Gugup

1288 Words
“Elina kamu nggak ke kampus?” tanya Ervin setelah rapi. Beberapa kali ia mengetuk pintu kamar istrinya, tetapi Elina tidak menjawab. “El, jawab dong.” Ervin mulai kesal sampai mengetuk pintu dengan tidak sabaran. “Aku kuliah siang,” jawab istrinya dari dalam. Ervin menghela napas senang karena Elina mau bicara. Walau ia ingin sekali melihat istrinya sebelum berangkat kuliah. “Aku berangkat duluan, ya. Jangan lupa makan, di dapur masih sisa makanan kemarin. Kamu bisa angetin lagi.” Ervin bergegas memacu motornya ke kampus. Ia harus sampai di kelas sebelum Pak Supra tiba. Baru saja ia sampai di parkiran mobil Pak Supra baru memasuki halaman kampus. Ervin bernapas lega karena ia belum terlambat. “Ervin.” Isya melambaikan tangannya. Di samping gadis itu ada Bimo. Mantan kekasihnya Isya. Ervin menaikkan satu alisnya melihat kedua orang itu kembali bersama. “Vin, kamu sudah belajar semalam, kan?” tanya Isya ketika jalan bersisian. Bimo yang berjalan di sampingnya tak banyak komentar. Ervin tahu sifat Bimo yang pendiam, kalau tidak ditanya gak akan jawab. “Emang kenapa?” Ervin masih terlihat santai. “Is, aku balik ke kelas, ya,” kata Bimo tiba-tiba. Isya mengangguk seraya memamerkan senyumnya. “Kamu balikan sama dia?” Ervin baru berani bertanya saat Bimo sudah pergi. Isya mengangguk pelan. Gadis itu teringat akan pertanyaannya yang belum terjawab. “Entar kasi aku nyontek, ya. Aku nggak belajar semalam gara-gara meriang,” kata Isya. Mereka lalu duduk di bangku masing-masing. Mahasiswa lain terlihat asyik bercanda sebelum dosen datang. “Buat apa aku ngasi kamu nyontek. Emang mau ujian?” Isya menaikkan satu alisnya. “Sekarang memang ulangan, Vin. Ulangan harian Pak Supra, kamu nggak ingat?” Ervin menatap Isya tak percaya. “Mampus, aku belum belajar.” Ervin menepuk jidatnya. Andai semalam ia ingat akan ulangan mungkin Ervin memilih belajar dari pada melakukan olahraga malam. “Btw, selamat ya sudah balikan lagi sama Bimo.” Isya menatap Ervin yang kini sudah membuka bukunya. “Terima kasih. Aku terima dia lagi karena kasihan. Dia baik banget aku gak tega waktu dia bilang masih cinta sama aku,” ujar Isya lalu menopang dagunya. “Lama-lama juga kamu bakalan cinta sama dia. Cinta datang karena terbiasa.” Isya menatap Ervin yang kini fokus pada bukunya. *** Pintu di samping Elina terbuka. Ia segera turun dari mobil. Pagi tadi setelah Ervin pergi ia menghubungi Tristan untuk dijemput. Jadilah ayahnya mengutus seorang sopir pribadi untuk mengantar Elina ke kampus. “Terima kasih, Pak,” ucapnya. “Sama-sama, Non. Nanti jam berapa saya jemput?” tanya sopir itu sopan. “Nggak perlu dijemput, Pak. Aku pulang sama Kak Ervin,” sahutnya. Si sopir mengangguk lalu masuk ke dalam mobil. Elina berjalan santai ke gedung kelasnya. Jam pertama akan berakhir 15 menit lagi. Ia tidak mungkin masuk ke kelas di menit-menit akhir. Elina pun memutuskan pergi ke kantin sembari menunggu jam kedua. “Elina.” Suara Varen membuat gadis itu mendongkak. Varen menarik kursi di depan Elina sehingga mereka duduk berhadapan. Penampilan Varen selalu rapi dan keren di kalangan angkatan mereka. Tidak jarang Elina melihat Varen dikerumuni para gadis. “Kamu nggak ada kelas?” tanya Elina. Minuman yang ia pesan sudah tiba. Elina tersenyum tipis sebagai ucapan terima kasih pada pelayan kantin. “Aku lagi males di kelas.” Varen bersandar pada kursi. “Tumben kamu bolos.” Elina menopang dagunya menatap Varen. Pria itu melakukan hal yang sama seperti Elina. Tatapan keduanya bertemu. “Biar kamu ada yang nemenin.” Elina memutar bola matanya. Ia menggeleng saat mendengar ucapan Varen. “Bohong.” Elina memalingkan wajahnya sembari meminum jus jeruknya. Dari kejauhan ia melihat Ervin sedang berjalan ke kantin. Matanya membola saat Ervin juga menatapnya. Elina bergegas menghabiskan minumannya sebelum Ervin sampai di kantin. “Kamu haus banget, ya?” tanya Varen melihat Elina minum dengan cepat. “Iya aku haus. Maaf Varen aku harus ke kelas. Sampai ketemu lagi, ya.” Elina segera pergi dari kantin dengan tergegas-gesa. Tanpa sengaja ia menabrak seseorang. Beruntung orang itu segera menarik pinggangnya. Elina mendongkak menatap pria yang sedang memeluknya. “Kamu nggak apa-apa, El?” tanya Ervin. Elina langsung menggeleng. Ia berusaha melepaskan tangan Ervin di pinggangnya. Tanpa biacara Elina berlari pergi. Ervin mengernyitkan dahinya melihat sikap Elina yang berbeda. “Dia jadi semakin aneh,” gumamnya. Kini Ervin dihadapkan oleh Varen. Tatapan mereka bertemu. Varen tersenyum tipis. “Bolehkah aku bicara?” tanya Varen. Ervin mengangguk pelan. Tidak ada salahnya ia bicara dengan Varen. “Apa yang ingin kamu katakan?” tanya Ervin sembari melipat tangan di depan d**a. Pria itu terlihat santai, berbeda dengan Varen. “Aku hanya ingin bilang kalau aku masih suka sama Elina. Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkannya,” kata Varen membuat Ervin tertawa kecil. Pria itu mencondongkan tubuhnya pada Varen. Tatapan Ervin tajam, rahangnya mengeras menahan kekesalan. Varen belum menyerah meski jelas-jelas Elina sudah memilih Ervin. “Coba saja kalau kamu bisa. Kami sangat mencintai satu sama lain. Kamu sekali pun tidak akan bisa memisahkan.” Ervin yang kesal mendorong kursinya sedikit kasar. Ia menatap Varen lekat sebelum pergi dari kantin. Keinginanya untuk makan siang sudah lenyap. Rasa lapar Ervin sudah menguap saat mendengar ucapan Varen. “Dia pikir bisa mendapatkan Elina? Cih, aku tidak akan membiarkannya,” gumam Ervin. Ia bergegas mencari Elina ke kelas. Melihat belum adanya dosen yang mengajar membuat Ervin berani masuk ke dalam. Elina tersentak melihat keberadaan Ervin di kelasnya. Elina segera menutup wajahnya dengan buku. Semua mata menatap mereka terlebih Ervin untuk pertama kali masuk ke kelas itu. “Mi-mister,” panggil Elina seraya menurunkan buku catatan. Ervin merogoh saku celananya lalu mendekati Elina. Debaran jantung gadis itu menggila. Wangi parfum Ervin membuat Elina terhipnotis. Ervin menyematkan jepit berwarna merah pada rambut Elina. Perlakuan Ervin yang sederhana itu membuat mahasiswi memekik iri. Elina meraba rambutnya yang sudah terpasang jepit rambut. Tatapan Elina tertuju pada Ervin yang sekarang menatapnya sembari memasukkan tangan ke dalam saku celana. Sikap Ervin yang terlihat cuek, tapi perhatian sukses membuat para gadis di kelas itu meleleh. “Itu cocok untuk kamu,” kata Ervin lalu pergi dari kelas. “Kak Ervin,” teriak para mahasiswi saat Ervin melewatinya. Elina coba menahan senyum karena sikap Ervin yang tidak mengubris godaan wanita lain. Kadang pria itu susah ditebak. Elina tidak tahu apa maksud Ervin datang ke kelasnya hanya untuk memberikan jepit rambut. Gina yang baru datang mendekati Elina. Ia duduk di kursinya membuat Elina tersadar dari lamunan. “Tadi aku lihat Kak Ervin keluar kelas kita. Dia ngapain?” tanya Gina penasaran. Wajah Elina tersipu. Hatinya menghangat saat mengingat kejadian tadi. “El, kamu sakit? Kok wajah kamu merah?” tanya Gina sembari memeriksa suhu tubuh sahabatnya. “Enggak kok. Aku sehat. Tadi Mister ke sini cuma ngasih jepit rambut,” jawabnya. Gina yang mendengar hal itu merasa tidak percaya. Ini pertama kalinya ia melihat Ervin melakukan hal konyol itu. Tatapan Gina tertuju pada jepit rambut yang Elina pakai. "Tadi kenapa kamu nggak datang pas jam pertama?" tanya Gina. Elina hanya tersenyum menanggapi pertanyaan sahabatnya. Dosen tiba-tiba datang membuat Gina urung bertanya lebih lanjut. Elina yang merasakan ponselnya bergetar pun segera membaca pesan dari Ervin. ‘Kita pulang bareng. Aku tunggu sampai kelas kamu selesai. I Love You.’ Elina segera mengetik balasan lalu menyimpan kembali ponselnya. Rasanya ia ingin mengakhiri pelajaran saat ini juga. Bayang-bayang kejadian semalam membuat Elina tidak bisa berhenti tersenyum. Bahkan Gina yang sejak tadi memperhatikannya hanya bisa menggaruk kepala. Heran juga melihat sahabatnya bisa sangat bahagia walau cuma bertemu Ervin. Sudah dua tahun Ervin dan Elina bersama, tapi setiap perlakuan Ervin ke Elina selalu membuat sahabatnya melayang. ‘Kenapa Elina mudah bahagia. Hanya melihat Ervin saja ia bisa sesenang itu. Andai aku juga bisa seperti Elina yang bisa menemukan kebahgiaan yang sederhana.’
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD