Yasmin mulai mempersiapkan dirinya dengan baik untuk mengikuti ospek mahasiswa baru. Kembali ia meminta restu dari sang Nenek agar nantinya ia senantiasa di berikan kelancaran juga kemudahan untuk menjalani segalanya di kampusnya pagi ini. Nek Fatma pun sudah pasti mendukung penuh dirinya. Bahkan Nek Fatma juga sempat menawarkan diri untuk dapat mengantar Yasmin ke kampusnya. Sebab memang sejak dulu selalu saja ia antarkan cucu tercintanya itu ketika hari pertama masuk ke sekolahnya. Namun Yasmin menolaknya secara halus, sebab ia merasa jika sudah waktunya ia benar-benar mandiri dan tak terlalu bermanja kepada sang Nenek yang selama ini sudah begitu banya ia repotkan.
“Gak perlu lah, Nek. Gak apa-apa. Yasmin, ini kan sekarang sudah mau masuk ke perguruan tinggi. Bukan lagi sekolah dasar. Lebih baik, nenek, manfaatkan waktu luang yang, nenek, punya ini untuk beristirahat, Nek. Karena kan selama ini, Nek Fatma itu sudah lelah bekerja terus,” ucap Yasmin ketika kini baru saja ia usai berpamitan dengan sang nenek.
Nek Fatma belai kepala Yasmin dengan lembut seraya ia menatapnya nanar. “Iya, Neng. Nenek mengerti. Tapi nenek teh cuma kepengin bisa memastikan sama kamu, kalau kamu itu baik-baik saja. Kamu juga bisa masuk kampus dalam keadaan yang tenang. Sudah tidak gugup lagi, Neng,”
“Insya Allah yasmin akan tenang kok, Nek. Karena, kan, memang ini adalah impian yasmin sejak lama. Masa ini juga yang telah Yasmin tunggu, Nek. Jadi, yasmin rasa Yasmin pasti akan mampu melewati semua ini. Bismillah, Nek. Yasmin minta doanya saja ya, sama, Nenek,” jawba Yasmin dengan yakinnya. Yang saat ini Yasmin genggam lembut kedua tangan sang Nenek. Maka Nek Fatma pun juga turut menggenggam kedua tangannya kini.
“Iya, Neng. Bismillahirrahmanirrahim, ya, Neng. Semoga Allah SWT senantiasa memepermudah setiap urusan kamu dan kamu bisa segera menggapai setiap cita-cita kamu itu dengan baik,” doa Nek Fatma yang kini turut menggenggam kedua tangan Yasmin dengan lembut pula. Sebuah sentuhan hangat yang selalu saja berhhasil membuatnya semakin meraskan sebuah ketenagan di dalam hidupnya.
“Aaamiiin... Aaaamiiin Yarabbal Alamiiiin... semoga saja ya, Nek. Terima kasih karena, nenek, teh gak pernah telat mendoakan Yasmin. Yasmin teh sayaaaang pisan sama, nenek. Sayangnya full gak setengah-setengah, I love you so much, Nek Fatma...” ungkap Yasmin dengan penuh rasa syukur serta bahagianya memiliki seorang nenek yang sebegitu sayangnya kepadanya.
“I love you too, Neng. Nenek, teh juga sayang pisan sama kamu. Kamu teh semangat hidupnya, nenek, yang terbaik yang Allah SWT, anugerahkan kepada, nenek. Hingga, nenek, tetap bisa bertahan juga kuat menjalani kehidupan kita yang memang gak mudah. Kamu teh seorang wanita hebat yang paling, nenek, sayang,” ungkap sang nenek lagi yang amat membahagiakan bagi Yasmin. Yang setiap ungkapan rasa syukurnya itu membuat Yasmin semakin bersemangat pula menjalani harinya untuk bisa segera membahagiakan sang nenek tercinta.
“Nenek, juga semangatnya, Yasmin. Nenek, adalah alasan terbesar, Yasmin, yang membuat yasmin mamppu berada di titik ini. Pokokna mah, Yasmin padamu, Nek, hehehe... yasudah, kalau begitu Yasmin pamit sekarang ya, Nek. Assalamualaikum...” pamit Yasmin lagi seraya kini kembali ia salami takdzim punggung tangan sang nenek.
“Ehehehe. Waalaikumussalam. Hati-hati ya, Neng,” jawab Nek Fatma seraya ia belai wajah cantik cucu tunggalnya yang amat ia cintai itu.
“Iya, Nek. Nenek juga hati-hati, ya, Nek. Hubungi Yasmin kalau, Nenek, ada butuh bantuan dari, Yasmin,” pinta yasmin lagi. Yang di jawab dengan sebuah anggukkan juga senyuman oleh Nek Fatma. Maka kini Yasmin dapat berangkat ke kampusnya dalam keadaan hati yang tenang.
Kali ini ia berangkat ke kampus nya tidak menaiki sepedanya. Tapi menaiki angkutan umum. Kini bru saja Yasmin tiba didepan kampusnya. Dengan penuh keyakinan, Yasmin terus melangkahkan kakinya dengan mata yang terus terfokus pada bangunan kampusnya itu. Hingga tanpa ia sadari jika saat ini sedang ada seorang lelaki yang berdiri di sampingnya seraya memandanginya penuh kekaguman. Sebab wajah cantik Yasmin yang semakin terpancar indah ketika ia tersenyum bahagia. Terlebih kedua lesung pipi Yasmin yang membuat ia semakin terlihat manis. Hingga pada akhirnya, lelaki itu tanpa sengaja menabrak seseorang yang berjalan di sebelahnya yang membuat buku-buku orang yang ia tabrak berserakan kemana-mana.
"Astaghfirullahhalladzim.. aduh maaf ya, Teh, saya gak sengaja," ucap lelaki itu seraya membantu orang yang ia tabrak untuk memunguti buku-buku yang berserakan itu.
Sedangkan Yasmin, melihat kejadian itu, ia pun sempat bergeming sejenak. Lalu kembali ia lanjutkan langkahnya menuju ruang tata usaha tanpa lagi memedulikan keadaan di sekitarnya. Untuk ia segera mengonfirmasi data dirinya sebagai mahasiswi berprestasi yang mendapatkan beasiswa penuh di kampusnya.
"Yah, hilang. Kemana perginya perempuan tadi ya? Cepat banget sih menghilangya. Dia teh beneran manusia, kan? Oh, atau jangan-jangan dia teh bidadari, ya? Meuni geulis euy," monolog lelaki itu seraya masih terus ia mengedarkan pandangannya. Masih berharap jika ia akan bisa kembali bertemu dengan Yasmin. Namun nihil, ia tak lagi menemukan keberadaan seorang Yasmin di sana. Maka lelaki itu pun memilih untuk segera beranjak dari sana.
Setelah urusannya selesai di ruang tata usaha kini Yasmin segera beralih menuju lapangan untuk mengikuti ospek. Lagi-lagi, laki-laki itu kembali di pertemukan dengan Yasmin. Kembali di pandanginya Yasmin yang selalu saja memasang wajah suringahnya itu. Sebab memang rasanya bagai sebuah mimpi untuk seorang Yasmin bisa berdiri di sana. Mengingat jika selain ia yang tak punya biaya, ia pun tak pernah menyangka jika prestasinya melampaui hingga sejauh ini. Proses Ospek hari ini berjalan dengan lancar. Kini para mahasiswa dan mahasiswi baru mulai di berikan waktu luang untuk beristirahat. Maka Yasmin pun berusaha mencari tempat yang nyaman untuk dapat ia singgahi sebelum kembali ia lanjutkan aktifitasnya.
Karena ada sebuah kesempatan emas, maka kini kembali lelaki itu menghampirinya. Dan ia pun mulai menangkupkan kedua tangannya didadanya. "Assalamualaikum. Perkenalkan. Nama saya, Hanif. Namamu siapa, ukhti?" tanya lelaki yang bernama Hanif itu. Dia tampan. Wajahnya berahang tegas, juga memiliki hidung yang bangir dan alis yang tebal. Berperawakan menjulang dengan kulit yang putih.
Yasmin yang cukup merasa aneh pun ia hanya tersenyum. Namun tetap ia juga menjaga pandangannya. Dan kini Yasmin mulai menangkupkan kedua tangannya di d**a pula untuk tetap menghormatinya. "Yasmin. Nama saya, Yasmin, akhi," jawab Yasmin masih dengan senyuman manisnya.
"Nama yang indah. Sesuai dengan pemilikinya," puji Hanif yang membuat Yasmin tersipu. Namun ia tetap berusaha untuk bersikap biasa saja juga tak salah tingkah. Walau senenarnya Yasmin akui jika Hanif memang seorang lelaki yang tampan yang mampu menyita perhatiannya.
"Yasmin, ambil fakultas apa?" tanyanya lagi.
"Saya ambil pendidikan bahasa Inggris. Kalau kamu?" Yasmin bertanya balik.
"Saya ambil, bisnis manajemen. Senang bisa kenal sama kamu, Yasmin," ucapnya lagi.
"Sama-sama," jawab Yasmin seraya kembali tersenyum.
'Subhanallah perempuan ini. Sudah cantik santun, pandangannya juga dijaga sekali,' gumam Hanif dalam hati dengan segala kekaguman yang amat ia rasakan ketika kini ia sedang berada di dekat Yasmin.
Sejak saat itu Yasmin dan Hanif saling berteman. Namun tanpa Yasmin sadari sejak awal mereka saling bertemu, Hanif sudah jatuh hati kepada sosok Yasmin yang memang begitu spesial di matanya. Di hari-hari berikutnya, tak jarang Hanif memberikan perhatian lebih kepada Yasmin, seperti membelikannya makanan, mengantarnya pulang, juga memberikannya hadiah-hadiah kecil seperti cokelat, bunga, boneka , pakaian, hijab, juga perhiasan dikala Yasmin tengah berulang tahun. Namun tak jarang Yasmin berusaha untuk menolaknya sebab rasa tak enak hatinya kepada Hanif. Namun Hanif tetap bersikeras untuk bisa memberi segala hal yang ingin ia berikan kepadanya. Hingga pada akhirnya Yasmin tak dapat menolak setiap pemberiannya itu.
"Makasih ya, Nif. Ini sudah yang kesekian kalinya kamu antar saya pulang," ucap Yasmin ketika mereka telah tiba di pelataran rumah Yasmin.
"Sama-sama, Yas. Memang sudah tugas saya kan sebagai sahabat kamu untuk selalu ada dan bisa menjaga kamu. Yasudah, kalau begitu saya pamit sekarang saja, ya, Yas. Sampai ketemu besok. Assalamualaikum," jawab Hanif seraya ia tersenyum tulus.
"Waalaikumussalam. Sampai ketemu besok, Nif. Hati-hati," jawab Yasmin seraya tersenyum.
***
Hari terus berganti. Hal itu terus saja berulang di antara Yasmin dan Hanif. Yang hal ini pula yang mengakibatkan setiap rasa di hati hanif kian hari kian membersar. Berbeda dengan Yasmin yang memang hanya menganggapnya sebagai seorang sahabatnya semata. Tak lebih dari hal itu. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai seorang mahasiswi,Yasmin masih berusaha untuk menyisihkan waktunya untuk tetap bisa mengajari Arya dan kawan-kawannya agar mereka tak kehilangan guru mereka juga banyak ilmu yang dapat mereka pelajari. Bahkan sesekali Hanif juga turut serta menemani Yasmin mengajar. Yang hal ini membuat Yasmin merasa amat beruntung memiliki seorang sahabat sebaik serta sesalih Hanif.
“Nif, makasih banyak loh. Sungguh, ini saya teh merasa sangat terbantu karena kamu. Saya juga merasa kalau mereka semua ini nyaman dan senang di ajari sama kamu, Nif,” ucap Yasmin dengan senyuman manisnya.
“Ehehehe. Kamu ini bisa saja, Yas. justru saya lho, Yas, yang meraa beruntung bisa mengajari mereka semua. Mereka ini anak-anak cerdas yang juga tangkas. Mereka adalah calon penerus bangsa yang memang juga harus kita didik dan berikan ilmu dengan baik. agar bangsa kita juga bisa maju bersama dengan mereka,” jelas Hanif yang di kala mendengarnya sungguh Yasmin menjadi kagum padanya. Hingga kini senyuman manis Yasmin itu kembali terbit di bibirnya.
“Aaaamiiin. Semoga saja ya, Nif. Okay. Kalau begitu, kita segera melanjutkan proses belajar mengajarnya saja ya, Nif, saya gak mau jika saya akan lebih lama lagi menyita waktu kamu di sini. Saya yakin jika masih banyak hal pula yang harus kamu kerjakan. Mari,” ajak Yasmin denhgan bersemangat. Maka kini kembali Hanif pun menyetujuinya dengan sebuah angukkan serta senyuman manisnya.
‘Andai kamu tahu, Yas. Rasanya setiap hati saya ini ingin selalu bisa berada di dekat kamu. kamu itu terlalu indah. terlalu baik dalam segala hal. Sehingga setiap harinya juga selalu saja membuat saya semakin ingin bisa segera menghalalkan kamu,’ gumam Hanif dalam hati. Seraya terus saja ia pandangi wajah Calvin dengan tatapan penuh kekagumannya kini.
***
Waktu kembali berlalu, hingga kini Yasmin sudah memasuki smester keempat di kampusnya. Karena kecerdasan yang ia miliki pula Yasmin juga berhasil mengikuti kelas akselerasi hingga kini ia baru saja berhasil menyelesaikan gelar S2nya, menuju gelar S3. Yang dapat ia selesaikan dalam kurun waktu tujuh tahun nantinya. Hal itu mampu membuat Hanif yang baru saja menyelesaikan studi S1nya semakin mengagumi sosok Yasmin dan dan harapannyaitu semakin tingi untuk ia dapat menjadi seorang lelaki yang beruntung di kala ia miliki seorang istri bak bidadari surga seperti Yasmin. Yang hampir saja mendekati sempurna juga seakan tak ada celah pada dirinya. di hari wisudanya kini kembali Yasmin mampu membuat Nek Fatma bangga juga bahagia memiliki seorang cucu seperti Yasmin.
Nek Fatma peluk dengan hangat tubuh Yasmin hingga air mata bahagianya kini menitih begitu saja dari kedua pelupuk matanya. "Masya Allah, sayang. Kamu teh meuni hebat, Neng. Alhamdulillah kamu sudah S2 saja sekarang. Nenek, teh yakin kalau program S3 kamu nanti juga akan se-lancar yang sekarang, Neng. Karena kamu memang seorang gadis yang ulet juga penuhh dengan semangat. Nenek teh bangga sama kamu, Neng. Nenek bahagia sekali memiliki seorang cucu yang seperti kamu," ucap Nek Fatma penuh rasa syukur serta kebahagiaan.
Yasmin balas pelukan Nek Fatma tak kalah hangat juga ia menangis bahagia dalam peluknya. "Aaamiiin Aaamiiin Allahumma Aaaamiiin. Alhamdulillah Wasyukurillah, Nek. Ini semua bisa tercapai teh juga berkat doa dan usaha, Nenek, yang tak pernah putus untuk, Yasmin. Nenek juga gak pernah telat memberikan dukungan juga semangat untuk, Yasmin. Terima kasih banyak, ya, Nek. Yasmin, teh sayaaaaang pisan sama, Nenek. Yasmin juga merasa bersyukur beruntung serta bahagia memiliki seorang, Nenek, yang sebaik, sehebat juga sekuat, Nek Fatma,"
"Alhamdulillah, Neng. Nenek teh, juga sayang pisan, Neng, sama kamu." Jawab Nek Fatma dengan bahagianya.
Tanpa Yasmin ketahui, Hanif sedari tadi memandangi kebahagiaan mereka dari kejauhan. Sungguh ia juga begitu menyukai sikap santun Yasmin yang selama ini ia ketahui jika yasmin memanglah seorang cucu yang begitu menyayangi neneknya. Maka kini hanif pun mulai mendekati keduanya dengan seulas senyuman manis yang tertampang sempurna di bibirnya.
"Assalamu'alaikum, Yasmin, Nenek," salam Hanif masih dengan senyuman manis itu.
Yasmin dan Nek Fatma pun perlahan melepaskan pelukan mereka juga segera mereka seka air mata mereka dengan perlahan lalu tersenyum begitu manis padanya. "Wa'alaikumussalam," jawab keduanya bersamaan.
"Congratulations, Yasmin. Barakallah. Selamat ya, Yas, kamu hebat. Saya sudah tertinggal jauh dari kamu," ucap Hanif masih dengan senyumnya.
"Terima kasih, Nif. Alhamdulillah, saya juga masih tidak menyangka jika saya berhasil melewatinya. Selamat juga ya buat kamu. Kamu juga hebat kok, Nif. Kamu berhasil menjadi cumlaude di jurusan yang kamu ambil," jawab Yasmin seraya ia membalas senyuman Hanif.
***
Selama Yasmin masih melanjutkan studi S3nya, Hanif yang memang mendapatkan IPK cukup tinggi kini sudah berhasil mengelola perusahaan milik sang ayah dengan baik. Mimpinya kala itu hanya satu, setelah Yasmin telah berhasil lulus S3 dan dapat menggapai cita-citanya untuk menjadi seorang guru bahasa Inggris di sekolah SMA-nya dahulu. Ia nermimpi untuk dapat segera mempersunting Yasmin agar wanita yang amat ia kagumi itu akan benar-benar berhasil menjadi kekasih halalnya. Hingga selama Yasmin masih kuliah, Hanif, tak jarang masih mendatangi rumahnya juga memberikannya banyak hadiah. Meski tak jarang Yasmin masih bersikeras untuk menolaknya. Sebab ia pun terkadang merasa risih dengan sikap hanif yang sampai sebegitunya padanya. Karena Yasmin yang juga merasa jika hal itu meemang cukup berlebihan dalam sebuah hubungan persahabatan. Namun tetap, masih saja sama sikap Hanifn pasanya. Hanif yang tetap terus berusaha memaksa.
"Ini teh beneran saya jadi tidak enak sama kamu, Nif kalau begini caranya. Kamu itu sudah sering sekali memberikan berbagai macam barang ke saya. Sampai-sampai hampir seisi kamar saya, semuanya teh berasal dari kamu. Tolong kamu simpan saja ya, untuk yang satu ini. Karena ini juga sudah jam tangan ke sekian yang kamu berikan sama saya, Nif," tolak Yasmin yang mengatakannya berusaha dengan sopan.
Hanif pun kembali tersenyum manis kini. semakin memmgagumi setiap sikap sederhana seorang Yasmin yang memang tak pernah neko-neko. "Yas, saya teh ikhlas. Kita kan sahabat. Semoga setiap apa yang saya beri ke kamu ini bisa bermanfaat untuk kamu," jawabnya dengan raut penuh kebahagiaan di wajah tampannya.
Maka lagi-lagi kini, Yasmin pun hanya bisa menerimanya agar ia tak sampai membuat Hanif merasa kecewa padanya jika ia memilih untuk tak menerimanya dan kembali memberikan banyak alasan kepadanya. "Sekali lagi terimakasih ya, Nif, maaf karena saya selama ini juga tidak pernah bisa membalas apapun ke kamu. selama ini selalu saja kamu yang memnerikan semuanya sama saya," ucapnya masih dengan ekspresi tak enak hatinya itu.
Hingga kini hal itu juga membuat Hanif merasa tak enak hati karena merasa tak nyaman dengan ia yang terus saja memaksa. Namun semua ini juga karena ia yang ingin berusaha memberikan segala hal yang terbaik untuknya. Sebab Hanif yang juga tahu seperti apa kehidupan Yasminn yang serba kekurangan sebab ia yang hanya hidup bersama dengan sang nenek sebagai seorang anak yatim piatu sejak ia masih kecil.
Untuk membuatnya merasa tenang, Hanif pun hanya mengangguk pasti seraya tersenyum dan menggumam di dalam hatinya. 'Kamu bisa membalas semuanya, Yas. Kamu bisa membuat aku lebih bahagia dari kamu yang telah ku berikan semua ini. Karena kamu bisa memabalsnya dengan cinta dan kasih sayang dalam sebuah ikatan pernikahan di kala pada waktunya kini kamu mau menerima lamaranku.’
Yang setelahnya kini dengan segera Hanif pamit dari sana. Dengan perasaan lega nya juga ia yang merasa sennag karena terlihat dari wajah Yasmin jika sebenarnya ia merasa senang dengan apa yang telah ia berikan kepadanya.
***
Yasmin cukup kelelahan di kala ia menjalani masa-masa pendidikan S3nya. Sebab bukan hanya tugas yang bertumpuk yang menjadi tanggung jawabnya. Namun juga ia yang harus membantu sang Nenek untuk berjualan di pasar. Sebab memang Nek Fatma yang semakin renta, beberapa kali jatuh sakit bahkan juga sempt masuk rumah sakit. Yang tentunya hal ini membuat Yasmin semakin merasa takut jika sampai akan kehilangannya, juga karena Yasmin yang memang sudah berulang kali meminta Nek Fatma untuk berhenti berjualan. Tetap, Nek Fatma menolaknya sebab memang jika ia tak berjualan, maka tak akan ada yang bisa di jaga kan untuk makan mereka sehari-hari. Maka, Yasmin, kini sungguh ia merasa amat bersalah sebab ia yang hingga kini masih belum mampu untuk membantu juga menggantikan tugas sang nenek sebagai seorang tulang punggung keluarga. Yang memang sudah seharusnya ia gantikan setelah ia lulus SMA.
Di kamar Nek Fatma seperti biasa Yasmin duduk di sudut ranjangmya seraya memijat kakinya dengan perlahan. Kedua mata Yasmin kini berkaca memandangi kulit keriput Nek Fatma yang semakin membuatnya merasa serba salah jika masih saja membiarkannya untuk mencari nafkah. "Nek, terimakasih bayak karena, nenek, telah membesarkan, menjaga, mendoakan, juga selalu memberikan kebahagiaan yang tiada tara setiap harinya kepada, Yasmin, Nek. Maaf, karena hingga saat ini, Yasmin masih saja menyusahkan, Nek Fatma. Belum bisa menggantikan posisi, nenek, sebagai seorang tulang punggung keluaarga," setelah mengungkapkannya kini air mata Yasmin pun menitih begitu saja dari kedua pelupuk matanya.
Nek Fatma belai wajah Yasmin dengan teramat lembut seraya ia tersenyum. "Sama-sama, Neng. Kamu teh tidak udah merasa tak enak hati, apalagi merasa bersalah seperti itu kepada, nenek, Nak. Nenek, teh iklas menjalanin semua ini. Karena,nenek yang juga sudah berjanji kepada mendiang ibu dan ayah kamu untuk menjaga kamu dengan sebaik mungkin hingga akhir hayat, nenek nanti. Selama, Yasmin, bahagia dan berhasil menggapai keinginan, Yasmin. Nenek, teh bangga dan gak akan pernah merasa lelah, Neng. Karena semuanya telah terbayarkan dengan setiap kesuksesan yang berhasil kamu dapatkan," setiap perkataan yang Nek Fatma katakan terdengar begitu tulus. Hingga airmata kebahagiaan juga rasa syukur Yasmin kembali menganak sungai dikedua pipi mulusnya kini. Karena lagi dan lagi justru ia merasa bagai seorang cucu yang tidak berguna sebab tak memiliki banyak waktu untuk bisa kuliah sambil bekerja.
“Nek fatma ini selalu saja membuat yasmin merasa malu pada diri, Yasmin, sendiri. Karena, nenek, yang sudah berjuang keras tapi Yasmin belum menghasilkan apa-apa untuk, nenek. Yasmin belum bisa membantu meringankan beban nenek. Yasmin, minta maaf ya, Nek,” jawa Yasmin lagi masih dengan air mata yang menganak sungai di kedua pipi nya.
“Neng, kamu teh gak usah bersedih seperti ini sayang. Tidak menghasilkan bagaimana, Nak, maksud kamu teh? Semua prestasi kamu itu adalah bukti kesuksesan kamu yang membuat, nenek, merasa amat bahagia juga bangga. Dan itu adalah sebuah hasil terbaik yang sesungguhnya. Nenek tak butuh materi juga uang Nak. Karena ilmu mu yang bermanfaat yang justru membuat, nenek, merasa hidup, nenek, selama ini jauh lebih berarti,” ungkap Nek Fatma lagi di penuhi dengan setiap ketulusan di setiap katanya.
“Yasmin, janji, Nek. Yasmin, janji jika nantinya, Yasmin, akan mengambil alih semua tugas, nenek. Pokoknya kalau, Yasmin, sudah berhasil lulus S3 nanti, Yasmin, tidak akan lagi menunda-nunda untuk segera mencari pekerjaan. Dan, nenek, harus janji sama, Yasmin, jika nenek, gak boleh lagi bekerja,” janji Yasmin dengan begitu yakinnya.
“Iya, neng. Nenek, teh percaya sama kamu dan akan menuruti semua keinginan kamu nanti,” jawab Nek Fatma tak kalah yakin.
***
“Ilmu kan menjadi amal jariyah dikala bermanfaat. Amalkan ilmumu tuk selamat dunia akhirat." -Tulisannisa-