New Journey

3008 Words
Bandung 2021 Hari ini, adalah hari yang bersejarah juga di penuhi dengan kebahagiaan bagi seorang, Yasmin Nur Laila. Semua doa di setiap salat malamnya telah di jabah oleh Allah SWT pada hari ini. Karena di usianya yang baru saja genap 25 tahun, Yasmin sudah berhasil melewati studi S3nya dengan amat baik, sehingga ia berhasil meraih gelar cumlaude di universitasnya. Dengan bangga Yasmin menaiki mimbar memberikan sebuah pidato atas pencapaian tertingginya di dalam hidupnya dihari itu. Mengucapkan rasa syukurnya yang tiada tara kepada Allah SWT, juga kepada sang Nenek yang selalu menjadi semangat dalam hidupnya. Hingga kini lagi-lagi Nek Fatma hanya dapat mengucap syukur penuh rasa bangga sebab Allah SWT mengaruniai dirinya seorang cucu yang begitu luar biasa juga penuh kasih sayang seperti Yasmin. Hanif yang juga sudah sangat menunggu hari ini pun turut hadir di sana membawakan sebuah bouquet bunga berukuran cukup besar untuk menyambut kelulusan Yasmin. "Nenek, gak tahu lagi harus berucap apa lagi sama kamu, Neng. Karena kamu ini memang terlalu luar biasa untuk, Nenek. Tapi yang jelas teh, Nenek, bangga pisan sama kamu. Nenek, teh bersyukur memiliki kamu, dan Nenek, doakan semoga ilmu kamu yang kamu miliki ini akan berkah untuk kamu di dunia hingga di akhirat nanti. Tetap rendah hati ya, Neng. Tetap lah menjadi padi, yang semakin matang semarin merunduk," ucap Nek Fatma dalam peluk hangatnya. Yang di kala mendengarnya selalu saja dapat Rose rasakan setiap ketenangan di dalam hidupnya. "Aaamiiin Ya Allah Aaamiiin Yarabbal Alamiiin. Yasmin, jauh lebih bangga, bersukur juga sangat bahagia memiliki seorang Nenek yang jauh lebih luar biasanya ini tak tertandingi seperti, Nek Fatma. Yang bisa menjadi dua sosok figur penting sekaligus di dalam hidup, Yasmin. Yang menggantikan peran, Ayah juga Ibu yang sudah tidak, Yasmin punya dengan amat baik. "Karena tidak sedikit pun, Yasmin, merasakan kehilangan rasa kasih sayang itu dari sosok keduanya. Yasmin, janji jika setelah ini, Yasmin, yang akan menjadi penanggung jawab, Nenek. Nenek, gak boleh capek-capek dagang lagi ya, Nek. Nenek, juga harus ungat dengan janji nenek ke yasmin, yang nenek bilang jika, nenek, memang tidak akan bekerja lagi," jawab Yasmin yang juga dipenuhi rasa syukur di setiap katanya. Hingga Nek Fatma hanya memberikan sebuah anggukan setuju dalam pelukan hangatnya itu. Hanif hampiri Yasmin dan Nek Fatma masih dengan senyuman manisnya. Melihat kedatangan Hanif, Yasmin pun tersenyum seraya ia mulai melepaskan pelukan mereka dengan perlahan. "Congratulatios, Miss Yasmin Nur Laila. I'm so glad and proud off you. Barakallah, ya, Yas. semoga berkah ilmunya, dan kamu juga di segerakan mendapatkan pelerjaan yang sesuai dengan passion kamu. serta akan membuat kamu merasa bahagia selalu nantinya," ucap Hanif seraya memberikan sebuah giant bouquet bunga itu kepada Yasmin. Dengan senyuman manisnya Yasmin menerima bunga itu. "Aaamiiin Aaamiin Allohumma Aaamiiin. Terimakasih banyak ya, Nif. Ini semua juga kan berkat semangat dari kamu. Masya Allah, bouquet bunganya meuni besar pisan, Nif. Nuhun pisan nya. Kamu teh selalu saja repot-repot meyiapkan segalanya untuk saya," jawabnya dengan senyuman manisnya. Sedangkan Hanif hanya mengangguk pasti seraya memandangi kagum wajah Yasmin yang semakin terlihat cantik ketika berseri seperti saat ini. Yasudah, Nif. Kalau begitu kami mau pamit duluan sekarang ya, Nif. Kasihan, Nek Fatma, sebenarnya saat ini kondisinya juga sedang kurang sehat. tapinya memaksakan karena memang, nenek, teh ingin bisa turut hadir juga, pamit Yasmin dengan senyuman manisnya. “Oh begitu ya. yasudah atuh kalau begitu mari biar saya antarkan pulang saja sekalian. Lagian juga kan kita searah. Saya rasa tak akan baik kalau, nenek, kembali di ajak naik angkutan umum, tawar Hanif yang memang cukup baik untuk nenek. Namun ia juga merasa tak enak hati sebab memang hari ini sudah pasti keluarga Hanif juga turut hadir di sana. Tidak usah lah, Nif. Kita akan pulang naik taksi, kok. Alhamdulillah saya teh ada rezeki lebih dari pelanggan kue nya, nenek, pagi ini. Ya, kan, Nek. Kamu teh langsung gabung lagi saja ya, sama keluarga kamu. Saya titip salam, ya, sama kedua orangtua kamu, tolak Yasmin dengan santun. Yang sebenarnya saat ini Hanif sedang kecewa dengan tolakan yang Yasmin betikan kepadanya itu. Namun berusaha ia menerimanya dengan biasa saja. Oh iya. Iya, Yas. Gak apa-apa, kok. Kalau begitu kalian hai-hati, ya. Dan tolong ijinkan saya untuk mengantarkan kamu dan Nek Fatma sampai ke taksi, pinta Hanif dengan senyuman manisnya. Yang karenanya kini Yasmin pun mengangguk setuju. Sebab memang ia yang tak ingin lagi semakin membuat Hanif akan kecewa padanya. Oke, Nif. Mari, jawab Yasmin dengan senyuman manisnya. *** Satu minggu kemudian. Tanpa harus melewati banyak proses yang menyulitkan, Yasmin dapat di terima menjadi seorang guru pengajar di sekolahnya dulu sesuai dengan mimpinya itu. Yakni MAN di Bandung. Bahkan, ia mendapatkan sebuah penawaran untuk menjadi seorang kepala sekolah termuda di sana. Namun Yasmin menolaknya secara halus juga santun. Sebab ia yang merasa jika kemampuannya belum setinggi itu. Banyak para guru disana pun mengagumi setiap prestasi yang Yasmin miliki sejak ia menjadi seorang murid hingga kini ia menjadi seorang pengajar tetap di sana. Yang hal ini membuatnya merasa amat bersyukur sebab artinya ia memang akan mampu memberikan segala hal yang terbaik untu sang nenek nantinya. Kini Yasmin baru saja tiba di ruang kantor sekolah dan ia mulai merapikan meja kerjanya dengan mengucap basmalah juga penuh semangat. "Assalamu'alaikum, Yasmin. How are you, dear?" sapa Bu Sista. Yang tak lain adalah guru bahasa Inggris Yasmin semasa SMA. "Wa'alaikumussalam. Masya Allah, Bu Sista. Alhamdulillah, I'm feel really good. So how about you?" jawab Yasmin seraya menyalami takdzim punggung tangan Bu Sista. "Alhamdulillah, Im feel really good too, Nak. Dulu, ibu bangga karena kamu selalu menjadi andalan siswi terbaik untuk mewakili sekolah ini dalam mengikuti olimpiade bahasa inggris. Sekarang kamu jadi guru kebanggaan kami karena kamu memilih untuk mengajar di sekolah ini, Nak," puji Bu Sista dengan setiap kekagumannya. "Alhamdulillah, Bu Sista. Justru bu sista yang jauh lebih hebat ketimbang, Yasmin. Ibu, ini terlalu berlebihan memuji, Yasmin. Karena, Yasmin, juga gak akan bisa menjadi seperti sekarang tanpa, Bu Sista, yang selalu memberikan pengajaran terbaik untuk setiap, muridnya. Terima kasih banyak ya, Bu," jawab Yasmin dengan senyuman manisnya. "Alhamdulillah. Masha Allah, Nak. Sedari dulu, kamu ini memang paling bisa membahagiakan hati, guru mu. Semoga saja Allah SWT selalu memberkahi kamu juga ilmu yang kamu punya, ya, Nak, Aaamiin," ucap Bu Sista dengan bangganya. "Aaamiiin Ya Allah Allahumma Aaamiin, qobul Ya Rabb," jawab Yasmin penuh rasa syukur. Hari pertama Yasmin mengajar merupakan sebuah pengalaman berharga dalam hidupnya, sebab memang rasa gugup saat pertama kali menghadapi seorang murid adalah salah satu tantangan utama baginya. Karena bagi Yasmin, mengajar anak remaja jauh jauh lebih sulit ketimbang mengajar anak-anak sekolah dasar juga sekolah menengah pertama. Karena tak jarang para murid laki-lakinya yang dengan sengaja menggodanya sebab mereka tahu jika saat ini Yasmin sedang begitu berusaha untuk menutupi setiap kegugupannya. "Masya Allah, Bu Yasmin, teh makin cantik saja ya, kalau sedang merona begitu," goda salah satu murid lelakinya. "Huuuuuuuuuu..." sorak murid Yang lainnya. Yang cukup membuat debar jantung Yasmin semakin tak bermelodi. "Attentiton please. We start learning now. Open your book page five, please," pekik Yasmin untuk menenangkan suasana juga segera memulai pembelajaran. Ia tetap berusaha untuk merasa yakin kini. Sebab jika tidak, sudah pasti ia akan semakin merasa gugup nantinya. Beruntungnya mereka semua menuruti perintah Yasmin sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Hingga tiba saatnya ia kembali pulang. Walau sudah mrasa cukup lelah sepulang mengajar, Yasmin kembali mengunjungi Arya dan para anak didiknya yang lainnya di taman. Ia telah membawakan beberapa buku serta makanan ringan untuk mereka. Guna menambah semangat belajar mereka. Dan benar saja, mereka begitu bahagia karena kedatangan Yasmin, dan mereka juga mengucapkan banyak terima kasih atas apa yang Yasmin berikan kepada mereka semua. "Assalamu'alaikum... okay class, how are you today?" sapa Yasmin dengan senyuman manisnya. "Wa'alaikumussalam... Alhamdulillah were fine, Miss Yasmin. How about you?" jawab mereka semua bersamaan. "Alhamdulillah, I'm fine too. Do you guys feel happy today?" tanyanya lagi masih dengan senyumnya. "Yes we're feel happy.." jawab mereka lagi antusias. "Still enthusiastic about studying?" tanya Yasmin antusias. "Yes sure, Miss Yasmin.." jawab mereka bersemangat. "Alhamdulillah... okay class, we start learning now. Bismillahirrahmanirrahim," intruksi Yasmin dengan bersemangat serta ia yang merasa bgitu bahagia seprti biasa. "Ready Miss Yasmin... Bismillahirrahmanirrahim," jawab mereka lagi penuh semangat. Yang di kala kini rasanya setiap rasa lelah Yasmin itu menghilang seketika sebab ia yang bisa melihat kembali senyuman manis serta keceriaan dari diri mereka semua. Setelah kini proses pembelajaran usai Arya yang kini sudah menduduki kelas satu SMA menghampiri Yasmin dengan perasaan yang begitu bahagia, sebab memang ia yang sudah begitu merindukan sosok kakak perempuannya yang amat baik itu. Juga karena ada sebuah kabar gembira yang ingin Arya sampaikan kepada Yasmin. "Ada apa, Ar, sampai senyam-senyum begitu? Mau bilang kangen lagi ka, teteh?" goda Yasmin dengan senyuman menggodanya. "Kangen mah setiap hari atuh, Teh. Kan, Arya, teh adiknya, Teh Yasmin. Dan, Teh Yasmin teh juga satu-satunya, teteh, terbaiknya Arya. Ini, Teh, Arya, punya sesuatu buat, teteh. Ini sih gak sebanding sama prestasinya, Teh Yasmin, tapi semoga, teteh juga, ikut senang ya, Teh, seperti, Arya," ucap Arya yang memberikan sebuah surat yang menyatakan jika Arya adalah seorang murid berprestasi dalam pelajaran bahasa Inggris dan ia diminta untuk menjadi seorang siswa yang mewakili sekolahnya untuk mengikuti olimpiade se-Jawa Barat. Membacanya membuat Yasmin tak mampu menahan air mata bahagianya. Sebab ia yang terlalu merasa bangga serta bahagia atas segala pencapaian adiknya itu. "Masya Allah, Arya. Ya, jelas atuh, teteh, teh bangga pisan sama kamu. Pokokna, teteh doakeun yang terbaik untuk kamu dan kamu pasti bisa jadi juaranya, Ar. Bismillah," ucap Yasmin dengan penuh rasa bangga serta keyakinannya. "Aaamiiin Yarabbal Alamiiin qobul Ya Rabb. Bismillahirrahmanirrahim... makasih banyak, ya, Teh," jawab Arya penuh keyakinan. Sedangkan Yasmin mengangguk pasti seraya ia tersenyum. Dapat mengamalkan setiap ilmu yang ia miliki dan menjadi sebuah manfaat adalah sebuah anugrah terbesar dalam hidup Yasmin. Sebab ia tahu betul jika ilmunya yang akan menjadi sebuah amal jariyah untuknya kelak. Hingga kini, di kala Yasmin tengah sibuk merapikan semua barang bawannya, Hanif tiba-tiba saja datang menghampirinya membawa dua kantung plastik besar yang ternyata berisi banyak makanan ringan untuk para anak didiknya. Yang hal ini bukan sebuah hal aneh juga mengejutkan bagi Yasmin, sebab memang sudah yang ke sekian kalinya Hanif melakukan hal baik itu kepada mereka semua. Dan mereka juga begitu menyukai Hanif yang sikap baiknya itu memang amat terlihat tulus kepada mereka semua. Kelembutan Hanif kepada para anak didiknya itu juga membuat Yasmin mulai mengaguminya. Terlebih Yasmin yang juga sudah sejak lama mengenal sosok Hanif yang memang seorang muslim yang taat akan agama juga begitu menghormati setiap lawan jenisnya. Termasuk kepada Yasmin. Meski Yasmin pun tahu jika sebenarnya Hanif memiliki rasa yag lebih padanya, namun Hanif tetap mampu menjaga pandangan juga jarak, sesuai dengan permintaan Yasmin sejak awal mereka saling mengenal. "Yasudah, Yas, mari saya antar pulang," tawar Hanif. Setelah kini mereka selesai membagikan semua barang serta makanan yang telah hanif bawakan untuk mereka. "Nuhun, Nif, tidak usah, ya. Saya sudah pesan taksi online soalnya. Saya mau sekalian ke apotek mau belikan vitamin untuk, nenek," tolak Yasmin dengan senyuman manisnya. "Oh begitu. Yasudah kita ketemu dirumah kamu saja, ya,Yas, kalau memang seperti itu. Karena ada hal penting yang ingin saya bicarakan sama kamu," jawab Hanif. Dan Yasmin pun mengangguk setuju. Walau sebenarnya kini ia masih banyak menerka nerka mengenai hal apa yang sebenarnya ingin Hanif bicarakan dengannya kini. Namun ia juga merasa tak punya nyali untuk bertanya sebab ia yang tak ingin di nilai terlalu cerewet dengan sahabatnya itu. Setibanya dirumah, Hanif sudah menunggu Yasmin di depan rumahnya dengan sebuah bouquet bunga lily kesukaan Yasmin di genggaman tangannya. Hal itu cukup membuat Yasmin merasa gugup, sebab ia takut jika hari ini Hanif akan menyatakan perasaan cintanya kepada Yasmin. Sebuah hal yang selama ini cukup Rose takutkan sebab memang ia yang merasa tak siap jika harus ia mendengar ucapan itu juga ia harus memberikan sebuah jawaban kepada Hanif. Satu hal yag paling membuatnya takut ialah, ia yan tak ingin jika sampai ia akan menyakiti hati atau mengecewakan seorang lelaki yan selama ini memang sudah bersikap amat baik padanya. "Assalamu'alaikum, Nif. Maaf ya. Kamu ini sudah menunggu saya lama, ya," salam Yasmin yang kini ia tengah berusaha untuk menutupi setiap kegugupan pada dirinya. "Wa'alaikumussalam, Yas. Tidak, kok, saya belum lama tunggu kamu. Oh iya ini buat kamu. Saya rasa, kamu ini masih menyukai bunga lily yang indah ini, kan," jawab Hanif seraya memberikan sebouquet bunganya pada Yasmin. "Subhanallah, cantiknya. Iya, Nif. Tentu saja saya masih amat menyukainya. Terima kasih banyak, ya, Nif. Masih ingat saja kamu dengan bunga favorit saya. Oh iya, katanya ada hal penting yang ingin kita bicarakan. Ada apa ya, Nif? Sepertinya, kok, serius sekali, ya. Sampai kamu luangkan waktu kamu ke sini," tanya Yasmin penasaran. Namun juga mengatakannya dengan hati-hati. Kini Hanif pun mulai menundukan kepalanya sejenak, lalu ia ucapkan basmalah seraya kembali ia angkat kepalanya untuk menatap dalam mata Yasmin. Namun buru-buru Yasmin mengalihkan pandangannya kini. Dan sungguh, sikap Hanif yang seperti ini semakin membuat Yasmin merasa amat yakin jika memang benar Hanif ingin menyatakan cintanya kepada dirinya saat ini juga. Maka kini hal itu membuat jantung Yasmin berdebar kencang oleh karenanya. "Yasmin Nur Laila. Sebenarnya sudah sejak lama saya menyukai kamu. Saya ingin memiliki sebuah hubungan yang lebih dari sekedar bersahabat. Namun saya hormati prinsip kamu sebagai seorang muslimah yang taat. Maka saya telah berjanji kepada diri saya sendiri untuk selalu menjaga kamu dalam segala hal terutama marwah kamu. "Tapi pada hari ini, saya ingin mengutarakan niat baik saya untuk mengkhitbah kamu, Yas. Saya ingin jika hubungan kita selanjutnya akan menjadi sebuah pahala. Dan tidak akan ada lagi jarak yang nantinya memisahkan kita. Juga tidak akan lagi ada hal yang kita takutkan menjadi sebuah mudharat serta dosa. Jika memang kamu bersedia menerima saya, saya mohon beri saya jawaban pada hari ini agar saya bisa membawa kedua orangtua saya untuk melamar kamu secara resmi berama dengan mereka," jelas Hanif panjang lebar. Yang hal ini membuat jantung Yasmin semakin berdebar hebat seketika. Sebab sungguh dalam jangka waktu dekat ini ia tak siap jika ia harus menikah dan meninggalkan sang nenek seorang diri. Padahal Yasmin sudah berjanji cukup banyak kepada sang nenek jika ia akan menggantiknnya sebagai tulang punggung keluarga. Akan memberikan segala hal yang terbaik untuk dirinya serta akan terus menemaninya dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan saat ini, di kala baru saja ia terjun ke dunia kerja Hanif sudah melamar dirinya. Hingga kini Yasmin hanya mampu bergeming,dengan tatapan yang kosongnya ke sembarang arah. Rasanya buntu, ia tak mampu memberikan jawaban apapun padanya. 'Ya Allah Ya Rabb. Aku harus bagaimana sekarang? Apa yang harus aku katakan? Apa yang harus aku lakukan? Aku tak mungkin menerima lamaran, Hanif. Sebab aku baru saja hendak menjadi tulang punggung di rumah ini. sudah sekian lama, nenek, menghidupiku. Dan saat ini memang sudah saatnya aku dapat menghidupinya serta menjaganya sebaik mungkin. Seperti yang sebelumnya, nenek, berikan kepadaku. Tapi jika aku menolaknya begitu saja, aku juga tak ingin melukai hatinya,' gumam Yasmin dalam hati. Dengan segala hal yang membimbangkan yang kini mendera dirinya. "Yasmin, apa kamu baik-baik saja?" tanyanya lagi yang menbuyarkan lamunan Yasmin. Maka kini yasmin pun mulai memberanikan dirinya untuk dengan segera ia angkat bicara sebab ia yang tak ingin jika nantinya ia akan semakin menggantungkan hanif di sana. "Saya minta maaf, Nif. Bukannya ingin menolak atau apapun itu. Tapi saya gak bisa menerima kamu secepat ini. Saya baru saja bekerja dan saya ingin bisa lebih fokus untuk membahagiakan, Nenek. Jadi saya rasa kamu jangan lagi menunggu saya ya, Nif. Karena saya gak mau mengecewakan kamu. aya juga gak mau menahan kamu. Karena memang jelas jika memang saya sama sekali tidak memiliki hak untuk hal itu," jelas Yasmin yang membuat raut kekecewaan pada wajah Hanif terlukis seketika. Namun tetap ia berusaha untuk menyikapinya dengan sabar serta ikhlas. "Aku paham, Yas. Saya juga tahu jika sudah pasti kamu ingin bisa membalas setiap kebaikan dari, Nek Fatma, selama ini kepada kamu dengan kamu berbakti kepadanya dengan cara menggantikannya sebagai tulang punggung keluarga. Tapi maaf saya tak bisa mencari pengganti kamu. Sampai kapanpun itu saya tidak akan pernah mampu. Karena cuma kamu satu-satunya wanita yang mampu mencuri hati saya sejak awal kita saling bertemu pagi itu. Dan aku janji, Nek Fatma, gak akan kehilangan kasih sayang kamu setelah kita menikah nanti. Aku juga berjanji jika aku yang akan menafkahi, nenek, dengan sebaik mungkin," jelas Hanif dengan begitu yakinnya ia yang merasa yakin jika Yasmin akan bisa menerimanya di dalam hidupnya kembali. "Iya, Nif, aku percaya kamu. Dan aku juga yakin jika memang kamu adalah seorang calon imam yang baik untuk calon makmummu kelak. Tapi sayangnya wanita beruntung itu bukan aku, Nif. Karena ada wanita lain yang jauh lebih beruntung dari aku, yang sudah Allah SWT, takdirkan untuk kamu. Kamu tahu, Syaira, teman kampus kita? Sejak jaman ospek sebenarnya dia sudah jatuh hati sama kamu. Karena hubungan kami yang memang cukup dekat, dia bercerita kepada saya mengenai hal itu. Tapi, dia itu memang seorang perempuan yang pandai menyimpan perasaannya," jelas Yasmin lagi dengan perlahan juga penuh dengan keyakinan di setiap katanya. Namun sayang, kini masih saja ia besikeras. Ia pun menggeleng kuat saat ini. "Tisak, Yas. Mauku ini cuma kamu, Yas. Dan aku juga yakin jika memang kamu jodohku. Kamu adalah seorang wanita yang sudah, Allah SWT takdirkan untuk aku. Jadi, aku akan memberi waktu lagi untuk kamu dan tetap menunggu kamu meski sampai kapanpun itu. Aku pamit pulang, Yas. Assalamu'alaikum," pamitnya dengan segala kekecewaan yang kini tengah teramat mendera dirinya. Seorang Hanif yang sudah memiliki sebuah harapan yang tinggi dalam hidupnya untuk segera dapat bersanding dengan seorang Yasmin. "Waalaikumussalam," jawab Yasmin dengan penuh perasaan bersalah. Sebab sebenarnya ia pun memiliki perasaan yang sama dengan Hanif. Ia juga kagum dan ingin bisa hidup bersama dengan seorang sahabat yang kini perasaannya telah berubah menjadi sebuah cinta yang tumbuh di antara keduanya tanpa ada pembatas yang menghalanginya kini. Namun tetap, prioritas utamanya adalah kebahagiaan sang nenek yang telah begitu banyak berkorban untuknya. Seorang nenek yang tak selama ini menjadi orangtua terbaik untuknya serta menjadi seorang penyemangat dalam hidupnya. Sehingga ia dapat menggapainya dan berada di titik ini. *** "Ridha dan doa terbaik ialah berasal dari kedua orangtuamu. Cintai dan sayangi selagi kamu mampu. Niscaya keberkahan kan mengikutimu." -Tulisannisa-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD