Pagi-pagi sekali Ervin sudah rapi. Hari ini tugasnya di kampus cukup banyak. Bukan hanya tugas dari dosen tetapi juga tugas di organisasi. Minggu depan mereka akan mengadakan acara bersih-bersih lingkungan dan camping.
“Mister,” panggil Elina dengan suara serak. Rambutnya masih acak-acakan ditambah penampilan khas bangun tidur. Elina sesekali menguap dan mengusap matanya yang masih sulit untuk terbuka.
“Mister ke kampus?” tanya Elina saat melihat Ervin menyemir sepatu pantovelnya.
“Iya, ada tugas dan rapat untuk acara Minggu depan.”
Elina bersandar pada daun pintu sembari menatap Ervin. “Acara apa? Kok aku nggak tahu?” tanya Elina. Ervin menatapnya lalu tersenyum tipis.
“Camping dan bersih-bersih lingkungan,” jawab Ervin membuat Elina mengangguk.
“Aku boleh ikut?”
Ervin mengangguk. Elina meloncat senang lalu masuk memeluk suaminya. Ervin segera melepas pelukan Elina membuat gadis itu cemberut.
“Bau tahu El. Kamu belum mandi,” kata Ervin dengan alis tertekuk, jari telunjuknya menutupi lubang hidung.
“Ish, mana ada bau. Aku itu wangi. Nih cium.” Elina mendekatkan bajunya pada Ervin sehingga pria itu memalingkan wajah.
“Iya-iya, kamu harum. Sana mandi dulu,” kata Ervin lalu mendorong Elina keluar kamarnya sampai masuk ke kamar mandi.
“Mister tungguin, ya,” kata Elina sebelum Ervin menutup pintu. Setelah istrinya masuk ke kamar mandi Ervin bergegas masuk ke kamar Elina. Kalau ingin Elina berdandan cepat ia harus memilihkan pakaian.
“Harusnya istri yang melayani suami, tapi ini malah kebalik,” gumam Ervin sembari memilih pakaian untuk Elina kenakan ke kampus. Celana jeans panjang dan kaos putih polos menjadi pilihan Ervin. Pakaian yang cukup sederhana. Kini Ervin beralih pada tas istrinya. Ia memeriksa jadwal kuliah Elina yang hanya satu mata pelajaran. Ervin memasukkan buku yang Elina butuhkan beserta alat tulis. Ia bergegas ke kamar mandi lalu mengetuk pintu.
“El, hari ini ada tugas nggak?” tanya Ervin. Suara air di dalam kamar mandi mereda disusul suara Elina.
“Nggak tahu aku lupa. Nanti saja aku buatnya di kampus, lagian kuliahnya mulai jam 10,” jawabnya. Ervin menghela napas panjang. Elina satu-satunya wanita yang tidak mengingat tugas. Rata-rata teman sekelas Ervin―yang cewek― mengingat tugas yang diberikan dosen.
“Cepat, ya, aku tunggu di dapur. Aku mau sarapan,” kata Ervin kemudian bergegas ke dapur. Ervin yang sudah lapar segera menyantap sarapannya. Elina menyusul setelah penampilannya rapi.
“Mister sudah selesai makan?” tanya Elina seraya meletakkan tas di atas meja. Ervin sedang mencuci piringnya lalu meletakkan pada rak agar kering.
“Sudah. Aku tunggu di depan, ya, sekalian manasi motor,” ujar Ervin bergegas ke halaman rumah. Elina segera menghabiskan sarapannya lalu mencuci piring kotornya. Sekarang ia sudah bisa mencuci piring sendiri.
***
Elina segera turun dari motor setelah Ervin mematikan mesinnya. Helm yang ia gunakan membuat rambut panjangnya berantakan.
“Aku duluan ya, El, rapatnya sudah mau mulai,” ujar Ervin buru-buru memperbaiki rambutnya pada kaca spion. Elina menoleh ke kanan dan kiri melihat lingkungan kampus yang sepi.
“Mister,” panggil Elina seraya menggerakkan tangannya supaya Ervin mendekat. Ervin menurut setelah memastikan tidak ada orang yang melihat mereka.
“Kenapa?”
Cup…
Elina mencium pipi Ervin cepat. “Morning kiss,” sahut Elina membuat wajah Ervin memerah. Ia masih mematung merasakan bibir Elina menyentuh pipinya. Ervin tidak menyangka Elina akan menciumnya di tempat umum walau tidak ada orang yang melihatnya.
“Ehemm… Elina.” Ervin ikut memberi isyarat agar Elina mendekat. Perasaan Elina seketika melayang memikirkan Ervin akan mencium pipinya. Elina mendekatkan wajahnya sambil menutup mata. Ervin menggeleng pelan lalu tersenyum tipis. Bukannya mencium istrinya, Ervin justru mencubit pipi Elina hingga gadis itu membuka matanya.
“Mister, sakit tahu,” teriaknya seraya memukul lengan Ervin. Orang yang dipukul hanya tertawa senang melihat wajahnya kesal. Tanpa bicara lagi Elina segera meninggalkan Ervin dengan wajah cemberutnya. Ervin mengusap pipinya yang dicium istrinya lalu pun bergegas meninggalkan parkiran.Setidaknya pagi ini ia mendapat suntikan semangat.
***
“Nyebelin banget,” gumam Elina. Ia masih kesal karena Ervin mencubit pipinya sampai memerah. Tiba-tiba ia dikagetkan dengan kehadiran Varen yang duduk di sampingnya.
“Pagi Elina,” sapa Varen, tersenyum manis padanya.
“Pagi, Varen. Kamu ada kelas pagi hari?” tanya Elina. Setahunya kelas Varen lebih banyak jam siang dan sore berbeda dengan Elina yang lebih banyak jam pagi.
“Aku mulai kelas jam 11.15. Aku bosan banget di rumah ya sudah diem di kampus saja,” kata Varen membuat Elina mengangguk.
“Kamu sudah sarapan?”
Elina mengangguk sebagai jawaban. Varen mengeluarkan ponselnya memeriksa pesan yang masuk. Melihat hal itu membuat Elina sadar akan tugas kuliahnya. Cepat-cepat ia memeriksa grup kelas dan mencari tahu tentang tugas hari itu. Melihat Elina yang sibuk dengan ponselnya membuat Varen penasaran. Tiba-tiba Elina memekik yang membuat Varen kaget.
“Ada apa El?”
“Aku ada tugas management keuangan,” ucapnya panik.
“Dari Pak Dudung?” tanya Varen lagi. Elina mengangguk cepat. Pak Dudung salah satu dosen killer dan disiplin. Ia tidak segan-segan memberi nilai rendah di laporan evaluasi peserta didik jika mahasiswa tidak disiplin dan melanggar lima aturan yang sudah ditetapkan. Berurusan dengan Pak Dudung sama seperti membangunkan macan tidur.
Varen mengeluarkan buku tulisnya dari tas. “Tugas yang ini?” tanya Varen memperlihatkan tugas yang sudah selesai ia buat. Mata Elina berbinar menatap buku itu. Ia kemudian menatap Varen dengan wajah memelas.
“Varen…,” panggil Elina.
“Kamu boleh melihatnya,” kata Varen membuat Elina memekik senang. Tanpa basa-basi Elina langsung menyalin tugas itu. Melihat Elina dari jarak yang sedekat ini membuat perasaan Varen berdesir.
El, kapan aku bisa melupakan kamu. Apa cintaku selama ini belum cukup untuk kamu berpaling. Aku tahu tidak seharusnya perasaan ini tetap ada, tetapi aku tidak bisa kehilangan kamu. Aku belum bisa melihat kamu bersama pria itu. Bahkan sampai sekarang aku masih mencintai kamu.
Tanpa sadar tangan Varen terulur membelai kepala Elina lalu menyisipkan rambut gadis itu ke belakang telinga. Elina menoleh membuat pandangan mereka bertemu.
“Varen,” panggil Elina membuat Varen sadar akan perbuatannya.
“Ma-maaf, tadi di rambut kamu ada sesuatu,” ucapnya gugup. Elina tidak ambil pusing, ia kembali melanjutkan pekerjaannya sampai selesai.
***
Setelah rapat dengan anggota usai, Ervin bergegas keluar. Kelasnya sebentar lagi dimulai dan ia belum makan siang. Baru saja Ervin keluar dari ruang rapat tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.
“Ervin.”
Ervin menoleh melihat Cinta berlari mendekat. Ia sedikit heran akan keberadaan gadis ini di kampusnya. Cinta menatap Ervin lekat, senyum manis gadis itu membuat ia terlihat semakin cantik.
“Kamu kenapa bisa di sini? Ketemu teman?” tanya Ervin tanpa basa-basi. Cinta menggeleng.
“Aku mau ketemu sama kamu,” ucap Cinta membuat Ervin semakin heran.
“Untuk?”
Cinta menarik tangan Ervin menjauh dari keramaian. Cinta melepaskan tangan Ervin saat berada di parkiran yang sepi.
“Sebenarnya ini nggak terlalu penting, tetapi aku… aku harus bilang ke kamu. Aku mau minta tolong,” ucap Cinta membuat Ervin kebingungan.
“Minta tolong apa?” tanya Ervin. Cinta meremas tangannya kuat-kuat.
“Teman aku ulang tahun besok, kamu mau nggak temani aku ke sana? Aku nggak enak pergi sendiri,” jelas Cinta membuat Ervin terdiam. Ia merasa sulit memutuskan untuk menerima pemintaan Cinta.
“Kenapa harus aku? Kamu bisa minta bantuan teman yang lain,” ucap Ervin berhati-hati supaya Cinta tidak tersinggung.
“Itu karena aku mulai suka sama kamu,” jawab Cinta membuat Ervin kaget. Ia tidak menyangka Cinta akan bicara seperti itu.
Apa yang harus aku katakan sekarang?