bc

Basmalah to be Hamdalah

book_age16+
311
FOLLOW
1.2K
READ
family
love after marriage
goodgirl
drama
sweet
first love
spiritual
teacher
gorgeous
shy
like
intro-logo
Blurb

Yasmin Nur Laila. Seorang muslimah yatim piatu ingin membahagiakan sang Nenek dengan menerima sebuah perjodohan, namun calon suaminya, Reynald Rasyidi, tak sedikit pun mencintainya sebab suatu trauma dimasalalu. Sehingga Yasmin tetap berusaha menjalani pernikahan tanpa cinta dengan mengucap basmalah, agar berakhir dengan hamdalah.

Happy reading Good Readers..

semoga kisah ini bermanfaat juga berkesan dihati all my Good Readers.. ??

chap-preview
Free preview
About Yasmin
Bandung 2009 Waktu menunjukan pukul lima pagi. Seperti biasa Nek Fatma pergi kepasar untuk menjual kue-kue keringnya. Disebuah pasar yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Nek Fatma akan menaiki sebuah becak yang kini sudah terparkir didepan halaman rumahnya. "Yasmin, Nenek, mau berangkat kepasar dulu ya, Neng. Kamu hati-hati yang, Neng, berangkat kesekolah nanti," pekik Nek Fatma dari ambang pintu rumah mereka. "Sebentar, Nek. Ini ada yang tertinggal.." pekik Yasmin yang sudah rapi dengan seragam MTSnya dari arah dapur. Kini Yasmin tengah berlarian tergopoh membawakan serantang makanan untuk sang Nenek. "Masha Allah, Yas. Nenek, kan sudah bilang, Neng teh gak usah repot-repot masakin, Nenek. Nenek, kan bisa makan kue sisaan nanti," ucap Nek Fatma seraya membelai lembut kepala Yasmin. Yasmin tersenyum manis seraya menyalami sang Nenek takdzim. "Hati-hati ya, Nek. Maaf Yasmin gak bisa antar kepasar, karena hari ini ada bimbingan belajar untuk UN," jelas Yasmin. "Iya atuh, Neng, gak apa-apa. Yang pintar ya sekolahnya. Nenek, jalan dulu, Assalamu'alaikum," salam Nek Fatma seraya membelai wajah Yasmin. "Wa'alaikumussalam, Nek," jawab Yasmin seraya melambaikan tangannya. Yasmin Nur Laila namanya, gadis berhijab berparas cantik nun manis keturunan sunda, betawi yang tinggal di Bandung. Ibunya asli Bandung dan Ayahnya asli Jakarta. Mereka yang mengenalnya, biasa memanggilnya Yasmin. Yasmin adalah seorang gadis yatim piatu yang tinggal bersama sang Nenek yang berasal dari sang Ibu, Nenek Fatma namanya. sedangkan Kakeknya telah lama wafat sebelum Yasmin dilahirkan, karena sakit. Mereka tinggal disebuah rumah sederhana peninggalan kedua orangtua Yasmin. Kedua orangtuanya meninggal saat Yasmin duduk dibangku kelas lima SD karena sebuah kecelakaan. Hal itu membuatnya harus mampu menjadi seorang gadis yang mandiri, karena ia terlahir bukan dari kalangan orang yang berada. Nenek Fatma selalu mengajarkannya tumbuh menjadi pribadi yang agamis juga santun. Sejak duduk dibangku kelas IX MTS, Yasmin yang memang mahir pelajaran bahasa Inggris, ia pergunakan untuk mengajar les adik-adik kelasnya. Dari sana ia mampu menghasilkan cukup banyak rupiah yang ia pergunakan untuk biaya sekolah, juga ia sisihkan untuk Neneknya dan bersedekah kepada seorang adik angkatnya yang berprofesi sebagai seniman jalanan. Yang tak jarang Yasmin juga berbagi ilmu disana. Yasmin biasa pergi kesekolahnya menaiki sepeda yang dibelikan oleh sang Nenek. Yang dikeranjangnya juga dipenuhi aneka kue kering yang juga ia jualkan disekolahnya. Kala itu, Yasmin masih duduk dibangku kelas VIII MTS. Sepulang sekolah ban sepeda Yasmin pecah ditengah jalan, dan disaat itu untuk pertama kalinya Yasmin dipertemukan dengan Arya. Seorang pengamen jalanan yang baru berusia enam tahun. "Teh, sepedanya kenapa?" tanya Arya dengan sebuah botol yang diisi beras. "Eh ini, Dik, ban sepeda, Teteh, pecah," jawab Yasmin seraya tersenyum. "Oh gitu. Saya tau Teh tukang tambal ban didekat sini. Mari, Teh, saya antar," tawar Arya, dan Yasmin pun mengangguk setuju. Mereka berjalan bersama dan mulai saling mengobrol menanyakan nama juga usia. Mendengar cerita Arya cukup membuat Yasmin merasa jauh lebih beruntung. Sebab sejak bayi, ia dibuang ke jalan oleh Ibunya sendiri yang kini entah berada dimana. Dan ia diangkat menjadi seorang anak oleh seorang pemulung. Yang biasa ia panggil dengan sebutan Abah. Karena Abah juga hidup sebatang kara juga tak mempunyai biaya, akhirnya Arya tidak disekolahkan dan berinisiatif untuk mengamen agar dapat membantu keuangan si Abah. Begitu pun dengan Yasmin yang juga bercerita tentang kisahnya. "Masha Allah, Arya, kamu hebat, Dik. Jika kamu berkenan, boleh atuh sesekali main kerumah, Teteh. Nanti, Teteh, jarkan kamu pelajaran TK. Untuk bekal kamu masuk SD nanti," ucap Yasmin dengan tulus. Yang membuat Arya merasa senang bukan kepalang. "Mau atuh, Teh, Arya, mau pisan. Nanti Arya ikut kerumah, Teteh, ya, Teh. Biar selanjutnya, Arya, tau kalau mau belajar. Nah itu, Teh, tukang tambal bannya," jawab Arya antusias. Dan dengan segera mereka menuju kesebuah bengkel tambal ban itu. Sejak saat itu Yasmin telah menganggap Arya sebagai adiknya. Begitu pula dengan Arya yang menganggap Yasmin sebagai Kakaknya. Setelah mengetahui rumah Yasmin, Arya tak jarang berkunjung dan Yasmin memberikan ilmu kepadanya. Begitu pula dengan Nek Fatma yang selalu menerimanya dengan baik. Yasmin pun beberapa kali mengajak Arya mengumpulkan teman-teman sebayanya dan ia berbagi ilmu dengan mengajar mereka semampunya disebuah taman yang tak jauh dari rumahnya. Kembali lagi ke hari dimana Yasmin berangkat kesekolah, Yasmin kayuh sepedanya dengan cukup kencang sebab mengejar waktu. Dipersimpangan kembali Yasmin bertemu Arya yang kini duduk dibangku kelas satu sekolah dasar juga hendak kesekolah diantar oleh si Abah. Namun kini ia masih membantu Abah mencari barang bekas seperti biasa. "Teh Yasmiiiiin.. semangat Teeeh.." pekik Arya cukup lantang. "Iya, Aryaaaa.. kamu juga yaaa.." jawab Yasmin seraya melanjutkan kayuhannya. Tak lama kemudian Yasmin tiba disekolahnya. Tepat pukul enam pagi. Dengan segera Yasmin pun memasuki ruang kelasnya. Mulai mengikuti bimbingan belajar, kegiatan belajar mengajar, dan kini waktu pulang sekolah telah tiba. Dengan wajah sumringah Yasmin kembali pulang, sebab kini ia kembali berhasil mendapatkan nilai tertinggi pelajaran bahasa Inggris dikelasnya. Dan ingin dengan segera ia persembahkan kepada sang Nenek. *** Setibanya dirumah, terlihat Nek Fatma tengah memijit-mijit lengannya sendiri dikamarnya sebab kelelahan berdangang. Hal itu cukup membuat Yasmin merasa sedih, hingga kini ia menatapnya sendu seraya menghampirinya. "Assalamu'alaikum, Nek," salam Yasmin seraya tersenyum. "Wa'alaikumussalam. Eh si Eneng sudah pulang," jawab Nek Fatma dan Yasmin menyalaminya takdzim seraya turut memijit lengannya. "Nek, Yasmin, dapat nilai tertinggi lagi lho, Nek, dikelas. Sudah sini, biar Yasmin saja yang pijat, Nenek, ya. Sepertinya teh, Nenek, capek pisan," tawar Yasmin. Namun Nek Fatma menggeleng pelan seraya tersenyum. "Alhamdulillah.. Nenek, bangga, Neng, sama kamu. Tidak, Eneng. Nenek, tidak apa-apa. Oh iya, Neng, habis ini mau ngajar les lagi kan? Sok atuh siap-siap. Salat dan makan siang dulu kamu teh," suruh Nenek. Dan akhirnya Yasmin mengangguk patuh. Setelah salat dan makan siang, Yasmin segera bersiap untuk mengajar. Sejauh ini Yasmin memiki sepuluh murid SMP dan sebelas murid SD. Hal itu menbuatnya cukup kelelahan, namun Yasmin tetap berusaha besemangat menjalani harinya. Sebab dengan begitu, usahanya untuk membantu sang Nenek tak akan mudah berhenti juga terus menghasilkan. Hingga kini hari terus berganti dan mulai memasuki hari pertama Ujian Nasional berlangsung. Yang terus terlaksana dengan lancar hingga hari terakhir. *** "Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik dari hasil usahanya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Daud As memakan panganan dari jerih payahnya sendiri." (HR. Bukhari No: 2072). "Tiada usaha yang sia-sia. Karena akan ada hasil didalamnya meski tak melulu menghasilkan sesuatu yang besar." -Tulisannisa-

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook