9. Pernikahan

1017 Words
"Dia harus menggantikan Lolita, sebagai mempelai wanita saya." tunjuk Nick pada Luisa. Gadis itu sampai membulatkan mata tak percaya dengan apa yang Nick lontarkan. "Apa?!" tanya Lui masih dengan mata melotot. "Ya, kau harus menggantikan Lili." "Aku tidak mau!" Teriak Lui frustasi. Bagaimana bisa lelaki itu meminta padanya untuk menggantikan Lili. Yang benar saja. Ini tidak bisa dibiarkan. Lui menggelengkan kepalanya. Lalu menatap papanya. "Papa.... Apa yang dia katakan itu? Aku tidak akan menggantikan Lili. Biarkan saja pernikahan ini dibatalkan." Sontak papa Lui menghela nafasnya. Tak tahu harus memutuskan apa. Di satu sisi mereka tak akan mungkin membatalkan pernikahan begitu saja. Di satu sisi, beliau tak mungkin membiarkan Lui untuk menggantikan Lili. Terlebih penolakan yang Lui lontarkan. Mana mungkin beliau akan memaksa Lui. "Tapi saya tak mungkin membatalkan pernikahan ini," ucap tegas Nick. "Benar Nick. Kita memang tak mungkin membatalkan pernikahan ini." Papa Lui menghela nafas. Lalu menatap anak nya dengan penuh permohonan. "Hanya kau Lui yang bisa menolong kami," pinta papanya dan Lui hanya bisa menelan saliva. Bahkan tak hanya papa nya, Asharf dan juga mamanya tak ada yang membelanya. Semua menyetujui apa yang papa nya putuskan. Ingin rasanya Lui menangis saat ini. Karena Lili, dia yang harus menjadi korban. Andai ia tahu akan seperti jadinya, mungkin Lui tak akan mau membantu Lili. Menyesal. Tentu saja Lui sangat menyesal. Tapi penyesalan juga tak ada gunanya sekarang. Karena ingin kabur pun juga Lui tak bisa lakukan. Papanya sudah menggandeng lengan nya. Membawanya pada Nick. Dan seolah Dunia Lui hancur seketika begitu kata- kata sakral terlontar begitu saja dengan lancar nya dari mulut seorang Nicholas Abraham. Kelegaan tampak di wajah keluarga mereka berdua. Bagaimana andai tak ada Lui. Mungkin saja pernikahan yang telah disusun dengan sempurna akan gagal begitu saja. Dan tak hanya itu, nama baik keluarga juga akan dipertaruhkan. Abraham Family merupakan salah atau orang terpandang dan sangat berpengaruh. Dan bagaimana seandainya Nick gagal menikah? Ya Tuhan! Felicia yang merupakan mama dari Nickolas, memeluk Lui dengan sangat erat. "Terimakasih sayang," ucap Feli penuh keharuan. Lemas seketika tubuh Lui. Tak ada senyum di bibir Lui saat ia harus berdiri mendampingi Nick, menerima tamu yang mengucapkan selamat untuk mereka. Sementara itu, senyum Nick tersungging cukup lebar, berbanding terbalik dengam Lui. Lelaki itu sama sekali tak menunjukkan kesedihan karena ditinggal oleh mempelai pengantin nya. **** Satu hari yang melelahkan bagi Lui. Lelah fisik dan pikiran. Selesai juga acara yang telah merenggut kebahagiaan nya. Menangis pun tak ada gunanya. Lalu apa yang harus Lui lakukan sekarang? Menjalani hidup bersama Nick, lelaki yang tidak ia kenal sama sekali. Tidak... Lui tidak mau. Berpikir keras dengan apa yang akan ia lakukan setelah ini. Pulang dari tempat dimana acara pernikahan di gelar, beruntungnya Nick membawa ia kembali ke rumah kedua orang tua nya. Tentunya bersama papa, mama, ashraf dan juga tante Niken. Tujuan Nick ikut ke rumah Lui, karena ia akan mengantar gadis itu membawa barang - barang pribadi Lui, untuk dibawa pulang ke rumah Ferdinant. Ya, Nick akan membawa Lui untuk pindah dan menetap di kediaman keluarga Abraham. Kedua orang tua Lui pun sudah menyerahkan putrinya kepada Nick. Mengikut saja dengan apa yang diinginkan oleh Nick. Selain itu, Lui juga perlu pendekatan dengan Nick agar keduanya lebih saling mengenal. Masuk ke dalam kamarnya, tangis Lui pecah seketika. Dia ambil ponsel nya dari dalam tas kecil yang tadi ia bawa. Setelah semua kejadian yang menimpanya, baru sekarang Lui ada kesempatan untuk menyentuh benda pintar miliknya itu. Berusaha menelpon Lili, tapi ponsel sepupunya itu justru tidak aktif. Beberapa kali Lui mengusap pipinya yang basah oleh air mata. Berjalan mondar mandir di dalam kamarnya. Dengan ponsel masih menempel di telinga. Untuk kesekian kali panggilan yang Lui buat, nyatanya tak membuahkan hasil. Ponsel Lili mati, dan hanya suara operator yang menjawabnya. Tak kehilangan akal, Lui mengirim pesan melalui aplikasi w******p, dan pesan nya hanya tertanda centang satu. Itu artinya pesan nya belum terkirim pada Lili. Astaga! Sungguh Lui merasa frustasi. Menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Memijit pelipisnya yang semakin berdenyut. Pusing kepala menyerangnya. Lui tak tahu lagi harus berbuat apa. Ia tak mau ikut bersama Nick. Dan sebuah ide terlintas di benaknya. Lui memang bisa dibilang memiliki banyak ide - ide brillian dalam otak nya. Segera bangkit dari berbaring nya dan membuka begitu saja lemari bajunya. Mengambil beberapa helai baju miliknya dan memasuk kan nya ke dalam tas ransel yang sering ia bawa saat traveling bersama teman-teman nya. Dengan mengendap-endap berharap tak ada yang menyadari akan rencana kaburnya kali ini. Ya, Lui memang berencana kabur dari rumah. Pakaian yang melekat di badan nya berupa kebaya telah ia tukar dengan celana jins dan kaos. Make up di wajahnya ia biarkan begitu saja. Dan rambutnya yang masih berantakan hanya ia tutup dengan menggunakan syal miliknya. Memakan waktu cukup lama juga bagi Lui untuk mempermulus jalan kaburnya. Beruntungnya semua anggota keluarga masih mengobrol di ruang tamu bersama dengan keluarga Abraham. Tadi Lui memang diminta oleh sang papa untuk menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa ke rumah keluarga Abraham. Setelah ia siap, tak lupa mengunci pintu kamarnya. Lalu ia membuka jendela dan keluar dari sana. Terlalu pintar bagi Lui untuk bisa keluar rumah tanpa ada yang menyadari. Gadis itu berjalan dengan sedikit berlari kecil di gang perumahan dimana keberadaan tempat tinggal nya. Menaiki sebuah ojek yang memang mangkal di ujung gang. Dan begitu abang ojek berhasil membawanya, sungguh kelegaan Lui rasakan. Sebelum memutuskan untuk kabur, Lui sudah memiliki rencana akan pergi kemana. Dan sekarang ia telah memberitahukan sebuah alamat pada abang ojek yang membawanya. Tiba di sebuah rumah minimalis yang berada di dekat area kampus dimana Lui menempuh studi selama ini. Membayar ongkos ojek dan Lui pun tak lupa mengucapkan terima kasih. Berjalan tergesa memasuki halaman mungil rumah tersebut, Lui tersenyum tipis mendapati mobil sahabatnya terparkir di carport. Mengetuk pintunya sedikit keras hingga sang empunya rumah membuka pintu tersebut. Meicha melongo mendapati keberadaan Luisa di depan pintu rumah sewa nya. Meicha, adalah sahabat baik yang Luisa punya. Gadis itu menatap penampilan Luisa dengan kening berkerut. Tanpa kata, Lui menggeser tubuh Meicha yang menghalangi jalan nya untuk masuk. "Ini tamu kenapa tidak sopan banget ya...." gerutu Meicha sembari menutup pintu rumah nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD