “Ini serius?” tanyaku tidak percaya Ello bilang begitu. Tertawa lagi Ello di seberang sana. “Serius gue. Gue mau teman teman gue happy. Perkara jodoh mah urusan Tuhan, setidaknya kalo elo akhirnya jadian sama Noah, Bella tau kalo udah waktunya berhenti berharap sama Noah, karena Noah akhirnya bisa nentuin sikap, sukanya sama siapa. Gue juga tenang kalo tau elo akhirnya jadian sama Noah, baik kok dia sebenarnya manja doang. Dan kayanya akan berubah kalo jadi pacar elo, kan elo tipe yang serius, pasti dia akan belajar serius juga dari elo. Elo juga tenang gak perlu lagi ngerasa gak enak sama Bella, dan gak perlu cari gue lagi buat minta tolong, udah ada Noah nantinya” katanya lagi. “Okey….” jawabku sampai tidak bisa berkata kata lagi. Drop langsung aku. Kalo beneran suka aku, ngapain dia malah suruh aku jadian dengan lelaki lain?. Trus tadi apa dia bilang?, tenang kalo aku jadian sama Noah?. Jadi sebenarnya dia ikhlas gak sih tiap kali nolomg aku?. Atau hanya kasihan?. Nih konsep rasa kasihan yang aku tidak suka, di bagian ini. Untuk bagian ini, aku merasa tidak perlu merasa di kasihani siapa pun, apalagi oleh Ello. Kesannya aku butuh dia banget. “Nay…” tegurnya karena aku jadi diam. “Udah dulu ya, asalamualaikum” pamitku buru buru menutup telpon. Kok dadaku sakit ya??, sampai butuh aku usap. Apa ini rasa cemburu karena akhirnya aku kalah lagi dari Bella?. Setelah Noah yang selalu merasa perduli pada Bella dalam keadaan apa pun, sekarang Ello juga seperti perduli sekali dengan perasaan Bella yang selalu di abaikan Noah. Gak tau deh, pokoknya aku merasa sakit hati, entah pada siapa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD