Meicha memandang Lui dengan penuh tanya. Tapi yang dipandang seperti tanpa dosa. Bersandar pada sofa sambil memejamkan mata.
"Lui....!" panggil Meicha karena tidak sabar menanti sahabatnya itu bicara.
Lui membuka sedikit matanya sambil bergumam, "Hmm."
"Kau ini kenapa?" tanya Meicha lagi.
"Mei... Ijinkan aku menginap disini untuk beberapa hari.... Please!" Luisa menegakkan punggungnya, menatap Meicha penuh permohonan.
Mei memperhatikan penampilan Luisa yang masih tak berbentuk. Make up tebal dan rambut awut awutan. "Bukankah.... Hari ini sepupumu menikah?" tanya gadis yang memiliki sikap sedikit tomboi ini.
Luisa hanya mengangguk lalu meraih bantal sofa dan dipeluknya.
"Lui... Aku tak paham dengan apa yang terjadi. Tapi buat apa kau mau menginap disini?"
"Kau keberatan, Mei jika aku menumpang disini?" tanya Lui mengiba.
"Tak... Bukan begitu. Aku tak keberatan pun jika kau disini menemaniku. Aku justru senang karena tak lagi sendirian. Hanya saja.... Beri aku alasan, apa yang membuatmu datang dengan penampilan yang menurutku.... Sangat mengerikan."
Luisa hanya mengerucutkan bibirnya. Meicha adalah sahabat baiknya sejak ia memasuki bangku kuliah. Di rumah ini Meicha tinggal seorang diri karena kedua orang tuanya berada di luar kota. Dan Meicha menyewa rumah minimalis yang lokasi nya di sebuah perumahan tak jauh dari area kampus. Hingga memudahkan Meicha untuk pergi dan pulang kampus.
"Mei... Aku pasti akan bercerita kepadamu. Tapi sekarang aku lelah Mei. Aku sengaja kabur dari rumah karena malas diminta bersih - bersih rumah."
"Bersih - bersih apa?" sampai - sampai Meicha melotot tak percaya.
"Bukankah acara pernikahan sepupumu tidak diadakan di rumah. Kau ini ada-ada saja. Bilang saja jika sedang berantem dengan Papamu dan kak Ahsraf karena diminta kawin juga seperti sepupumu itu. Ah... Atau bisa jadi kau juga dijodohkan sama seperti sepupumu itu. Lalu kau menolaknya dan memilih kabur.... " cerocos Meicha dan langsung mendapat jawaban dari Luisa.
" Itu kau tahu.... Jadi jangan bertanya apa - apa lagi padaku. Dan biarkan aku tinggal disini menemanimu untuk beberapa hari."
Meicha hanya mencebik. Ini bukan kali pertama Luisa menginap ditempat nya. Tapi sudah ada beberapa kali. Jika Lui sedang bertengkar dengan kakaknya karena sang kakak yang over pritektif kepada sahabatnya itu, maka Lui akan mendekam di tempat ini sampai kakaknya meminta maaf dan tak lagi mengekang hidup Lui.
Kadang Meicha merasa prihatin dengan Luisa. Gadis cantik yang terlalu disayang keluarga. Hingga rasanya kebebasan Luisa terenggut karena keluarga yang over protektive pada putri mereka.
Luisa hanya diijinkan keluar seperti jalan- jalan atau nonton bioskop jika sepupunya yang tak lain adalah Lili ikut serta. Sungguh malang nian nasib Luisa.
Karena Meicha tak kuasa menolak atau justru mengusir sahabatnya itu, lalu gadis itu menghela nafas lalu mengangguk.
"Baiklah. Kau boleh menginap disini. Tapi ingat! Jangan banyak tingkah."
Wajah Luisa berbinar bahagia. Lalu meloncat turun dari atas sofa. Menghambur ke pelukan Meicha yang sedang duduk di lantai beralas karpet busa.
"Mei... Kau ini memang sahabat yang sangat baik. Terimakasih."
Mei menepuk- nepuk punggung Luisa. Lalu melepas paksa pelukan mereka.
"Sebaiknya kau mandi saja. Ini hampir malam, dan aku sungguh ngeri melihat mu yang berantakan ini."
Luisa hanya cengir lalu beranjak berdiri. Mengambil tas ransel miliknya. Dan tanpa diminta, gadis itu melesat masuk ke dalam kamar Meicha. Ia akan mandi karena tubuhnya terasa sangat gerah.
****
Di rumah Luisa,
Dua keluarga yang sedang berbincang sembari menunggu Luisa berkemas, merasa ada yang janggal karena lama ditunggu tapi Lui tak kunjung keluar. Bahkan Nick sudah beberapa kali melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan nya. Lewat tiga puluh menit. Tak ada tanda - tanda Lui keluar.
Ferdinan dan papa Lui masih mengobrol santai sementara Feli, Nisa dan Niken juga melakukan hal yang sama. Bahkan Niken tak henti nya meminta maaf berkali kali pada Feli atas kelakuan putri nya.
"Jeng Niken, kami akan membantu untuk mencari keberadaan Lili. Kami tahu ini semua diluar kendali jeng Niken." ucap Feli menenangkan kegelisahan dan kegundahan hati Niken.
Hingga detik ini pun Niken yang berusaha menghubungi Lili, tak kunjung berhasil karena memang ponsel Lili mati.
" Yang penting kita masih tetap menjalin hubungan kekeluargaan, karena meski tak ada Lili, ada Lui yang menjadi perantara keluarga kita. Bukankah begitu jeng Nisa?"
Nisa yang merupakan mama Luisa mengangguk.
Dan perbincangan mereka di interupsi oleh Nick yang semakin merasa tidak enak hati karena kepikiran Luisa yang tak kunjung keluar.
" Kenapa, Nick! " tanya Ferdi.
" Tidak. Tapi ini sudah terlalu lama. Dan kemana Luisa?"
Para anggota keluarga saling pandang. Benar juga apa yang Nick tanyakan. Kenapa Luisa lama sekali. Tidak mungkin juga Luisa mengemas semua barang - barang nya hingga tidak kunjung selesai sejak tadi.
Nisa mulai ikut cemas lalu wanita itu meminta pada Ashraf, anak pertamanya yang juga kakak lelaki Luisa, agar menyusul Luisa di kamarnya.
"Tolong ya, Ash... Lihat adikmu sedang apa? Minta agar lebih cepat lagi karena ini sudah hampir malam."
"Baik, Ma."
Ashraf beranjak dari duduk nya lalu menuju kamar Luisa. Diputar handel pintu kamar Luisa tapi tidak bisa. Pintu dalam kondisi terkunci dari dalam. Ia ketuk pintunya sambil meneriakkan nama adiknya. Tetap tak ada jawaban ataupun respon apa-apa.
Mungkinkah Luisa tertidur di dalam karena kecapean. Pikir Ashraf. Lelaki itu menggelengkan kepala memikirkan kelakuan adiknya. Ashraf sudah hafal betul bagaimana adiknya yang masih sering bersikap sesuka hati. Oleh sebab itulah Ashraf masih sering ikut campur dalam kehidupan adiknya. Karena jujur, Ashraf masih belum bisa dan belum percaya kika harus melepas Luisa begitu saja. Ashraf terlalu mencintai dan menyayangi adik satu- satu nya itu dan ashraf akan menjaga dengan sebaik baiknya Luisa.
Karena tidak berhasil meminta Luisa keluar, Ashraf kembali ke ruang tamu.
"Papa ada kunci cadangan kamar Lui?" tanya Ashraf yang membuat papanya bingung.
"Memang kenapa?"
"Mungkin Lui ketiduran? Tidak ada respon saat kuketuk pintunya dan pintu dikunci dari dalam." jelas Ashraf.
"Anak itu kebiasaan. Jika tidur pasti pintu nya dikunci." gerutu Nisa.
"Mama ada kunci cadangan nya?" tanya Ashraf lagi.
Nisa mengangguk. "Ada. Sebentar mama ambilkan."
Nisa meninggalkan tamu nya dan masuk ke dalam. Menuju sebuah lemari besar dan membuka salah satu laci nya. Mengambil dan menyerahkan pada Ashraf kunci cadangan kamar Luisa.
Ashraf kembali menuju kamar adiknya. Dengan yakin dan mantap, Ashraf membuka pintu kamar dengan kunci cadangan. Setelah berhasil. Pintu ia buka. Ashraf melongokkan kepala ke dalam kamar Luisa. Tapi tampak sepi membuat Ashraf curiga.