Malam Pertama

1259 Words
Ervin memejamkan matanya saat sadar bahwa hari ini ulang tahun pernikahan mereka. Pandangan Ervin tertuju pada Elina. Istrinya berdandan cantik yang membuat ia semakin merasa bersalah. “Elina, bangun.” Ervin mengusap wajah istrinya membuat Elina menggeliat lalu terjaga. “Mister kenapa baru pulang?” tanya Elina. Wajahnya terlihat kesal. Ervin duduk dekat istrinya menatap hidangan di meja. “Kita tiup lilin dulu, ya sebelum jam 12,” ucap Ervin membuat Elina melirik jam di ponselnya. Elina tidak bertanya lagi tentang keterlambatan Ervin. Ia segera menyalakan lilin lalu berdoa. Ervin melakukan hal yang sama. Matanya terpejam dan berdoa seperti Elina. Mereka berdua membuka mata lalu meniup lilin bersamaan. Wajah Elina berseri, meski tadi sempat kecewa karena Ervin pulang terlambat. Mereka pun makan malam bersama. Ervin tidak ragu untuk sesekali menyuapi Elina. Sampai akhirnya makan malam selesai dan Elina meminta Ervin ke kamarnya. “Taraa, baguskan?” tanya Elina. Ervin begitu takjub dengan dekorasi kamar Elina yang serba putih. Di tempat tidur dihiasi kelopak mawar yang berbentuk hati. Seperti dekorasi bulan madu. Ada balon-balon yang terbang menyentuh plafon kamar. “Kamu sendiri yang siapin ini?” Elina mengangguk sembari memeluk tangan Ervin. “Maunya hias kamar Mister, tapi aku takut Mister nggak suka,” kata Elina. Ervin mengusap kepala Elina lembut. “Aku suka apa pun yang kamu suka.” Senyum Ervin membuat Elina semakin erat memeluknya. Ervin membawa Elina masuk ke kamar. Mereka duduk bersisian. “Mister,” panggil Elina. Ervin menatapnya, menunggu Elina selesai bicara. “Aku… aku suka sama kamu.” Ervin mengernyitkan dahinya. “Aku juga suka,” jawabnya singkat. “Itu… kita belum pernah… belum pernah melakukannya. Maksudnya malam pertama,” kata Elina dengan wajah memerah. Ervin menelan ludahnya dengan susah payah. Ia tahu apa yang Elina maksud. Suasana kamar yang redup, romantis dan ditambah aroma wewangian yang lembut membuat pikiran Ervin terpengaruh. “Enggak boleh, Elina. Kita masih kuliah, sesuai janji kita boleh melakukannya setelah menamatkan pendidikan,” ucap Ervin mencoba untuk menenangkan hati dan pikirannya. Siapa pun pria yang berada di dekat istrinya saat ini pasti tidak bisa menolak. Terlebih Elina berpakaian seksi dan berdandan sangat cantik bak seorang dewi. “Tapi Mister, aku baca di artikel kalau sekali saja nggak bikin perut buncit, Mister pahamkan maksudnya,” kata Elina. Jantung Ervin berdebar kencang, keringat dingin membuatnya tegang. Tangan Elina yang melingkar di perutnya membuat pikiran Ervin semakin kacau. Ia segera berdiri tanpa menjawab ucapan Elina. Ervin berjalan ke arah pintu meninggalkan Elina yang sedang tertunduk lemas. Ervin menolaknya malam ini. Elina hanya bisa menahan kesedihan. Suara pintu yang terkunci membuat gadis itu menaikkan pandangan. ElINA tidak percaya kalau Ervin berbalik mendekatinya ke tempat tidur. “Sekali saja sepertinya tidak masalah,” kata Ervin membuat Elina membulatkan matanya. “Mister,” panggil Elina dengan suara lembut. Ervin menarik dagu Elina lalu mencium bibir istrinya dengan lembut. Ervin selalu memperlakukan Elina dengan baik ketika mereka berciuman. Perlahan tubuh Elina dibaringkan di tempat tidur yang bertaburan kelopak mawar yang bentuk hati yang membuat kelopak bunga itu seketika berantakan. Ervin berhasil membuat Elina tidak berdaya di bawah tubuhnya. Satu per satu pakaian mereka tanggalkan. Jantung Elina berdegup kencang karena malam ini akan menjadi malam yang tidak akan terlupakan dalam hidupnya. Menjadi istri yang seutuhnya bagi sang suami. Tangan Ervin bergerak pelan menyusuri tubuh istrinya. Elina melengguh akan setiap sentuhan Ervin yang lembut. “Elina, apa kamu siap?” gumam Ervin dengan suara rendah. Peluh membanjiri tubuhnya dan juga Elina. Napas mereka tersenggal, rasa panas menjalari tubuh masing-masing. Elina memeluk Ervin lebih kuat. Aroma terapi dari pengaharum ruangan membuat mereka terlena. “Aku siap Mister,” ucap Elina tepat di samping telinga Ervin. Mendapat persetujuan untuk kesekian kalinya membuat keraguan Ervin menghilang. Lengguhan suara mereka memenuhi kamar dengan lampu tamaran. Elina membuat Ervin kehilangan akal sehatnya. Gadis itu berhasil membuat Ervin mengingkari komitmennya yang ia jaga semalam dua tahun. “Mister,” kata Elina dengan napas terengah. Mereka menjadi satu, tidak ada jarak yang memisahkan. Ervin mencium kening Elina cukup lama sementara gadis itu mengatur ritme detak jantungnya yang berdebar-debar. “Elina, aku mencintaimu. Apa pun yang terjadi jangan pergi. Aku sangat mencintai kamu,” ujar Ervin sembari mengecup leher jenjang Elina. Mendengar ucapan Ervin membuat Elina terharu. Diusapnya rambut hitam suaminya yang mulai lepek karena keringat. “Aku juga cinta sama Mister.” Air mata Elina luruh begitu saja membuat Ervin menghapusnya. “Apa sakit?” Elina langsung menggeleng. Ervin kembali mencumbunya dengan penuh perasaan. Elina satu-satunya gadis yang membuatnya mabuk kepayang. Wanita pertama yang membuat Ervin ingin selalu melindunginya. Ervin berguling ke samping Elina setelah menuntaskan kewajibannya. Napas keduanya masih terengah. Ini seperti mimpi bagi Ervin dan Elina. Mereka tidak menyangka peristiwa ini akan terjadi. Elina menatap Ervin yang tidur terlentang. Ia segera menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka. Ervin menarik Elina ke dalam dekapannya. “Tidur Elina. Aku akan di sini bersamamu,” ucapnya. Elina memejamkan matanya. Rasa lelah membuat keduanya langsung terlelap. ** Tidur nyenyak semalam membuat Ervin dan Elina bangun lebih siang. Jam weker yang berdering tidak dihiraukan. Mereka terlihat kelelahan hingga tidur terlalu lelap. Sampai cahaya matahari menyinari kamar hingga mengusik tidur Ervin. Perlahan ia membuka mata, sesekali menguap untuk menghalau rasa kantuk yang masih menyerang. Ervin mengerjapkan mata berkali-kali meneliti kamar yang terasa asing baginya. Mata Ervin membola saat ingat kejadian semalam. Gerakan kecil di sampingnya membuat Ervin menoleh. Elina baru membuka matanya. Mengerjap beberapa kali sampai akhirnya mereka tersentak. “AAAAA!” Mereka kompak menarik selimut untuk menutupi tubuh masing-masing. Elina yang malu sampai menggunakan bantal untuk menutup wajahnya. “Mister cepat pergi,” usirnya. Ervin kelabakan. Ia mencari-cari pakaiannya yang berserakan dekat pintu. Semalam Ervin bahkan tidak sadar telah melempar pakaiannya sembarangan. Belum sempat Ervin menapaki kakinya di lantai, Elina sudah menendang bokongnya. Ervin terjatuh berusaha menahan sakit di pinggang. “Mister pergi!” usir Elina lagi. Ia benar-benar malu pada Ervin. Terlebih semalam dialah yang meminta Ervin melakukannya. Melihat Elina yang mulai mengamuk Ervin bergegas merangkak mencari pakaiannya yang tercecer. “Jangan buka mata,” kata Ervin seraya memakai busanannya. “Cepetan!” Dengan gerakan cepat Ervin menggunakan pakaiannya. Tidak peduli jika kaos yang ia pakai terbalik yang terpenting saat ini adalah ia harus keluar dari kamar Elina. Mata Ervin kembali membola saat melihat jam bulat yang ada di atas meja samping tempat tidur. Ervin mengumpat karena sebentar lagi jam pertama akan dimulai. “Aku bisa kena hukuman,” gumamnya lalu keluar dari kamar Elina. Mendengar suara pintu tertutup membuat Elina menurunkan selimutnya.Perasaanya begitu lega ketika tahu Ervin sudah keluar.Elina mengacak rambutnya hingga kusut. Ia tidak punya muka lagi di depan Ervin. “Apa yang sudah aku lakukan.” Elina memeluk kakinya. Pikirannya melayang pada kejadian semalam. Segera ia mengenyahkan pikiran itu. Bagaimana pun juga ia harus melupakannya. “Elina nggak ada yang salah. Kalian suami istri jadi wajar kalau berhubungan,” gumamnya. Elina mengatur napas untuk meenenangkan hatinya. Setelah tenang ia segera berpakaian. Selimut tebal membungkus tubuhnya saat ingin keluar kamar. Ia membuka sedikit pintu kamar untuk memastikan Ervin tidak berada di dekatnya. Setelah aman Elina pun keluar. Untuk menghindari suaminya, Elina pun menutup pintu kamar sepelan mungkin. Jangan sampai Ervin melihatnya. “Elina.” Tubuh gadis itu menegang. Ia langsung berbalik menatap Ervin yang baru keluar dari kamar mandi. Tubuh pria itu masih basah. Elina mematung menatap Ervin yang hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. “AAAA!” Elina berteriak lagi. Ia segera masuk ke kamar. Ervin mengernyitkan dahinya melihat sikap Elina yang berbeda dari semalam. Tidak mau ambil pusing Ervin pun bergegas ke kamarnya. Ia harus cepat jika tidak ingin nilainya dikurangi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD