Teman baru

1456 Words
Reiner kini memiliki satu aktivitas baru di sore hari. Ia senang duduk di taman yang berada di apartemennya. Ia duduk disana sambil memperhatikan seorang gadis kecil yang asik bermain. Gadis itu bermain sendiri dan seakan tidak kesepian walau dirinya bermain seorang diri. Sejak pertama kali melihat gadis kecil itu, hati Reiner seakan jatuh cinta pada gadis itu. Setiap kali melihat anak perempuan yang sebaya dengan anak itu, ingatan Reiner dengan otomatis teringat pada gadis kecil itu. Reiner pun terkadang memikirkan gadis kecil yang tidak ia kenal itu. Setiap sore Reiner akan mendatangi taman dan duduk ditempat yang sama. Reiner akan menunggu kedatangan gadis kecil itu untuk bermain dan memandangi aktivitas anak itu. Seakan-anak aktivitas bermain gadis kecil itu begitu seru untuk diperhatikan. Sore ini pun Reiner melakukan hal yang sama. Duduk dan memperhatikan gadis kecil itu. Reiner duduk diam dan sore ini ia melihat gadis kecil itu tiba-tiba terlihat dibully oleh beberapa anak lainnya, Reiner tidak melepaskan pandangannya pada gadis kecil itu. Memperhatikan interaksi mereka dari tempatnya duduk. "Stop. Jangan ganggu aku!" Reiner bisa mendengar bagaimana gadis kecil itu terlihat memperingatkan hingga suara kencangnya menghardik anak-anak yang mengganggunya. Reiner terus mengawasi hingga Reiner spontan berdiri dan mendekati anak itu ketika anak itu terjatuh karena didorong oleh salah seorang anak-anak penganggu. "Hei!" Reiner spontan mendekat dan anak-anak yang mengganggu itu langsung pergi dari sana melihat Reiner yang mendekat. Pria itu berjongkok membantu gadis kecil itu untuk berdiri sambil bertanya, "Kamu gak apa-apa?" Gadis kecil itu pun berdiri sambil menghindari sentuhan Reiner pada dirinya. "Aku gak apa-apa, Om. Terima kasih." Reiner spontan menghela nafas lega namun melihat wajah cemberut gadis kecil itu membuat sesuatu dalam hati Reiner tergelitik. "Ada yang sakit? Tadi Om liat mereka dorong kamu cukup kencang. Mereka temen-temen kamu?" Gadis kecil itu hanya diam. "Om tanya sama kamu loh, kamu gak jawab? Itu gak sopan loh," Reiner kembali bertanya karena anak itu hanya diam saja. Gadis kecil itu bersedekap lalu menatap Reiner yang masih berjongkok dihadapannya. "Aku diajarin untuk gak boleh jawab pertanyaan apapun dari orang asing." Gadis kecil itu menjawab dengan nada ketus. Mungkin ia masih kesal karena kejadian tadi. Namun Reiner berusaha memakluminya. Ia masih seorang anak kecil. Namun walau demikian Reiner tidak dapat menghentikan dirinya untuk memuji anak itu. Anak Pintar. Batin Reiner berucap spontan. Reiner pun tersenyum tanpa sadar mendengar jawaban gadis kecil itu. "Kalo gitu ayo kita kenalan supaya kita gak jadi orang asing lagi. Om tinggal di apartemen ini.. Tower itu.." Reiner berucap sambil menunjuk salah satu tower dibelakangnya pada anak perempuan itu. Gadis kecil itu nampak berfikir. Reiner mengerti kalau gadis kecil itu sedang mempertimbangkan penawarannya dan wajahnya jelas ragu. "Nama Om, Rei. Kamu bisa panggil Om Rei. Nama kamu siapa?" Reiner mulai memperkenalkan dirinya. Anak perempuan itu hanya diam memperhatikannya. Reiner menduga kalau anak itu masih ragu. Reiner pun memakluminya. "Kamu bisa merahasiakan ditower mana kamu tinggal kalo kamu khawatir Om ini orang jahat." Anak perempuan itu tetap diam seakan masih menilai. Reiner pun menyerah. "Kalau kamu enggak mau kasih tau nama kamu enggak apa-apa. Tapi lain kali kalo mereka bully kamu, kamu harus melawan bales balik mereka bukan sekedar memperingatkan mereka." Gadis kecil itu mengerutkan alisnya, "Om ngajarin aku pake kekerasan? That's not good, you know?" Reiner tersenyum, "Kekerasan gak baik kalo kamu pake buat alasan yang gak jelas. Tapi kalau kamu gunakan untuk membela diri kamu itu diperbolehkan. Well, you can ask your mommy or your daddy for more details, sweetie." Gadis kecil itu memandang datar Reiner, "Oke. So, bisa aku pergi main lagi sekarang?" "Sure. Have fun," Reiner berucap sambil tersenyum pada gadis kecil itu. Gadis kecil itu pun pergi dari hadapan Reiner dengan segera kembali bermain. Reiner pun berdiri dari posisinya sambil tersenyum tanpa sadar memandangi gadis kecil yang sudah kembali bermain itu. *** Nyatanya kejadian yang dialami gadis kecil itu kembali terulang. Setelah beberapa hari kembali ke Amerika untuk mempersiapkan pemindahan perawatan kedua orang tuanya yang rencananya akan dilakukan di Amerika. Reiner akhirnya kembali pulang karena Ryandra adiknya. Reiner memilih pulang sejenak ke apartemennya karena rasa lelah yang ia rasakan namun kakinya melangkah menuju taman untuk menghampiri tempat yang sudah beberapa hari tidak ia datangi. Reiner pun mampir sejenak ke area taman. Reiner yang baru memasuki area taman pun spontan berlari mendekati gadis kecil itu ketika pria itu melihat gadis kecil itu sedang terduduk di lantai dengan lutut terluka. Reiner menatap tajam anak-anak yang membully gadis kecil yang terluka itu, "Kalian bisa jelaskan apa yang terjadi?" Tidak ada yang menjawab. Reiner menahan luapan emosi yang tiba-tiba melenggak dalam dirinya. "Jika tidak ada yang mau menjawab maka Om akan meminta petugas mengecek kamera cctv dan jika itu terjadi Om pastikan kalian akan berurusan dengan petugas keamanan. Kalian ini masih anak-anak tapi sudah melakukan tindakan seperti ini." Salah satu anak perempuan yang takut pun akhirnya mengaku. Reiner menatap tajam keempat anak perempuan yang akhirnya mengakui perbuatan mereka. Mereka meminta maaf pada si anak kecil yang mereka panggil Rei lalu secepat kilat mereka semua pergi dari taman. Reiner menghela nafas panjang. Pria itu pun meminta gadis kecil itu duduk di sebuah kursi di dekat tempat bermain. Gadis kecil itu menyetujuinya dan Reiner membantunya berdiri lalu menjaga dari belakang lalu setelah gadis kecil itu duduk pun Reiner langsung berlari dengan secepat mungkin pergi ke apotik terdekat untuk membeli beberapa obat untuk lutut gadis kecil itu. Reiner kembali dan melihat si gadis kecil itu tengah memandangi lututnya dengan wajah murung. "Sini, Om obatin dulu kaki kamu," Reiner berucap sambil mengangkat kantung obat yang ia bawa. Gadis kecil itu dengan pasrah membiarkan Reiner mengobati kakinya. Reiner pun memecah kesunyian diantara dirinya dan gadis kecil itu dengan membuka percakapan, "Jadi nama kamu Rei juga?" Gadis kecil itu menatap Reiner dan mengangguk pelan sambil meringis saat Reiner mulai membersihkan lututnya yang terluka. "Ternyata nama kita sama ya. Nama kita sama-sama Rei," ucap Reiner sambil terus fokus membersihkan lutut gadis kecil dihadapannya itu. Gadis kecil itu hanya diam. Reiner memaklumi mungkin gadis kecil itu masih bersikap waspada. Sebuah hal yang wajar. "Terima kasih, Om Rei." Gadis kecil itu mengucapkan terima kasih tepat ketika Reiner sudah selesai membersihkan dan mengobati luka di lututnya. Reiner tertegun mendengar ucapan terima kasih dari gadis kecil yang ada dihadapannya itu. Ini pertama kalinya gadis kecil itu berucap tidak dengan nada ketus dan gadis itu pun memanggil namanya. Reiner pun spontan tersenyum lebar dan mengangguk sambil berucap, "Sama-sama, Rei." Reiner pun duduk disebelah gadis kecil itu dan menoleh ke arahnya. "Seriously, kamu harus belajar bela diri untuk mempertahankan diri jika ada yang membully kamu lagi. Bukan untuk sok jago but that's self defense, Rei." Gadis kecil bernama Rei itu pun masih nampak ragu, "But, i'm a girl. Can i do that?" Reiner tersenyum lembut dan mengacak pelan rambut Rei si gadis kecil yang menarik perhatiannya itu, "Silly, self defense itu gak memandang cewek atau cowok, Rei. Just talk to your parents." Gadis bernama Rei itu hanya mengangguk. "So, we are friends now?" Reiner bertanya pada gadis kecil itu tanpa sadar. Rei justru menaikan sebelah alisnya menatap Reiner. "Om mau temenan sama anak kecil?" Reiner malah tertawa mendengar pertanyaan Rei. "Berteman itu gak boleh pilih-pilih, Rei." Gadis kecil itu spontan memutar bola matanya mendengar ucapan Reiner. Rei menoleh ke arah jam dinding yang memang terdapat di dekat pintu masuk tower. Rei pun mencoba menggerakkan kakinya. Ia meringis namun tetap berusaha berdiri. "I think i need to go home now. Thank you for your help, Om." Reiner mengangguk, "Anytime, Rei. I'm happy to help. Just be careful." Rei mengangguk dan meninggalkan Reiner. Reiner memperhatikan Rei yang berjalan tertatih kecil karena lututnya yang terluka. Namun selesai berbincang dengan gadis kecil yang baru ia ketahui bernama Rei itu pun membuat hatinya menghangat. Reiner merasa gadis kecil itu memiliki sesuatu yang mampu membuat orang lain merasa tertarik padanya. Reiner menunduk dan menatap tangannya yang masih memegang kantung berisi obat-obatan yang ia beli tadi. Reiner lupa seharusnya ia memberikan kantung itu untuk Rei bawa. Saat Reiner sadar, Rei sudah tidak terlihat lagi. Gadis itu sudah masuk ke dalam tower yang berada di seberangnya. Reiner pun akhirnya tau kalau gadis kecil itu ternyata tinggal di tower yang bersebrangan dengan tower apartemen tempatnya tinggal. Reiner beranjak dari tempat duduknya sambil membawa kantung plastik berisi obat-obatan itu. Reiner pun masuk ke tower dimana unit apartemen yang ia tinggali berada. Reiner tidak pernah menyangka bahwa diusianya yang sudah empat puluh tahun ini ia baru saja memiliki seorang teman baru seorang gadis kecil yang lucunya memiliki nama yang hampir sama dengan namanya. Jika ia pikir lagi, berawal dari ketertarikannya tentang Rei kini ia menjadi teman gadis kecil itu dan anehnya ia merasa senang berhasil menjadikan Rei sebagai temannya setelah sebelumnya ia hanya bisa melihat gadis itu dari jauh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD