1.Si Playboy Katanya
Aku memang pencinta wanita
Namun ku bukan buaya
Yang setia pada seribu gadis
Ku hanya mencintai dia
Aku memang pencinta wanita
Yang lembut seperti dia
Ini saat ku akhiri semua
Pencarian dalam hidup
Dan cintaku ternyata
Yang ku mau hanyalah dia
( Pecinta Wanita, Irwansyah )
“SARMIJANNNNNNNNNN”.
Suara siapa lagi yang melengking dan sarat kekesalan kalo bukan suara mamaku. Kadang aku sampai takut pita suara mamaku akan putus kalo dia berteriak seperti itu untuk mengungkapkan kekesalannya padaku.
“Mah…ini hari libur, kenapa mama udah teriak teriak sih?” protesku sampai bangun terduduk lalu menyipitkan mataku karena mama sudah dengan kasar membuka tirai kamarku.
“Ini udah siang, gak lihat matahari udah terik sekali di luar sana?” jawab mama lalu melempar begitu saja tabloid ke arahku.
Aku hanya menatapnya sekilas, karena sudah tau maksud kekesalan mama, kalo cover tabloid itu adalah fotoku dengan seorang model yang aku jadikan temanku menghadiri acara ulang tahun teman sekolahku dulu.
“Tajuk utama lagi, dan bukan prestasi kalo kemampuanmu hanya tuntang tenteng gadis gadis bodoh yang mau kamu perdaya” mulai mama.
Aku menghela nafas sambil mengusap wajahku.
“JELASKAN CEPAT!!, kali ini gadis mana lagi yang kamu bawa?” omel mama lagi.
“Bukan siapa siapa, dan bukan pacarku juga” jawabku jujur.
Mama langsung melotot dong dan bertahan tolak pinggang.
“Kalo bukan pacarmu, lalu siapa?, kalo kamu bawa dia ke pesta temanmu?” tanya mama lagi.
“Gadis bodoh seperti mama bilang, karena suka aku tapi aku gak suka dia. Maklumin aja sih mah, kan anak mama bujang tampan” jawabku mencoba bergurau.
“SARMIJAN….” geram mama malahan dan buat aku langsung kabur turun dari tempat tidur menuju kamar mandi kamarku sambil tertawa tentunya.
“BASAHI KEPALAMU SUPAYA OTAKMU GAK HANYA PEREMPUAN DAN PEREMPUAN TRUS” omel mama lagi dari balik pintu kamar mandi.
Aku jawab dengan tertawa. Kamar mandi tentu tempat paling aman, karena mama tidak mungkin mengejarku ke dalam kamar mandi. Aku sudah bujangan. Memangnya aku masih bayi atau balita yang masih harus mama mandikan.
Jadi aku buru buru mandi, mengingat sekarang sudah jam 12 siang, dan aku ada janji jam 2 siang ini dengan seseorang dan karena dia perempuan, mana mungkin aku biarkan dia menungguku. Soal amarah dan omelan mamaku, nanti juga reda. Soalnya bukan pertama kalinya juga mama aku ngomel soal aku yang sering bawa bawa gadis di luar sana dan berganti ganti sesuka hatiku. Kenapa begitu?.
Oh ya, kalian pasti belum tau siapa aku?. Aku beri tahu ya aku itu siapa, supaya kalian ngerti kenapa banyak gadis gadis di luar sana yang mau aja aku bawa kemana mana tanpa status jelas. Sebenarnya jelas untukku, karena aku selalu menganggap gadis gadis yang dekat denganku itu sebagai temanku selayaknya aku berteman dengan teman lelakiku. Hanya masalahnya makhluk yang namanya perempuan itukan gampang baper dan suka langsung GR, kalo ada lelaki yang dia suka lalu menanggapi perhatian atau membiarkan dirinya mendekat. Padahal belum tentu suka beneran apalagi jatuh cinta. Namanya laki, siapa yang gak suka di dekati perempuan?. Kalo suka di dekati lelaki baru aneh. Belok namanya, iya gak sih?. Dan kenapa gadis gadis atau perempuan perempuan itu mau aja dekat dekat aku, padahal mereka sendiri tau, kalo aku tidak suka terikat dengan perempuan mana pun selain sebagai teman. Gak pernah aku apa apain juga, apalagi karena dorongan seksual. Aku tidak ada hasrat ke arah sana, sekalipun banyak orang bilang aku playboy, b******n, lelaki buaya darat, mata keranjang atau istilah negative lainnya.
Perempuan perempuan yang dekat aku tuh, aku jamin aman kehormatannya, kalo kalian abaikan aku yang suka memegang tangan mereka atau merangkul bahunya. Hanya sebatas itu, cium pipi paling top. Tapikan di kota besar seperti Jakarta, saling mencium pipi antara lelaki dan perempuan, semakin di anggap biasa juga, apalagi untuk kalangan komunitas gaul, kaum hedon atau komunitas borjuis atau kalangan jetset. Mereka selalu merasa bangga bukan kalo gaya hidup atau life style mereka semakin terlihat kebarat baratan?. Nah jadi menurutku masih wajar. Malah perempuan perempuan yang dekat denganku kadang berharap lebih dari caraku memperlakukan mereka. Bukan aku tidak sepenuhnya bernafsu, bukan. Aku lelaki dewasa, kalo umurku sudah mau 24 tahun. Aku sudah bekerja membantu papaku di perusahaan keluarga yang mungkin nantinya akan di wariskan padaku. Harusnya sih cukup alasan untuk mulai serius dengan satu orang perempuan yang nantinya akan jadi istriku. Tapi aku belum mau, eh mau deh kalo dengan perempuan yang aku suka, sayang dia tidak suka aku, kalo perempuan itu malah sering mengabaikanku atau malah menghindar dariku. Memang aneh kadang ya manusia. Yang jelas jelas mau banyak, tapi malah mengejar sesuatu yang pasti.
Ya sudah, kalo sudah waktunya juga aku akan menikah, entah dengan cara apa. Aku selalu percaya soal itu, karena Tuhan jelas jelas menciptakan manusia berpasangan bukan?. Hanya cara setiap manusia untuk mendapatkan pasangan jelas berbeda untuk setiap orang. Nikmati saja semua, sampa waktunya tiba. Ini yang mungkin orang bilang romansa kali ya?. Mungkin?.
Eh aku belum juga mengenalkan diriku ya?. Namaku Raquello Icarius Syahreza. Umurku sudah taukan tadi. Aku anak tengah dari tiga bersaudara yang keduanya perempuan. Kakakku bernama Tasya, atau biasa di panggil Acha, dan umurnya selisih 4 atau 5 tahun dariku. Dia belum menikah dan berkarier sebagai model professional di luar negeri. Entah di mana kakakku berada saat ini. Mama yang tau. Sudah punya pacar sih mama bilang, hanya karena beda keyakinan jadi belum menikah juga.
Lalu adik bungsuku perempuan yang bernama Caca, masih SMA, kelas 2 atau 3 ya?. Aku lupa juga. Nanti deh aku tanya. Soalnya agak malas aku dekat dekat kalo dia manja sekali, dan tidak boleh salah sedikit pasti ngambek. Jangan aku tanya tanya, aku ledek aja kadang ngambek lalu mengadu pada papaku. Nanti papa akan ngomel dan aku akan di marahi. Ya gitu deh. Semenjak kak Acha menetap di luar negeri, jadi Caca yang menampung segala kasih sayang papa dan mamaku dan buat dia jadi semanja sekarang. Hobinya tentu saja belanja, apalagi?. Dan ngambek tadi atau marah marah tidak jelas kalo merasa tidak nyaman sedikit saja. Ribet pokoknya adikku yang satu ini, jadi jangan coba coba ganggu. Tapi aku sayang kok pada adikku ini. Mau gimana pun menyebalkan saudara kita, tetap tidak mungkin benci bukan?.
Lalu papaku kali ya?. Papaku itu pengusaha terkenal dan memimpin perusahaan kontruksi yang multi internasional, kalo proyek pembangunan gedungnya tidak hanya di dalam negri tapi mencakup seluruh Asia dan Autralia. Perusahaan yang papaku pimpin ini, merupakan perusahaan milik keluarga dan yang membuat keluargaku di kenal banyak orang juga sebagai keluarga kaya raya mendekati sultan. Cari tau aja deh di mbah goggle apa itu SYAHREZA GROUP. Pasti akan muncul nama eyangku yang masuk daftar 10 orang terkaya di Indonesia atau malah seAsia. Aku sudah tidak pernah cari tau lagi. Untuk apa?. Toh menurutku kekayaan seseorang itu termasuk hal yang relative. Bisa aja jadi di anggap kaya oleh orang yang punya ekonomi di bawah keluargaku, tapi bisa saja di anggap biasanya kalo di bandingkan dengan kekayaan yang di punya Bill Gate, yang jadi pemilik Microsoft Wolrd, atau yang punya medsos macam sss dan i********:. Jadi sebenarnya gak usah sombong, kalo masih ada orang yang punya kekayaan di atas kami. Syukuri aja kalo kami sekeluarga bisa hidup berkecukupan, karena batasan mewah pun relative sifatnya.
Oh ya nama papaku, ANDRA ZYAN SYAHREZA, yang dulu juga di kenal sebagai sosok lelaki flamboyant yang di kejar banyak perempuan. Ya wajar sih, papaku keceh banget, sekalipun sudah punya anak bujang dan perawan, tetap saja tidak pernah terlihat tua. Gimana saat papaku muda yakan?. Selain ganteng, duit banyak, dan dari latar belakang keluarga kaya raya. Pada akhirnya perempuan mana yang bisa melewatkan sosok papaku dulu. Sekarang aja sudah nikah dan setia pada mamaku, karena memang sayang sekali pada mamaku. Dan tidak akan pernah ada yang menyangka juga kalo papaku akhirnya menikah dengan mamaku yang berasal dari keluarga sederhana. Walaupun tidak bisa dikatakan keluarga miskin juga, kalo engkongku dulu itu juragan kontrakan di daerah tempat tinggalnya di Ciganjur dan buat mamaku membuka bisnis yang sama setelah menikah, pun sampai saat ini. Mungkin karena mama melihat peluang kalo bisnis tempat tinggal sewaan lebih menjanjikan dan minum resiko di banding usaha property macam jual beli rumah atau tanah.
Nama mamaku Rosalie Rachiem Syahreza, gadis asli betawi, dan gadis biasanya saja kalo dulu di bandingkan dengan perempuan yang pernah papaku jadikan teman kencan atau pacarnya. Tuhkan papa aja tidak sembarangan mencari istri. Mungkin mamaku kalah cantik dengan mantan papa dulu. Tapi soal rasakan tidak pernah bisa bohong dan tentu saja jodoh dari Tuhan. Terkadang memang apa yang menurut kita tidak baik atau jauh dari apa yang kita harapkan, itu justru yang baik menurut Tuhan. Jadi pada akhirnya aku tidak selalu ribut urusan jodohku di masa depan, atau dengan siapa aku akan menghabiskan sisa hidupku nanti. Nikmati saja semua, walaupun tetap berusaha dan berdoa supaya aku akhirnya dapat pasangan yang sebaik mamaku, sekalipun dia bawel sekali. Tapi aku tau kok, mamaku itu bawel untuk kebaikan kami semua, anak anaknya.
“Masih saja buat masalah dengan mamamu El?” tegur papa saat aku menemukannya duduk di ruang tengah rumah menonton TV masih dengan sarung dan baju koko yang belum papa ganti.
Entah di mana adikku, mungkin masih tidur, karena ini hari libur. Mama pasti sedang sibuk menyiapkan makan siang.
“Mama aja yang lebay, seakan tidak tau apa yang tertangkap kamera wartawan itu yang sebenarnya. Papa pasti taukan kalo media memang selalu melebih lebihkan” jawabku jadi duduk di depan papaku setelah aku selasai mandi, sholat dan tentu saja ganti baju.
“Kamu sudah tau begitu, tetap saja tidak bisa menahan diri dengan tidak menarik perhatian media. Papa yang pusing dengar mamamu ngomel lagi. Kamu tau bukan, kalo papa tidak akan perduli apa yang kamu lakukan di luar sana, sepanjang kamu berani mengambil resikonya dan bertanggung jawab pada dirimu sendiri atas apa yang kamu lakukan juga” kata papa lagi.
Aku mengangguk mengerti.
“Pada akhirnya, kamu berbuat buruk atau melakukan hal negative sekalipun di luar sana, bukan papa kok yang harus merasa malu atau menanggung resikonya. Papa mungkin akan terseret seret karena masalahmu di luar, tapi bisa apa papa?, kalo kamu memakai narkoba sekalipun, yang akan di penjara kamu bukan papa. Kamu mau hamilin gadis yang kamu ajak kencan pun, bukan papa yang harus menikahi gadis itu, tapi kamu. Jadi papa pikir kamu semakin mengerti, kalo selama ini papa terkesan mengabaikan kelakuanmu di luar, bukan berarti papa tidak awasi. Tapi lagi lagi, semua kembali pada dirimu sendiri. Kalo belum juga sadar atau kena batunya, papa rasa kamu tidak akan pernah mau berhenti. Dan papa hanya akan membereskan apa yang papa bisa bereskan dengan batasan dan karena tanggung jawab papa sebagai orang tuamu, selebihnya papa tidak akan membantu apa pun, semua harus kamu tanggung sendiri” lanjut papa lagi.
Aku mengangguk lagi.
“Papa hanya akan memarahimu kalo kamu buat masalah yang akan membuat susah banyak orang. Macam dalam hal pekerjaan, karena tanggung jawabmu tidak hanya pada dirimu sendiri, tapi juga pada banyak orang yang terlibat dalam urusan pekerjaanmu. Papa hanya akan memarahimu, kalo dampak dari kesalahan yang kamu buat, berdampak besar juga pada hidup orang lain. Dan memakai narkoba, tungkrang tongkrong gak jelas, sampai kamu misal menghamili gadis perawan orang, mungkin hanya akan berdampak buruk pada pada dirimu sendiri, papa akan abaikan, tapi kalo efeknya meluas tentu papa tidak akan tinggal diam. Misal lalu kamu jadi pengedar narkoba, atau kamu ikut dalam komunitas komunitas garis keras karena kamu sering nongkrong tidak jelas, lalu buat kamu terlibat masalah terorisme atau sejenisnya, atau lalu kamu hamili anak perempuan orang lain,lalu kamu tinggal dan tidak bertanggung jawab, papa tidak akan menunggu orang lain yang bergerak menghabisimu, tapi dengan tangan papa sendiri, papa yang akan memenggal sendiri kepalamu sekali tebas. Lebih baik tidak punya anak kalo begitu, daripada punya tapi hidupnya tidak manfaat untuk banyak orang” ancam papa keras.
Aku langsung tertawa untuk menjeda omelan papa yang terkesan santai tapi sebenarnya sadis.
“Jangan tertawa, papa serius. Papa sejauh ini masih menilai kelakuanmu masih dalam batas wajar. Kenakalan anak lelaki yang sedang mencari jati diri, kenakalan anak lelaki yang memang dulu papa alami juga. Tapi kalo lebih dari kenakalan yang papa lakukan dulu, jangan harap papa akan diam saja El” ancam papa lagi.
“Ya udah sih pah, gak mungkin junior macam aku lawan senior macam papa” jedaku.
Papa geleng geleng dan aku cengar cengir.
“Ini kamu mau kemana lagi, setelah semalam mamamu mengadu, kamu pulang menjelang subuh” tanya papa beralih.
“Mau ketemu Naya” jawabku jujur.
“Naya lagi?. Dia putri teman papa, jangan jangan macam macam El” ancam papa lagi.
Aku tertawa.
“Mana mungkin, aku macam macam. Dan itu bukan karena papanya teman papa. Aku memang tidak mungkin macam macam pada gadis sebaik Naya pah” jawabku.
Papa menghela nafas.
“Ini bagian dari kelakuanmu yang akan terus papa awasi. Kalo situasinya memang sudah tidak memungkinkan kamu dapatkan Naya, lepas El. Jangan kamu kejar trus sampai Naya malah berbalik jadi kesal karena ulahmu yang terkesan b******n karena kamu selalu tidak bisa melepaskan diri dari gadis gadis cantik tapi bodoh untuk membaca apa yang sebenarnya kamu mau dan kamu inginkan. Buang waktu papa bilang” omel papa lagi.
Aku tertawa.
“Elah papa, kaya dulu papa bisa aja lepas gitu aja cewek cewek keceh yang dekatin papa demi duit papa. Santai aja sih pah. Aku tau kok kapan aku harus berhenti mengejar Naya, atau kapan aku harus melepaskan gadis gadis cantik tapi bodoh yang papa bilang. Kan ada papa yang jadi seniorku untuk aku contoh. Mungkin nanti kalo ada gadis yang bisa berhasil buat aku jatuh cinta, seperti mama buat papa jatuh cinta” jawabku.
“Naya?, bukan kamu jatuh cinta pada Naya?. Selama ini kamu selalu bilang Naya sayang aku, dari kamu kecil sampai kamu dewasa. Dan untuk apa kamu kejar, kalo kamu bukan jatuh cinta pada Nayamu itu” tanya papa.
Aku tertawa pelan.
“Gak tau, dari dulu aku memang sayang. Tapi sayang yang di dorong takut dia kenapa kenapa atau dia dapat masalah. Papa tau dong, Naya gadis baik baik dan solehah, makanya mama suka, terlepas dia anak teman papa dan mama. Aku kasihan aja, kalo akhirnya dia jatuh ke pelukan lelaki lain yang tidak baik. Daripada sama lelaki lain yang belum tentu baik, lebih baik sama aku yakan?. Dan gak akan pernah aku biarkan Naya jatuh ke pelukan lelaki lain lalu di rusak. Itu gak akan adil untuk Naya yang gadis baik baik” jawabku.
Papa menghela nafas.
“Semoga kamu pada akhirnya menyadari batasan antara sayang dan kasihan itu setipis tissue atau kulit bawang seperti yang banyak orang bilang. Jangan sampai akhirnya kamu menyesal karena terlambat menyadari, kalo yang kamu kejar dari Naya selama ini, itu cintanya, dan bukan karena rasa kasihan padanya yang selama ini kamu rasakan padanya” jawab papa.
Iyakah?, di saat aku mungkin di masa depan bertemu gadis lain yang akhirnya akan buat aku jatuh cinta sampai aku mungkin tergila gila?. Dengan segala yang aku punya, rasanya aku lebih pantas dapatkan lebih cantik dari Naya, lebih menyenangkan dari Naya yang selalu jutekin aku trus, dan mencariku saat dia butuh bantuanku. Aku tau kalo Naya terkadang seperti hanya memanfaatkanku. Tapi kenapa aku tidak pernah bisa menghentikan rasa khawatirku pada Naya. Dari dulu, dari saat bertemu pertama kalinya dengannya semasa kami SD dan dia satu tingkat di bawahku. Entahlah. Aku pikir karena pertemanan itu bahasa kasih sayang yang lebih luas daripada jadi pacar mungkin ya?, yang pasti menuntut timbal balik. Aku tidak merasa harus begitu dengan Naya. Kalo pada akhirnya aku tidak menuntut Naya membalas setiap bantuan yang aku berikan. Ikhlas aja aku bantu dia, seakan lihat senyumnya dan ucapan terima kasihnya cukup untukku.
( jangan lupa tap love dan komen ya, supaya aku semangat nulisnya juga kalo kalian gak pelit tap love dan komen. Kiss and love)