ULANG TAHUN PERNIKAHAN

1599 Words
Sudah dua hari Ervin pergi camping bersama rekan Mapala-nya di organisasi. Selama itu pula Elina menginap di rumah Tristan. Awalnya Elina ingin ikut bersama Ervin, tetapi keinginan itu harus pupus saat dosenya tiba-tiba memberikan kuliah tambahan. Ponsel Elina bergetar di atas meja belajarnya. Sebuah pengingat membuat Elina menjadi semangat. Lima hari lagi tepatnya tanggal 12 adalah perayaan ulang tahun pernikahannya dengan Ervin. Lima hari lagi usia pernikahan mereka genap 2 tahun. Elina tentu bahagia pernikahannya bisa berlangsung lama. Sesuai rencana Ervin saat pernikahan mereka yang ke-3, mereka akan mengadakan resepsi mewah. Elina sudah tidak sabar menunggu waktu itu tiba. Mereka akan menjadi keluarga yang bahagia, pikirnya. Terlebih setelah Elina menyelesaikan kuliahnya mereka akan membicarakan masalah anak. Bayangan Elina pada keluarga bahagia dengan kehadiran bayi mungil. Elina tersenyum tanpa sadar tertawa kecil membayangkan bagaimana Ervin menggendong bayi saat Elina sedang memasak. Ia sudah tidak sabar ingin menjadi ibu rumah tangga yang sesungguhnya. “Kira-kira nanti anaknya dikasih nama siapa,ya?” gumam Elina sembari menopang dagunya. Ponselnya berdering, Elina segera memeriksanya. Sebuah pesan dari Ervin yang memberitahu bahwa sore ini dia akan pulang dan akan menjemput Elina. Tentu kabar itu membuat Elina semakin bahagia. Rasa rindu pada Ervin membuat ia tanpa sadar mencium layar ponselnya. “Mister pelit, I love you,” ujar Elina di depan ponselnya. Siang itu Elina sudah bersiap menunggu kedatangan Ervin. Tristan yang melihat putrinya berdandan cantik duduk di sofa ruang tamu merasa sedikit aneh. Selama di rumah Elina tidak pernah memakai make-up. “El, kamu mau ke mana?” tanya Tristan. Ia duduk berseberangan dengan anaknya sembari meneliti penampilan Elina. “Mister Pelit bilang dia mau jemput aku sore ini,” jawab Elina membuat Tristan paham alasan putrinya berdandan. “Oh,kamu dandan buat Ervin.” Tristan mengalihkan tatapannya pada televisi. “Papa senang gak kalau punya cucu?” tanya Elina ragu-ragu. Tristan langsung menoleh, mengabaikan siaran televisi di depannya. “Kamu hamil?” tanya Tristan. Elina langsung menggeleng. “Enggak kok, Pa. Elina belum hamil. Ervin bilang kalau kita sudah lulus kuliah baru deh bicara tentang anak,” jawab Elina membuat hati Tristan tenang. “Syukurlah kalau belum. Ervin memang penuh perhitungan. Gak salah papa pilih dia jadi mantu,” ujar Tristan. Elina akui Ervin pandai dalam merencanakan masa depan mereka. Bahkan Ervin sudah membuatkan design rumah sederhana untuk mereka tinggal nanti. Kegiatan Elina dan Tristan saat menonton TV terganggu. Salah satu pelayan memberitahu kedatangan Ervin. Elina langsung berlari keluar menyambut suaminya. Tanpa banyak bicara Elina menerjang ke pelukan Ervin. “Mister aku kangen,” ucapnya manja. Ervin membalas pelukan Elina. “Aku juga kangen,” balas Ervin. Melihat Elina yang sangat cantik membuat Ervin terpesona. Ia masih tidak menyangka bisa menikahi gadis cantik seperti Elina, terlebih ia dari kalangan keluarga kaya raya. “Ervin kamu sudah datang? Masuk dulu kamu pasti lelah,” kata Tristan dari ambang pintu. “Terima kasih, Pa, aku mau membawa Elina pulang. Kami akan makan malam di rumah,” ucap Ervin. Elina segera memakai helm-nya membuat Tristan tidak bisa memaksa. “Papa Elina pulang dulu, beritahu mama kalau aku nggak jadi mijit kakinya. Terus kasih tahu ke Mbak Puput kalau kamar aku sudah bersih,” ujar Elina. Tristan mengangguk. Ia tidak banyak bicara pada putrinya. Melihat Elina bahagia membuatnya ikut bahagia. “El, aku sudah masak buat kamu di rumah,” kata Ervin saat di jalan. “Apa? Mister sudah masak? Kenapa bisa, bukannya Mister baru pulang?” Elina mengeratkan pelukannya pada pinggang Ervin. “Aku pulangnya siang, terus pengen masak. Ya, sudah sekalian saja masak buat makan malam berdua.” Elina semakin mengembangkan senyumnya. “Aku cinta Mister,” ucapnya membuat bibir Ervin menyunggingkan senyum. Sampai di rumah Elina bergegas ke dapur. Seperti yang Ervin katakan bahwa ia sudah memasak. Makanan sederhana terhidang di atas meja. Ada tahu tempe, terong balado, ayam krispi dan juga nasi. Menu yang jauh lebih sederhana dari makanannya di rumah. Selama dua hari Elina dijamu makanan restaurant berbintang. Mulai dari makanan nusantara sampai western. “Wah, sambelnya pasti enak,” kata Elina membuat Ervin berdeham. Tidak perlu diragukan lagi, masakan Ervin membuatnya tergila-gila. “Tunggu sebentar.” Ervin berjalan ke sisi lemari pendingin mengambil sebuah lilin. Ia menyalakan lilin itu lalu meletakkannya di tengah-tengah meja. Bukan hanya lilin Ervin juga memindahkan vas bunga yang ada di atas kulkas ke meja makan. “Makan malam romantis.” Ervin meraih tangan Elina lalu mencium punggung tangannya. Perasaan Elina melayang haru. Ini pertama kalinya Ervin bersikap romantis padanya. Ervin yang kaku itu mulai berubah. “Mister kerasukan jin apa sih saat camping? Aku senang banget Mister romantis kayak gini.” Senyum Ervin seketika menghilang. “Aku cuma mau belajar jadi cowok romantis buat kamu. Biar kamu makin cinta,” jawab Ervin. Mendengar jawaban itu membuat Elina menutup bibirnya. Ia tidak ingin berteriak atau tertawa di depan Ervin secara berlebihan. Sebisa mungkin ia tetap tenang walau perutnya tergelitik untuk tertawa. *** Ervin semakin hari semakin sibuk. Sebagai mahasiswa yang sebentar lagi menyelesaikan pendidikan, ia dihadapkan dengan banyak kegiatan kampus. Elina yang sudah paham dengan kesibukan Ervin hanya mendukungnya dan memberi semangat saat Ervin mulai lelah. “Mister, aku mau bicara,” kata Elina. Ervin masih sibuk dengan laptop dan tumpukan buku di atas mejanya kemudian bergumam. “Mister ingatkan hari ini hari apa?” tanya Elina. Ervin yang tidak ingin pusing pun mengangguk. “Benar Mister ingat?” “Tentu saja aku ingat kalau hari ini special,” kata Ervin tanpa menatap istrinya. Sesekali Ervin membuka buku yang ada di atas meja lalu mulai mengetik lagi. “Jadi, apa Mister sibuk malam ini?” tanya ELina. Ulang tahu pernikahan ke dua mereka Elina ingin menghabiskan sepanjang hari dengan Ervin. Walau hanya di rumah saja Elina akan sangat bahagia kalau Ervin mau memanjakannya. “Kalau tugas Mister sudah selesai boleh dong kita jalan-jalan?” tanya Elina lagi. Kali ini Ervin menatapnya karena merasa Elina sedikit aneh bertanya-tanya. “Iya, Elina. Nanti kita bisa jalan-jalan, tapi aku buat tugas dulu, ya.” Elina mengangguk. Ervin kembali fokus pada tugasnya. Segala persiapan sudah Elina lakukan mulai dari memesan kue, menyiapkan hadiah dan tentunya memesan makanan untuk dia dan Ervin. Walau merayakan hari jadi pernikahan di rumah, tapi Elina sangat bahagia. Elina tidak sabar ingin melihat reaksi Ervin nanti malam. Sore pukul 15.23 Ervin akhirnya menyelesaikan tugasnya. Setelah berjam-jam di depan laptop dan sesekali istirahat membuat tubuhnya lelah. Elina berada di luar sedang menonton televisi, Ervin pun mengambil ponselnya dan bergabung dengan Elina. “Mister sudah selesai?” tanya Elina seraya bersandar pada bahu Ervin. “Sudah, aku capek banget mau istirahat sebentar,” ujarnya. Elina kembali fokus pada tayanga televisi sampai suara ponsel Ervin mengganggu kebersamaan mereka. “Sebentar, ya, El. Aku angkat telepon dulu.” Ervin melepaskan diri dari istrinya, menerima telepon dari jarak yang cukup jauh sehingga Elina tidak bisa mendengarnya. “Iya, Cinta. Ada apa, ya?” Ervin merendahkan suaranya sambil sesekali menatap Elina yang sedang memperhatikannya. “Ervin, maaf aku ganggu kamu. Aku boleh minta tolong ke rumah aku sekarang? Aku lagi sakit, nggak ada siapa-siapa di rumah,” kata Cinta dengan suara serak. Ervin mengusap wajahnya bingung. Elina ingin jalan-jalan dan ia sudah menyanggupi. Namun, di sisi lain ia merasa kasihan dengan Cinta yang tinggal sendiri dalam keadaan sakit. “Aku bisanya malam, gak apa,’kan?” Ervin menggigit bibir bawahnya. “Jadi nggak bisa sekarang? Ya, sudah tidak apa-apa. Maaf ya ngerepotin kamu. Sampai ketemu nanti malam.” Sambungan terputus. Ervin menghela napas panjang. Ia terus kepikiran tentang Cinta yang sedang sakit, tetapi ia juga merasa bersalah dengan Elina. “Mister telepon siapa?” tanya Elina saat Ervin kembali duduk di sampingnya. “Telepon dari teman. Dia bilang lagi sakit terus dia minta aku ke rumahnya karena di tinggal sendiri,” ucap Ervin. Elina yang melihat Ervin gelisah pun meraih tangan suaminya. “Bagaimana kalau kita jenguk teman Mister sekarang? Kasihan dia lagi sakit,” kata Elina. Ervin segera mencegahnya membuat Elina menatap kebingungan. “Aku saja yang jenguk dia. Aku gak mau kamu ketularan sakit.” Ervin mengusap pipi Elina lembut. “Teman Mister cewek apa cowok?” Tubuh Ervin menegang. Ia segera menjauhkan tangannya dari wajah Elina. “Co-cowok. Teman sekolah dulu. Teman baik,” jawab Ervin gugup. Elina yang tidak menaruh curiga pun memberi izin Ervin pergi dengan catatan ia pulang sebelum jam makan malam. Elina juga pikir dengan Ervin pergi ia bisa menyiapkan makan malam dan perayaan pernikahan mereka lebih sempurna. “Ya, sudah aku pergi sekarang, ya.” Ervin bergegas ke kamar mengambil jaket dan kunci motor. Melihat Ervin sudah pergi, Elina bergegas ke kamarnya mengambil beberapa tangkai bunga mawar yang sudah ia beli kemarin. Satu per satu kelopak bunga ia petik. Rencananya Elina akan menghias tempat tidur Ervin dengan kelopak bunga mawar. Malam menjelang tidak ada tanda-tanda Ervin akan pulang. Pesannya belum dibalas sejak sejam yang lalu. Elina yang sudah berdandan cantik duduk sendiri di meja makan. Semua makanan yang ia pesan mulai dingin. Jam makan malam pun sudah lewat tiga puluh menit yang lalu. Elina memainkan ponselnya untuk mencari hiburan di sosial media. Sampai pukul 10 malam Ervin belum juga kembali. Mata Elina sudah berat. Terpaksa ia makan sedikit untuk mengganjal perutnya yang lapar. Pukul 11 malam Elina sudah tertidur di meja makan. Ia benar-benar lelah menunggu Ervin pulang. Ada rasa khawatir dan kesal karena Ervin tidak membalas pesanya. Elina memutuskan untuk menunggunya di meja makan seperti waktu itu. Pukul 11. 25 Ervin akhirnya pulang. Ia bergegas masuk ke rumah menemui Elina. Rasa penyesalan Ervin semakin menjadi saat melihat istrinya tertidur di meja makan. Ia berjalan pelan mendekti Elina. Matanya terpaku pada kue dengan lilin berbentuk angka dua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD