Chapter 3

1340 Words
Barcelona, Spain. Di sebuah kamar hotel yang terlihat wah seorang pria setengan baya terlihat tengah tengah bertelepon entah dengan siapa. James Re'xenzi namanya yang merupakan CEO Re'xenzi Group, pusat pembelanjaan dunia yang terkenal- Ayah dari Stella Rayhana. "Apa?! Bagaimana kalian kehilangan Stella?!" bentak James geram. Padahal tiga hari lagi acara penting putrinya itu akan di mulai. Flashback. "Kau harus melakukannya Stella!" ucap James memaksa. "Aku tidak mau! Aku tidak akan melakukannya! Anakmu yang lain saja kenapa harus aku!" Stella menolak keras sampai wajahnya memerah dengan nafas memburu. PLAK! Dan James yang geram akan penolakan sang putri melayangkan tangan besarnya pada pipi Stella dengan amat keras sampai bibir itu menguluar darah, dan seolah tak cukup lelaki itu kemudian mencengkeram kuat rahang Stella sampai membuat sang empu meringis kesakitan. "Kau tidak bisa menolak perintahku! Balas budilah karena sampai sekarang aku masih membiayai hidupmu, mengerti?!" ucap James dengan kalimat penekanannya. Tapi Stella malam balas menantang lewat tatapan dan perkatannya. "Cih, kalau dari awal kau membuangku, aku akan sangat menerima itu dari pada harus mengetahui dan mengalami perbuatan busuk darimu." Dan selepas kalimat itu terlontar, tangan James kembali terangkat berniat menamparnya kembali, tapi Stella tak merasakan apa-apa. Wanita itu membuka matanya yang terpejam dan mendapati tangan sang ayah mengantung di udara. James mengempaskan tangannya dengan kesal. "Persiapkan dirimu untuk tiga hari kedepan, tanpa penolakan Stella!" Ucapnya dengan mata melotot menyeramkan, tampak sekali lelaki paruh baya itu tengah menahan amarahnya. "Jaga dia, jangan sampai dia kabur saat acara tiba!" perintah James pada anak buahnya kemudian sebelum leyap dari kamar putrinya itu. Flashback Of “......” "Ya kalian kejar gadis itu sampai dapat bahkan sampai keneraka sekali pun! Sampai tiga hari tidak mendapatkan hasil kalian akan tahu akibatnya!" ucap James penuh peringatan, kemudian langsung memutus panggilannya secara sepihak. *** Kenzu menatap gadis di sampingnya yang terlihat sudah sedikit tenang. Di kursi depan Jordan masih terus melirik Stella. "Bicaralah. " ucap Kenzu pada perempuan di sampingnya itu. "Emm.. A-aku minta maaf soal perlakuan lancangku tadi dan terima kasih sudah menolongku. " ucap Stella akhirnya, nada suaranya terdengar tulus meski sedikit bergetar. Kenzu hanya bergumam, lelaki itu merogak benda pipih di saku celananya. "Kosongkan jadwalku hari ini. " perintahnya pada sekretarisnya di seberang telepon lalu memutus sambungan secara sepihak. "Kau bisa pergi sekarang." Berasa dirinya di panggil Stella menoleh ke arah Kenzu "Bukan kau, tapi kau." Kenzu melemparkan pandangannya pada makhluk di kursi depan yang sejak tadi memperhatikan mereka dengan wajah penasaran. Jordan mendengus. "Kau mengusirku karena perempuan ini?!" Kenzu balas malas. "Kenapa juga kau menumpang padaku, you know kau itu tidak di harapkan disini." Ucapnya kejam. Dan Jordan mendecih. "Cih, kau benar-benar menyebalkan tadi kau memintaku untuk menemanimu tapi saat sudah ada wanita kau dengan teganya mengusirku. " katanya mendramatis, sedangkan Kenzu menghiraukannya—terlalu malas untuk meladeni. Dan akhirnya Jordan pergi juga setelah terus mengoceh tak jelas. "Biar aku saja yang menyetir kau panggil saja Jhon untuk menjemput mu." perintah Kenzu kemudian pada sopirnya. "Baik tuan." Dan sang supir mengangguk patuh. "Kau pindah ke kursi depan, bersamaku. " ujar Kenzu pada wanita itu dan Stella hanya pasrah, ikut pindah. Mobil pun kembali melaju meninggalkan tempat pemberhentian. "Kamu mau membawaku kemana?" setengah perjalanan Stella membuka suaranya mengajukan pertanyaan setelah bosan akan kesunyian di mobil tersebut. "Namamu?" Dan bukannya menjawab Kenzu malah balik bertanya. “Stella Rayhana.” Dengan ragu-ragu Stella menyebutkan namanya dan tentunya tanpa nama Re'xenzi di belakangnya. "Cantik." "Hah?" Stella mengalihkan tatapannya mendengar pujian lelaki yang Ia akui tampan di sampingnya itu. "Your name is beautiful." Kenzu balik menatap Stella, pandangan mereka bertemu, bahkan Kenzu sempat tertegun melihat warna mata wanita itu. Stella langsung mengalihkan tatapannya dengan canggung, mencoba melirik dan masih melihat lelaki di sampingnya ini dengan terang-terangan menatapnya. "jalanannya." "Hm." Kenzu hanya bergumam tak jelas. "Lihat ke depan!" ucap Stella dengan nada sedikit naik, dan Kenzu tersenyum tipis penuh makna. Ahh mata biru laut itu benar-benar membuatnya terpesona. Cantik sekali! Kenzu menyukainya—wanita itu dan tentu saja dia tidak akan melepaskan wanita ini, tidak akan—sebelum dirinya bosan. Tadi namanya siapa? Stella. Ya Stella Rayhana. Batin Kenzu dengan seringaian di hatinya. *** Kenzu menggeram jengkel, untuk ke sekian kalinya ponselnya terus berdering membuatnya ingin membanting ponsel tersebut. "Apa!" Sapaan yang seperti bentakan keluar dari mulut Kenzu, dan sukses membuat Stella yang berada di sampingnya terkejut mendengar bentakan pria itu. "Sudahku bilang, berikan saja pada yang lain, di sana ada Aldo bukan? Suruh dia saja!" geramnya. “........” "What! Dia menolaknya, sebenarnya dia bekerja pada siapa?! Katakan padanya kalau dia tidak-" belum juga kenzu menyelesaikan ucapannya di seberang sana Aldo berkata. "Aku tak mau, kau saja sendiri!" Setelah itu sambungan terputus, tangan Kenzu terkepal gemas sampai otot-otot wajahnya ikut mengeras. Dasar sepupu kurang ajar, Bagus dia diterima di perusahaannya, kalau bukan karena Aunty Asley, b******n itu pasti akan Ia jadikan kandang tikut! Tak lama kemudian sebuah pesan masuk. +13245555 - Dian Tuan, tuan Aldo baru saja pergi, saya sudah berusaha mencegahnya, tapi tak berhasil, sedangkan rapat tak bisa di hentikan. Membaca pesan tersebut kekesalan Kenzu semakin bertambah... ahhh!! Ingin sekali dia membasmi manusia b******n itu! Tak berguna sekali hidupnya! "Kau tidak apa-apa?" Stella bertanya dengan takut-takut saat melihat raut pria di sampingnya menggelap penuh kekesalan. Kenzu menghela nafas sabar. "I am oke.” Setelah itu lelaki itu kembali menjalankan mobilnya, berputar arah. "Kenapa kita kembali?" tanya Stella. Raut wajahnya terlihat cemas dalam pikirannya pria di sampingnya itu mungkin akan mengembalikannya ketempat yang tadi. "Tenanglah, wajahmu terlihat cemas sekali, aku tidak akan bertindak bodoh hanya ikuti saja aku selagi kau tak ingin aku tinggalkan di sini, oke?" ucap kenzu menenangkan. Stella menurut, jujur saja mending mengikuti pria ini dari pada kembali ke rumah bak istana terpenjaranya. Stella tak mau, Ia hanya ingin hidup bebas dan menimati dunia luar ini meski hanya sebentar saja. 30 menit kemudian. Mobil pun berhenti di hadapan gedung pencakar langit. "Turun. " perintah Kenzu pada Stella yang lagi-lagi menurut dan terperangah melihat bangunan mewah nan kokoh di hadapannya. "Pindahkan mobilku. " perintah Kenzu sembari melemparkan kunci mobilnya pada Seorang parkir valet. Mereka memasuki lobi perusahaan lalu melangkah menuju life. Sesampainya di ruangan Meeting, Kenzu langsung melemparkan tatapan membunuh pada sekretarisnya. "Ke mana dia?" tanyanya dengan intonasi dingin. "Saya tidak tahu tuan Aldo pergi ke mana beliau pergi begitu saja. " ucap Dian menjawab. "b******n tengik!" umpat kenzu. "Hm, rekan direksi sudah datang dan menunggu Anda dari 5 menit yang lalu. " Info Dian dari seberang. Kenzu mengangguk pasrah lalu menarik Stella memasuki ruang rapat dan langsung di suguhi beberapa pasang mata orang yang sudah menunggunya tapi Kenzu tak peduli. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Kenzu langsung duduk di kursi yang sudah tersedia khusus untuk dirinya sedangkan Stella, tentu ikut duduk di sampingnya. Dan rapat pun di mulai, dan tidak membutuhkan waktu sedikit untuk selesai hingga beberapa jam kemudian rapat akhirnya selesai, bahkan Stella tanpa sadar tertidur di bahu Kenzu, terlihat nyaman sekali. Dan Kenzu hanya membiarkan saja. *** Beberapa menit kemudian, di lokasi berbeda tapi masih seatap. Kenzu menyeret Stella keluar dari lift lalu melangkah mendekati meja sekretarisnya. "Apa agendaku selanjutnya?" Tanyanya pada sang sekretaris. Dian lalu mengecek agenda bosnya itu, lalu tersenyum manis pada sang empu pertanyaan. "Sepertinya Anda beruntung hari ini, karena jadwal Anda yang selalu padat sekarang kosong." Kenzu balas tersenyum manis pada sekretarisnya itu, saat tangan lancang pria itu akan menyentuh wajah dian sang empu pipi langsung memukul tangannya. "Jangan sentuh saya, Sir. " peringatnya mendelik. Kenzu terkekeh. "Pede sekali kau." "Tapi tangan Anda!" Ketus Dian yang sepertinya tak takut akan sang bos. wanita itu kemudian melirik Stella yang berada di belakang Kenzu, lalu berkata. "Hati-hatilah dengannya." ucapnya dengan isyarat mulut, tapi Kenzu tentu saja melihatnya. "Dian!" Peringatnya dan disambut kediaman mulut Dian yang tertutup rapat. "Kalau begitu aku pergi, " ucap Kenzu lalu menarik Stella. Sampai di bawah mereka memasuki mobil tadi. "Kita mau ke mana?" tanya Stella. "Mansionku. " jawab kenzu cepat pandangannya masih pada jalanan. "Untuk apa ke mansionmu?" tanya Stella dengan alis mengerut. "Kau akan tahu sendiri. " jawab kenzu dengan tatapan penuh arti pada sepasang mata biru Stella.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD