Karena Kasihan Jadi Couple-an

13.Kenapa Jadi Begini??

Ello POV.

“Bang El, gue ke Kimmy ya, elo mau ada perlu sama Maura kan?” pamit Bella begitu sampai rumah Om Nino.

Sudah bertemu om Nino juga berikut kedua eyang si kembar dan bertemu tante Noni istri om Nino untuk memberikan oleh oleh dari mamaku dan tante Cley. Karena Naya nih, aku jadi harus ajak Bella, untuk memastikan Bella baik baik aja. Tapi memang kasihan sih melihatnya terlihat lesu saat dia sedang tidak ada jadwal magang di rumah sakit milik keluarga om Nino. Jadi lebih baik aku ajak sekalian ke rumah om Nino untuk bertemu Kimmy. Bella itu dekat sekali dengan Kimmy seperti Maura yang dekat sekali dengan Kiera, sepupu Naya.

“Okey, gue susul Maura deh” jawabku karena sudah menemukan keberadaan Maura di pinggir kolam rumahnya sedang melukis. Kimmy yang di kamar, atas laporan tante Noni.

Berpisahlah kami dengan tujuan masing masing.

“Selamat siang, calon nyonya Biyan Syahreza” sapaku menjeda Maura.

Lantas dong dia terbahak lalu bangkit untuk memelukku. Dulu aja jutek terus sama aku, malah mengajak aku berdebat trus. Sekarang aja setelah jadi pacar sepupuku, jadi sedekat ini denganku sampai tidak merasa risih untuk peluk aku.

“Kangen banget sama bang El, sibuk banget ya, kaya lagi urus negara” katanya setelah melepaskan pelukannya.

Aku tertawa.

“Jadi gak kangen Biyan?” ejekku.

Dan itu pertanyaan salah sih, ujungnya aku mesti mendengarkan segala pertanyaannya soal Biyan. Ampun deh cewek tuh, segitu komunikasi terus tiap waktu, masih aja gak percaya.

“Gue gak ke Amrik Ra, jadi gak tau Biyan gimana sekarang di sana. Yang ke sana keluarga gue, mau lihat fashion show kak Acha. Tau sendiri lo, gue selalu bagian jaga kandang. Kalo gue boleh keluar kandang, pasti gue udah ambil kuliah di Amrik juga kaya Biyan” kataku menjeda ocehan interogasi Maura.

“Elo sih kenapa gak cari tau dari Caca kek” katanya tetap tidak merasa puas.

Aku tertawa saja.

“Elo punya nomornya, kenapa gak tanya Caca sendiri. Caca kan dekat banget juga sama Biyan, malah kadang gue pikir, Caca yang ade Biyan, bukan ade gue” jawabku.

Maura tertawa kali ini.

“Atau telpon tante Cley, calon mama mertua elo” tambahku.

“Dih malu amat tanya bujang sama emaknya langsung” tolaknya.

“Lah, lebih valid” jawabku.

Maura berdecak.

“Masalahnya emaknya aja kalo apa apa soal bujangnya, malah tanya gue. Kan Biyan cuma bakalan angkat telpon gue, mau lagi apa pun dia di Amrik” jawab Maura.

“Itu sih elo masih aja kepo mau tau soal Biyan, kalo elo doang yang paling sering komunikasi sama dia, Ra. Cewek gak bisa ya percaya aja gitu sama laki?” jadi ngomel akunya.

Maura tertawa lagi.

“Kalo lakinya model Biyan mah, agak sulit brothers. Gila kali high quality bujang” jawabnya.

Terbahaklah aku.

“Gue juga dong ya, kan gue trah Syahreza juga” kataku.

“Elo?, gak sih menurut gue” jawabnya dengan tatapan sekampret ayahnya, om Nino.

“Emang ngapa?” tanyaku.

“Elo terlalu murahan, dengan elo selalu dekat dekat cewek cewek bitchy. Biyan dong, tau cewek mana yang pantas dekat dia, atau dia temanin” jawabnya.

Terbahaklah aku dan Maura cengar cengir.

“Bacot Ra” komenku lalu Maura terbahak.

Untuk apa aku marah, Biyan dan aku dua pribadi yang berbeda. Kalo Biyan selalu membatasi diri dengan pergaulannya, bukan berarti aku harus begitu. Ini hanya soal rasa nyaman aja. Biyan mungkin tidak merasa nyaman berteman dengan banyak orang, sementara aku suka punya banyak teman. Satu garis keturunan dan sekandung aja beda beda kok sifat dan karakternya, apalagi kami yang sepupuan. Obrolanku dan Maura baru terjeda dengan bergabungnya Kimmy dan Bella yang mengajak sholat asar bersama, eh malah jadi terpaksa pamit pulang, karena ada Noah yang terlihat tidak suka melihatku dengan Bella. Bikin ribet Noah tuh, dengan sikapnya yang gak jelas. Tapi kalo aku layani, jadi sama seperti anak kecil. Bella bukan mainan yang mesti kami perebutkan. Lagian gak bisa gitu Noah santai, toh aku tidak mungkin tidak mengantar Bella pulang setelah aku jemput Bella dan pamit pada orang tuanya.

“Lah?. Ngapain lo ada di sini?? “ tanya bang Noah sejutek itu pada Bella.

Aku masih awasi karena ada eyang Inge yang juga sahabat baik kedua eyangku.

“Apaan sih bang?, Bella main nemuin gue, emang nyari elo?” omel Kimmy membela Bella.

Ampun Noah tuh. Laki gini amat ya, gak bisa santai gitu.

“Kemarin ngerjain gue, teman elo” bantahnya pada Kimmy.

“Tapi gak bisa elo jadiin alasan buat kesal lihat dia main ke rumah gue” omel Maura ikutan sampai tolak pinggang.

“No…” tegur eyang Inge.

Eyang Fey mewakiliku. Ada yang lebih tua di antara kami, jadi cukup diam dan awasi. Nanti di pikir eyang Fey, aku sok tua.

“Eyang Inge, aku pamit pulang ya” jeda Bella yang justru lebih terlihat dewasa karena berusaha menghindari perdebatan si kembar yang jadi bestienya dan Noah sepupu mereka.

Gak habis pikir kadang aku. Apa karena tidak ada Biyan ya sekarang, jadi Noah tidak lagi punya teman lelaki sedekat dia dan Biyan, tapi bergaul dengan perempuan trus termasuk sepupunya, Bella dan Kiera mungkin ya?. Habis jadi baper macam perempuan dan bawel tidak jelas.

“Loh, buru buru Bel?” tanya eyang Inge saat Bella mendekat padanya untuk cium tangan.

“Udah sore eyang, bang El gak salaman?” tegur Bella padaku.

Aku tertawa lalu mendekat pada eyang Inge juga untuk cium tangan.

“Kamu juga mau pulang?” tanya eyang Inge.

Aku mengangguk.

“Mau antar Bella eyang pulang dulu sih, baru aku ke rumah cing Mamat, antar oleh oleh dari mama untuk cing Risda” jelasku.

“Gue yang antar Bella bang” tiba tiba Noah bangkit.

Tuh, ini bagian ini yang selalu buat rancu keadaan antara Noah, Bella dan Naya. Tidak hanya menurutku saja. Kalo memang tidak suka pada Bella, kenapa mesti segitunya pada Bella. Kali Bella tidak datang denganku. Kalo tidak suka pada Bella, harusnya santai aja Bella pulang denganku, seperti aku yang selalu begitu tidak hanya pada Bella, atau teman cewekku yang lain, termasuk Naya. Kalo memang sudah ada yang menangani, kenapa mesti repotkan?. Di bawa santai aja, apalagi kenal dengan siapa pun yang bersama teman wanita kita. Gak salah salah, kalo sikap Noah jadi berhasil buat Bella baper, dan Naya juga baper. Ini yang Noah tidak sadari. Benar yang suka Bella bilang, Noah itu tuan muda yang manja. Padahal yang pantas jadi tuan muda manja itu Biyan, dia anak satu satunya. Apa yang di punya kedua orang tuanya semua untuk Biyan, persis bang Timmy.

“Elo lanjut makan aja, lagian Bella, gue yang jemput di rumah, jadi gue yang mesti antar baliklah. Gue gak mau juga di gorok bokap Bella” jawabku.

Noah sontak menatap Bella, dan kali ini Bella abaikan.

“Gue balik dulu bang” pamit Bella lalu buru buru merangkul lenganku, karena Noah seperti bersiap meledak lagi.

Jadi wajar kalo semua orang yang tahu dengan pasti up and down hubungan Noah dan Bella, jadi selalu jatuh kasihan pada Bella, dan hilang respeck pada Noah. Tapi aku tidak mungkin mengajarkan Bella untuk ikutan hilang respeck pada Noah. Gimana pun kami semua berteman, dan kasihan juga kalo akhirnya Noah benar benar tidak punya teman. Dan setau dan seingatku, hanya Bella dari dulu yang selalu ada untuk Noah, gimana pun menyebalkannya Noah. Aku juga ingat apa yang bang Timmy bilang padaku, Biyan, Kenzo, Noah juga sampai Iyel temanku satu lagi, karena lingkaran pertemanan kami waktu masih sekolah dulu.

“Mau gimana nyebelin orang yang jadi teman kita, apalagi sampai kita makan dan minum bareng. Tetap gak bisa di jadikan alasan buat kita ajak ribut, apalagi sampai baku hantam. Gak gentleman. Semua bisa di omongin baik baik. Kita laki bukan perempuan yang gampang baper. Lihat bokap gue, segitu gaharnya, tapi tetap santai ngadepin teman temannya yang kadang nyebelin. Padahal sekali tabok pasti kelenger. Apalagi om Nino, tau sendiri gimana kampretnya om Nino” kata bang Timmy dan aku lupa kapan.

Biyan masih ada di Indo, apa waktu Biyan mau berangkat ke Amrik ya, lupa aku. Pokoknya aku ingat semua menyimak perkataan bang Timmy sambil bercanda juga.

“Calon mertua elo tuh bang” celetuk Kenzo.

“Calon mertua Biyan juga, om gue tuh” kata Noah sambil merangkul bahu Biyan.

Aku yang bertahan menatap bang Timmy yang terbahak seperti Biyan.

“Ya mau gimana lagi. Kita gak bisa ngendaliin kelakuan orang lain, sekalipun kelakuannya minus di mata kita. Yang bisa kita lakuin ya ngendaliin diri kita sendiri, buat gak terpancing. Lagian kita banyakan, masa iya salah satu gak bisa ingetin yang lain, kalo mulai belok gak benar. Atau redam supaya gak tengkar?. Lihat yang senior aja akur sampai sepuh, jadi bisa kita contoh” kata bang Timmy lagi.

Semua kompak mengangguk termasuk aku.

“Kalo keterlaluan banget gimana bang?. Babeh elo aja kata babeh gue pernah hajar bokap Naya, sama bokap Bella. Itu gimana tuh bang?” kata Kenzo.

Aku, Biyan, dan Iyel yang pastinya tidak tau soal ini, hanya dia menyimak.

“Karena babeh Bella sama babeh Naya pernah bikin susah nyokap Bella sama nyokap Naya sampe mewek. Elo kenal om Omen kan?, kalo ada yang kurang ajar sama perempuan, pasti dia sikat” jawab Noah.

Bang Timmy tertawa sambil mengangguk.

“Harus di hajar kalo laki yang beraninya cuma sama perempuan. Gak gentlemankan?. Itu kuncinya. Gue juga bakalan hajar elo semua, kalo ada yang berani macam macam sama perempuan mana pun, apalagi sampe bikin mewek dan gue kenal tuh perempuannya. Gue bikin kelar hidup elo, mau siapa pun orang di belakang elo” jawab bang Timmy.

“NGERI!!!!” jerit Iyel sebelum kami terbahak bersama.

Dan karena Noah belum sampai tahap buat Naya atau Bella susah atau mewek, mungkin itu alasan bang Timmy masih santai mengawasi. Padahal gak tau aja ya kalo tidak di depan kami cowok cowok. Perempuankan kadang pintar menyembunyikan apa yang dia rasakan apalagi saat mereka terluka. Jadi aku meniru bang Timmy atau yang lain, yang tetap mengawasi kelakuan Noah, dan hanya bisa jadi teman Bella cerita atau membantunya lepas dari kesedihan.

“Jadi udah ya, lepasin aja segala bentuk perasaan yang elo punya buat Noah, jangan elo masukin hati. Kalo dia bikin baper, jangan terlena, kalo dia lagi jutekin elo, anggap aja lagi eror. Jadi ati elo gak jumpalitan terus. Tiru Naya dong sayang gue. Mau eneg lihat gue bawa cewek sekalipun tetap aja santai nanggapin. Dia gak pernah masukin ke ati” nasehatku pada Bella saat aku antar pulang dan kami ngobrol ngalor ngidul termasuk Naya di dalamnya.

“Gak tau aja dalam hatinya kak Naya” sanggah Bella.

Benar Bella, itu yang aku tidak pernah tau. Soalnya saat aku berniat laporan kalo sudah menghibur Bella yang menurut Naya kasihan karena dia abaikan Noah saat mereka sama sama berkegiatan di yayasan anak jalanan milik keluarga Noah, Naya seperti menghindariku. Habisnya dia tidak jawab atau angkat telponku. Awalnya aku diamkan karena aku pikir dia sibuk dengan pekerjaannya. Tapi akhirnya seperti Noah yang selalu panik kalo Bella mulai berhenti komunikasi dengannya, aku pun mendadak panik. Aku lebih ke takut Naya sedang dalam kondiri tidak baik baik saja. Entah dalam urusan apa pun. Soalnya Naya tidak punya bestie macam Bella yang punya si kembar dan Kiera sepupu Naya. Dulu Naya punya kak Acha kakakku dan Sarah teman angkatanku juga waktu sekolah. Mereka jadi dekat karena sama sama latihan dance dan tari bareng. Tapi sekarang kak Acha sibuk dengan kariernya sebagai model pro, dan Sarah yang aku tau, karena mulai bantu di perusahaan EO atau WO papanya, jadi sering keluar kota juga mengurus pekerjaan. Itu yang membuatku kasihan pada Naya, takut tidak punya teman cerita.

Ujungnya aku datangi juga dia di rumahnya, karena hanya di rumahnya, dia tidak mungkin menghindariku. Dan sesuai dugaannku, dia bersedia juga menemuiku di ruang tamu rumahnya setelah aku menyapa orang tua dan kedua adiknya.

“Mau ngapain El?” tanyanya bahkan tidak bersedia menatapku.

“Elo kenapa?, kok gak jawab pesan sama chat gue sih?. Gue kan mau laporan kalo Bella sama Noah udah baik lagi. Kata kembar mereka malah udah pergi nonton berdua” kataku sesuai laporan Maura sih tepatnya.

Soalnya aku tanya apa dia dan Kimmy jadi ribut dengan Noah sepulang aku dan Bella dari rumahnya, lalu Maura cerita soal tadi.

“Gue udah tau, Kiera cerita juga” jawabnya dan hanya menatapku sekilas sebelum menunduk lagi.

“Terus kenapa elo lesu gini?” tanyaku lagi.

“Cape aja, sibuk gue” jawabnya lalu melengos lagi menghindari tatapanku.

“Okey…” jawabku lalu kami diam beberapa jeda.

Ada pembantu juga yang menyediakan aku minum, dan aku abaikan setelah aku mengucapkan terima kasih lalu pembantu rumahnya masuk lagi ke bagian dalam rumah.

“Butuh healing gak?. Yuk keluar yuk, jajan dah, gue traktir” ajakku.

Dia menggeleng pelan setelah menatapku sekilas.

“Gue bikin salah ya Nay?” tanyaku jadi panik.

Takutnya aku terlalu kepo urusan Noah dan Bella, malah jadi abai dengan diriku sendiri yang buat salah dengan buat Naya baper. Bisa ajakan. Apalagi Naya termasuk cewek yang selalu berusaha terlihat tegar di permukaan. Dari kecil dia begitu. Kalo dia sudah tidak kuat menanggani masalahnya baru deh dia akan nangis lalu cerita. Selama bisa dia bisa tangani, biasanya dia pendam dulu, jeleknya Naya begitu. Sok kuat dan sok tegar.

“Gak El, gue kayanya yang bikin salah sama elo” jawabnya sambil tertawa pelan lalu diam saat aku mengerutkan dahiku menatapnya.

“Elo buat salah sama gue?” tanyaku tidak mengerti.

Dan anehnya dia mengangguk. Padahal aku tidak merasa begitu.

“Bagian mana Nay?” tanyaku asli tidak mengerti.

Dia menghela nafas.

“Bagian selalu minta tolong apa pun sama elo, dan selalu repotin elo dari dulu” jawabnya.

“Hei…gak apa. Gue juga suka kok nolong elo, kan gue udah janji. Gentleman gue Nay, pasti gue tepatin janji gue” jawabku.

“Gitu ya….” jawabnya menggantung.

Gak tau ya, apa perasaan aku doang?. Rasanya aku lihat sepasang mata Naya berkaca kaca, seperti dia menahan tangis. Hadeh…jangan sampai deh malah aku yang buat Naya nangis. Bukan karena aku takut di hajar bang Timmy, tapi pasti aku gak akan tega lihat dia nangis, apalagi karena aku.

“Nay…oke kan lo?” tanyaku memastikan.

“Kenapa ya, kalo elo merasa pernah janji buat selalu nolong gue, terus kenapa malah elo berharap gue jadian sama Noah?. Apa supaya elo tenang sama cewek cewek penggemar elo, karena gue gak akan cari elo buat minta tolong lagi. Apa menurut elo, gue bakalan baik baik aja kalo jadian sama Noah, yang bahkan sekarang udah baik baik lagi sama Bella?” jawabnya bersuara.

Astaga…beneran nangis dong, walaupun buru buru dia hapus lagi. Sakitnya….lihat pemandangan ini….

“Baru sadar gue El, kalo selama ini gue emang cuma ribetin dan ganggu hidup elo doang. Dari kita sama sama kecil kali ya?. Elo harusnya bilang El, jadi gue gak harus cari elo kalo gue butuh bantuan…” lanjutnya lagi terbata bata,

“Nay…stop!!!” jedaku tidak tahan juga.

Valid ini, b******n benaran aku. Hadeh…sampai aku acak sendiri rambutku.

“Tapi tenang aja. Setelah ini, mau sesusah apa pun gue, gak akan gue cari elo. Jadi gak perlu elo berharap gue jadian sama Noah atau lelaki lain hanya supaya gue berhenti cari elo buat minta tolong” tutupnya dan beneran buat aku mendadak gagu.

Welcome El, anda lah b******n yang sebenarnya, karena beraninya sakitin hati perempuan.