Elina benar-benar di luar dugaan. Zee Zee hanya menggeleng pelan melihat kegilaan adik iparnya. Entah sudah berapa kantong belanjaan yang sudah mereka bawa. Seolah tidak ada capeknya Elina berkeliling mall membeli sesuatu yang menurutnya lucu, menarik, unik dan langka. Dua bodyguard yang berada di belakang dua gadis itu harus menjadi korban keganasan hobi Elina. Dua pria berbadan kekar itu harus siap membawa paper bag Elina dan Zee Zee.
“Bagaimana sudah puas?” tanya Zee Zee setelah mereka keluar dari toko yang berada paling ujung.
“Puas banget, Kak. Sebenarnya aku masih mau belanja, tapi kasihan Kak Bagus kalau bulan depan jadi miskin. Ngak lucu kalau bulan depan Kak Bagus ngemper.”
Zee Zee menatap datar adik iparnya. Ia tidak tahu kalau Elina ‘gila’ shopping. Semua barang ia beli tanpa pikir panjang membuat Zee Zee mengusap dadanya untuk bersabar. Ia baru tahu arti ucapan Bagus beberapa hari yang lalu tentang kebiasaan buruk Elina yang dijuluki Ratu Shopping di keluarga besar Aris Budiman.
Drrtt… drrtt…
Ponsel Elina bergetar. Susah payah ia mengambilnya di dalam tas. Barang belanjaan yang ada di tangannya membuat Elina sulit membuka tas.
“Iya, Mister ada apa?” tanya Elina setelah berhasil menerima panggilan.
“Kamu di mana Elina? Aku sudah di rumah papa.”
Elina tersenyum pada Zee Zee yang sejak tadi memperhatikannya. Elina sedikit menjauh dari kakak iparnya. Ia tidak ingin Zee Zee mendengar percakapannya dengan Ervin.
“Aku ada di mall sama Kak Zee. Aku lagi nemenin Kak Zee belanja,” kata Elina. Terdengar helaan napas dari seberang membuat Elina tersenyum kaku. Ia bisa membayangkan ekspresi Ervin saat ini.
“Mister tenang saja aku nggak nakal, kok. Lagi pula Kak Zee Zee yang traktir aku jadi Mister nggak usah takut,” ucap Elina. Sesekali ia menoleh ke belakang melihat Zee Zee yang terlihat kesal menunggunya.
“Ya, sudah cepat pulang. Aku tunggu di rumah.”
“Oke, Mister.”
Elina mematikan sambungan telepon. Saat ia berbalik tanpa sengaja ia menabrak seseorang. Elina terjatuh bersama gadis cantik itu. Ia segera meminta maaf pada gadis itu, tetapi Elina dibentak-bentak.
“Mbak kalau jalan hati-hati. Jalan saja nggak becus,” ucapnya membuat Elina menunduk. Kedua tangan Elina mengepal erat berusaha meredam emosinya.
“Maaf, Mbak,” kata Zee Zee menyela. “Adik saya sudah minta maaf tolong jangan bentak dia.”
Zee Zee merangkul pundak Elina lalu memberi isyarat pada dua bodyguard untuk membawa semua barang belanjaan mereka. Melihat dua pria bertubuh besar itu membuat Cinta urung bicara. Ia yakin gadis yang ada di depannya bukan orang biasa.
“Ayo, El, kita pergi,” kata Zee Zee. Elina tidak banyak bicara. Ia pergi meninggalkan Cinta yang terlihat masih kesal. Dua bodyguard yang ada di belakangnya mengikuti. Elina menoleh ke belakang menatap Cinta datar. Ia menjulurkan lidahnya meledek Cinta.
“Dasar gadis nyebelin,” gumam Cinta karena Elina meledeknya.
***
Ervin memarkir motornya di halaman rumah. Beberapa menit lalu Elina memintanya pulang karena dia tidak mampir ke rumah Tristan. Jadilah Ervin pulang sendiri menunggu Elina di rumah. Baru saja ia membuka pintu rumah sebuah mobil hitam mewah memasuki pekarangan rumahnya. Ervin yang merasa asing dengan mobil itu pun menghampiri.
“Mister!” teriak Elina sembari melambaikan tangan dari dalam mobil. Elina segera keluar bersama Zee Zee. Wajah cerah Elina berbanding terbalik dengan wajah datar Zee Zee. Ervin sudah tahu ada yang tidak beres dengan kedua wanita itu.
“Mister aku capek banget,” kata Elina bergelayut manja pada lengan Ervin. Zee Zee memalingkan wajahnya melihat Elina bersikap berbeda saat bersamanya.
“Istirahat saja di dalam,” ucap Ervin kini perhatiannya beralih pada Zee Zee.
“Kakak mau masuk dulu, aku buatkan minum sambil ngobrol-ngobrol,” kata Ervin ramah membuat Zee Zee tersenyum tipis.
“Lain kali saja, aku mau langsung pulang sudah capek banget,” ujar Zee Zee. Ervin mengangguk.
“Terima kasih sudah mengantar Elina pulang,” ucap Ervin yang dibalas senyuman tipis oleh Zee Zee.
“Terima kasih, Kak.” Elina melambaikan tangannya saat Zee Zee masuk ke dalam mobil. Perhatian Ervin tertuju pada Elina yang tidak memegang satu pun tas belanja. Ia merasa bersalah sudah berpikiran buruk pada istrinya. Ervin tersenyum lebar saat Elina mendongkak menatapnya. Istrinya sangat manis dan cantik membuat Ervin semakin jatuh hati.
“Elina capek?” tanya Ervin membuat Elina mengangguk manja. Ervin mengusap kepala istrinya lembut membuat Elina tersipu. Baru saja mereka senyum-senyum tiba-tiba datang mobil hitam yang sering Tristan pakai. Ervin pikir ayah mertuanya datang berkunjung tetapi…
“Taruh saja di dalam,” kata Elina saat dua bodyguard keluar dari mobil. Ervin yang kebingungan hanya diam mengamati kedua bodyguard itu mengeluarkan banyak tas belanja. Bukan satu atau dua, mungkin lebih dari sepuluh kantong. Elina menyusul dua bodyguard itu dari belakang. Namun, Ervin menahan tangannya.
“El, kamu dapat uang dari mana?” tanya Ervin. Elina melepaskan tangan Ervin yang mencekalnya lalu langsung masuk ke rumah setelah pria-pria itu selesai menurunkan semua barang belanjaan yang membuat Ervin syok.
“El, dapat uang dari mana?” tanya Ervin lagi.
“Ngepet,” kata Elina asal. Ervin menekuk alis mendengar jawaban istrinya. Elina terlihat bahagia saat paper bag berjejer di lantai ruang tv.
“Yang jaga lilinnya siapa?” tanya Ervin kesal.
“Sebenarnya aku yang jaga lilin terus Kak Zee Zee yang ngepet, hehehe.” Elina segera membuka satu per satu paper bag, sampai ia menemukan sesuatu yang ia cari.
“Taraaa… ini buat Mister.” Elina memberikan dua kantong untuk Ervin. Dari puluhan paper bag bagian Ervin hanya dua. Sungguh miris sekali.
“Mister tenang saja aku sudah cari pakaian yang murah buat Mister. Bajunya dapat potongan harga terus celananya beli dua gratis satu. Mister pasti suka yang murah dan gratis,” ucap Elina. Ervin terdiam seperti patung. Tidak tahu harus bahagia atau sedih mendengar ucapan Elina.
“Cuma dua?” tanya Ervin membuat senyum Elina memudar.
“Maaf Mister, apa kurang?” tanya Elina.
Ervin tidak menjawab memuat Elina semakin merasa bersalah. “Begini saja aku yang jaga lilin terus Mister yang ngepet gimana? Biar besok bisa beli baju baru,” gurau Elina. Ervin berusaha menahan kekesalannya mendengar ucapan Elina yang diluar akal sehat. Istrinya memang sedikit unik dan menarik.
“Lebih baik aku tidur dari pada ngepet. Aku mau ke kamar dulu, jangan lupa bereskan semua barang belanjaan kamu. Oke?”
Elina membalasnya dengan kode tangan. Ervin masuk ke dalam kamarnya membawa dua kantong paper bag pemberian Elina. Saat dia akan menutup pintu, Ervin tiba-tiba berbalik.
“Terima kasih istriku untuk bajunya,” ucap Ervin sebelum menutup pintu. Elina memekik senang karena Ervin menyukai pemberiannya.
“Sama-sama suamiku,” sahut Elina dengan suara kecil.