Chapter 4

1457 Words
Kenzu membuka pintu mobilnya saat mereka sudah tiba di tempat tujuannya yang merupakan tempat pria itu tinggal yaitu Masion. Kenzu lalu menyeret wanita itu untuk ikut bersamanya masuk kedalam. Saat mereka sudah benar-benar masuk, yang di lihat hanya kemewahan di dalamnya yang benar-benar elegan. Tapi tidak bagi Stella, wanita itu sudah biasa melihat kemewahan karena ayahnya memang dari keluarga beranda, meski memang kalau dibandingkan, pria itu terlihat benar-benar mempunyai kuasa besar. "Kay, antarkan dia ke kamar tamu." perintah Kenzu pada maidnya yang bernama Kayli. "Baik tuan." Saat maid itu menarik Stella, wanita itu malah tetap berdiri di tempatnya menatap memicing ke arah Kenzu. "Apa maksudnya ini?" tanyanya. "Tak ada maksud, aku hanya ingin menolongmu, kau tidak punya tempat tujuan bukan?" tebak Kenzu yang sialnya benar sekali. Tak punya pilihan akhirnya Stella menurut. Untuk saat ini tidak apa-apa, pria itu sepertinya juga baik. Pikir batinnya. Sesampainya di kamar yang benar-benar elegan Stella di perintahkan untuk membuka bajunya saat itu tanpa aba-aba, membuat wanita itu langsung memeluk tubuhnya sendiri. "Hai mau apa?!" pekik Stella saat maid itu berniat membuka bajunya. "Kami hanya ingin membantu memandikan, Miss. " jawab Maid kayli dan tak lama kemudian beberapa maid sudah berdiri di belakang Kayli membuat Stella merengut kesal. "Aku tak mau, mending aku pergi saja." ucap Stella, saat wanita itu akan beranjak pergi yang terus di tahan para maid, pintu keluar terbuka menampakan sosok Kenzu yang sekarang sudah berganti pakaian. Terlihat lebih simple dari yang memakai pakaian formal. "Mandilah. Seharusnya kau bersyukur karena telah di tolong bahkan di bawa oleh seorang Kenzu ke mansionnya. " ucap Kenzu dengan kalimat percaya dirinya sembari mendekati wanita itu. Stella mendengus, "Aku lebih baik pergi, permisi. " ketusnya. Tapi Kenzu malah menahan tubuhnya, lalu berbisik dengan suara yang membuat kaki Stella lemas di tempat. "Kau tahu kau sangat cantik. " ucapnya dengan jujur dan sebenarnya bermaksud menggoda. Dan sialannya berhasil membuat kedua pipi Stella memanas. "Lepas!" Stella yang merasa risih mencoba melepaskan tahan Kenzu dari tubuhnya. "Mandilah. " ucap Kenzu dengan nada perintah ketara, membuat Stella akhirnya mengangguk kaku. Setelahnya Stella bersama para maid masuk ke bathroom yang sekali lagi tidak membuat perempuan kagum, karena memang dirinya sudah melihat hal mewah seperti ini sebelumnya. Beberapa menit kemudian, Stella keluar dengan piyama mandinya. "Tidak usah, biar aku saja. " tolak Stella saat para maid itu mulai bertindak. Stella mendekati meja rias, yang sudah tersedia segala kosmetik perempuan. "Nona ini. " Kayli menyerahkan sebuah pelembut kulit berbotol kecil. Stella menerima dan mencobanya. Memang benar lembut dan beraroma harum. Tanpa di sadarinya beberapa maid pergi dari sana karena Kenzu entah sejak kapan sudah berada dikamar tamu itu—bersandar di depan pintu. Lelaki itu mendekati Stella, tangannya terulur menyentuh bahu Stella yang tetutup piyama. "Kau sangat cantik. " pujinya berbisik lirih. Sedangkan Stella langsung terkesiap kaget mendapat perlakuan seperti itu. Berdiri dari duduknya perempuan berambut pirang itu menatap Kenzu yang hanya tersenyum dengan tatapan mengkilatnya. "Tuan?" ucapnya takut-takut. Tanpa di duga, di detik selanjutnya Kenzu menarik dan mencium Stella yang semakin di buat terkejut, dan tanpa banyak protes karena terlalu syok Kenzu dengan mudah menaruh Stella di ranjang tamu berukuran kingsizenya. Dan kejadian itu pun tak terelakan, sedangkan Stella yang merasa tidak siap harus merelakan kehormatannya sebagai wanita pada pria yang baru satu hari di temuiny, dirinya sudah pastinya melawan tapi menghadapi pria yang kepalang di selimuti kabut gairah tentu saja kewalahan. Dan malam itu—malam yang tak pernah di inginkan Stella. Ternyata dunia luas sekejam ini! *** 11.35 PM. Stella terbangun dan mendapati tubuhnya naked di balik selimut, menoleh dan mendapati lelaki itu tertidur dengan lelap di sampingnya dengan kondisi tak jauh berbeda dengannya. Ingin sekali Stella membangunkan pria itu, berteriak, memaki, mencaci, menghinanya tapi percuma saja semuanya tidak akan kembali seperti semula. Wanita itu lebih memilih membalikan tubuh naked-nya membelakangi Kenzu, air matanya meleleh dengan gampangnya meski Stella mencoba menahannya dan seiring menit berlalu wanita itu akhirnya terlelap kembali dengan air mata yang telah mengering. Tidak berapa lama, Kenzu terbangun dari tidurnya, lelaki itu bangkit diri rebahannya dengan kesadaran setengah persen. Mata birunya sekali-kali mengerjap menyesuaikan penglihatan agar lebih tajam. Saat tangannya tanpa sengaja tergerak, lelaki itu menyadari dirinya tidak tidur sendiri melainkan ada seseorang di sebelahnya. Kenzu menoleh dan mendapati wanita yang baru kemarin di temuinya sekarang terbaring di sampingnya dengan keadaan naked, bahkan kenzu bisa melihat punggung mulus wanita ini karena posisi wanita itu membelakanginya. Kenzu langsung menggeram saat mengingat kejadian semalam, kenapa gairah di tubuhnya selalu tak tertahankan? Mereka saja baru kenal satu hari yang lalu dan dirinya dengan mudahnya meniduri perempuan ini. Tapi Kenzu memutar otaknya, dirinya tak sepenuhnya menyesali gairah akan perbuatannya, malah dia bersyukur bisa dengan mudah menjamah tubuh wanita yang baru di kenalnya ini, dan seberjalannya waktu dia akan membawa wanita ini kepelukannya—bagaimana pun caranya. Kenzu terus menatap punggung mulus Stella dan pandangannya berkilat menandakan hasratnya kembali bangkit. Hanya dengan memandangi punggung wanita itu, s**t! Tangannya dengan pasti terangkat mendarat di kulit terbuka Stella, sekali-kali Kenzu menggelengkan kepalanya mencoba mengenyahkan gairah yang ingin di ledakannya ini. Tidak Kenzu, cukup kemarin, sekarang bukan saatnya mengulang kembali. Batin Kenzu tapi berlainan dengan tangannya yang mulai merambat liar mengelus kulit mulus Stella. *** STELLA : Kedua kelopak mata Stella perlahan terbuka karena merasa terusik dengan usapan di kulitnya. Di detik kemudian Ia menyadari sesuatu saat kesadarannya pulih. Wanita itu langsung bangkit dan memojokan diri ke ujung ranjang, dengan selimut yang ikut di tarik untuk menutupi tubuh polosnya. Dirinya sekarang sudah seperti jalang, baru bertemu kemarin, tapi dengan mudahnya dirinya menyerahkan kehormatan pada pria ini, bahkan namanya saja dia tak tahu. Stella jadi menyesal dengan pertemuan mereka kemarin apa lagi pernah berpikir lelaki itu baik. Tapi di sisi lain kalau saat itu tak ada yang menolong, dirinya akan kembali ke penjara istana tempat ayahnya tinggal dan harus kembali meladeni perlakukan kurang ajar adik tirinya yang memuakkan, bahkan pernikahan yang sudah di rencanakan ayahnya, Stella tak mau melakukan upacara suci dengan orang yang tidak di cintainya bahkan kenal saja tidak. Tapi perbuatan pria ini, membuatnya seperti jalang rendahan dan Stella marah akan itu, tapi Stella sadar, hidupnya kemarin tidak seperti sekarang, lelaki ini tak akan pernah bisa mengembalikan harta berharga yang di milikinya. Stella menatap Kenzu dengan pandangan jijik, sedangkan Kenzu langsung terkesiap saat wanita itu menghindarinya dengan gesit meski menghindar dalam artian dekat karena wanita itu malah bersingkut merapat ke ujung ranjang. Tanpa sadar kedua manik mata Stella terarah pada tubuh atas lelaki di hadapannya yang naked, jujur tubuh lelaki ini sangatlah sempura, perut berbentuk sixpack dengan kotak-kotak yang menghiasi d**a bidangnya, tidak kalah sempurna dengan wajahnya yang tampan. Stella langsung mengalihkan pandangannya saat tersadar dirinya malah memperhatikan pria itu, holyshit! Tangan keras dan dingin Ia rasakan di pipinya, mengelusnya dengan lembut, tapi Stella tidak suka langsung menangkisnya kasar, Membuat pria itu menghela nafas. "Maaf. " saat mendengar kalimat itu, Stella menoleh ke arah Kenzu tapi tetap tak mengeluarkan suaranya. "Jangan." Ucapnya menggeleng, saat tangan pria itu akan menyentuhnya dengan tubuh pria itu yang berangsur mendekatinya. Tapi Kenzu menghiraukan protesan Stella, tangan lelaki itu terus tertuju pada wajahnya, membuat Stella membentaknya. "Aku bilang jangan sentuh!" dan tanpa sadar bangkit berdiri masih dengan selimut yang melilit tubuhnya. Sedangkan tubuh Kenzu yang memang naked dibalik selimut langsung terpanggang secara jelas di hadapannya, membuatnya langsung mengalihkan pandangan dengan pipi yang memerah, antara kaget juga malu. Sedangkan Kenzu, bukannya panik pria itu malah dengan santainya bangkit dari ranjang lalu memakaikan kembali boxernya yang tergeletak di lantai bukan hanya itu saja tapi semua pakaian yang di pakainya kemarin. Stella benar-benar malu sekarang, dengan tingkah pria itu, apa dia tak memiliki rasa malu bertelanjang di hadapan seorang wanita. Stella berjalan mundur dari tempatnya saat kenzu melangkah mendekati tapi ia sadar saat terus melangkah mundur area bawanya terasa sakit saat bergerak dan sepertinya Kenzu menyadarinya. Bullshit jika pria itu tidak tahu kondisi Stella saat ini! "Sakit?" tanya Kenzu dengan alis terangkat sebelah membuat Stella langsung mendongkak dan mengerutkan alisnya, tapi detik kemudian sadar apa yang di maksud pria itu, pipinya langsung memerah, bukan tersipu malah malu dengan ucapan pria itu. "Bereng-" belum juga Stella melayangkan umpatannya, suara telpon berbunyi dari seberang nakas, Kenzu langsung mendekati ponsel itu untuk diraihnya. "Berengsek, b******n gila. Penjahat kel*min!" pekik Stella, wanita itu tak peduli, siapa yang mengganggunya Ia akan tetap melakukan niatnya, yaitu mengata-ngatai Kenzu. Sedangkan Kenzu terlihat tidak peduli, malah lelaki itu sekarang sibuk dengan ponselnya. "Oke, aku akan ke sana, nanti. " ucap Kenzu, tapi jawaban di seberang telepon membuat kupingnya panas seketika. “.......” "Tapi aku memiliki urusan penting sekarang." elak Kenzu. “.......” "Oke fine aku akan segera ke sana." Ucap Kenzu akhirnya dan ternyata yang menelepon itu adalah ibunya sendiri yaitu Dyandra Maxwell yang menyuruhnya untuk segera datang menghadap. Ahh pasti ceramah lagi! Gerutu batinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD